Lima belas

311 39 8
                                    

Happy Reading!

"Hahahaha" suara gelak tawa dari dua pria paruh baya begitu menggelegar memenuhi ruangan.

"Kaget gak? kaget gak? kaget gak? Kaget lah, masa enggak!" ucap Wijaya diiringi kekehan dari Angga. Membuat Revan dan Septi saling pandang, bingung.

Sementara Maya dan Sarah hanya menggelengkan kepala. Tak habis pikir dengan sikap suami mereka.

"Biasa aja kali kalian, kita bercanda ko ya kan Ga?" ucap Wijaya.

Angga pun mengangguk. "Iya kalian kan masih sekolah, gak mungkin lah kita jodohin gitu aja. Kecuali kalo kalian mau" ucap Angga yang masih terkekeh.

Revan dan Septi pun menghembuskan napas lega. Lalu mereka kembali duduk. Jelas mereka sangat terkejut mendengar jika mereka akan di jodohkan oleh orang tua mereka. Dan ternyata itu hanya sebuah candaan! Ck, sungguh menyebalkan!.

"Udah bercandanya, ayo kita makan" ujar Maya lalu mereka mulai makan dengan hikmat.

***

Setelah selesai makan, kini Revan melihat Septi yang sedang duduk di taman depan rumahnya. Menikmati semilir angin malam yang menenangkan.

Revan pun berjalan santai, berniat menghampiri Septi dengan Raisa yang ada di pangkuannya.

"Ngelamun aja, awas kesambet" kata Revan membuat Septi sedikit terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"Siapa yang ngelamun sih, enggak ko" elak Septi lalu ia bergeser saat Revan duduk di sebelahnya.

"Hai cantik, sini duduk sama kakak" ujar Septi kepada Raisa, lalu mengambil alih Raisa dari pangkuan Revan.

Sementara Raisa, ia sama sekali tidak keberatan di gendong oleh Septi. Justru ia senang.

"Kakak lagi ngapain di sini sendilian lagi" ucap Raisa sambil mengerjapkan matanya membuat Septi gemas.

"Lagi duduk aja ko sayang" jawab Septi sambil mencubit gemas hidung Raisa.

Diam-diam Revan tersenyum melihat kedekatan Septi dan Raisa. Seperti ada perasaan senang di hatinya melihat pemandangan ini.

Setelah lama membiarkan mereka mengobrol. Akhirnya Revan membuka suara. "Ayo ke dalam Raisa, disini udaranya dingin" ujar Revan.

Mendengar itu, Raisa menggelengkan kepalanya. "Gak mau Bang, Laisa masih pengen sama kakak cantik" tolak Raisa.

"Tapi ini udah malem, nanti kamu masuk angin"

Raisa semakin menggelengkan kepalanya kuat. Sambil memeluk Septi begitu erat. Seolah takut kehilangan.

Septi pun mencoba membujuk Raisa. "Sayang, bener kata Abang. Kamu kedalam ya angin malam gak baik loh buat kamu" bujuk Septi seraya menatap wajah Raisa.

Hanya dengan sekali bujukan. Raisa akhirnya mengangguk. "Yaudah Raisa masuk ya Kak" pamit Raisa diangguki Septi.

Bisa bisanya sama Septi nurut. Giliran sama gue kagak. ~Batin Revan.

Setelah mengantarkan Raisa kedalam, kini Revan menghampiri Septi lagi.

"Raisa gak nangis kan?" tanya Septi begitu Revan duduk.

"Enggak ko, btw lo bisa banget bujuk Raisa. Gue aja Abangnya kagak bisa"

"Ya bisa lah kan kita sama-sama cewek" kata Septi.

"Apa hubungannya maemunah?!" tanya Revan.

"Mungkin Raisa lebih nyaman sama gue, daripada sama lo" ujar Septi.

"Ngadi ngadi lo" ujar Revan kesal membuat Septi terkekeh. "Ngomong ngomong, tadi lo ngelamunin apa?" tanya Revan penasaran.

"Gak ngelamunin apa apa ko" jawab Septi berbohong.

Sorry Van, gue gak bisa jujur. ~Batin Septi.

***

To be continue

Fix ini part terpendek yang pernah aku buat. Entah kenapa aku rasa makin ke sini makin gak jelas aja ni cerita. Tapi sayang juga kalo gak di terusin, yaudalah gas aja haha.

Menurut kalian gimana sih cerita ini? Plis lah komen kali-kali gitu, biar aku seneng.

Intinya jangan lupa vote dan komen ya teman-teman, gratis ko. Karena itu berharga banget buat aku.

Makasih juga buat yang selalu ninggalin jejak. Sayang kalian banyak-banyak❤️❤️

See you next part!

Revano (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang