Sembilan

397 51 12
                                    

Sudah pukul lima sore, tapi Septi belum juga pulang ke rumah. Membuat semua penghuni rumah khawatir. Apalagi Maya, bunda Septi dari tadi tidak bisa diam. Pasalnya ponsel Septi tidak aktif, membuatnya tidak bisa di hubungi. Untung saja ada wijaya yang bisa menenangkan Maya.

Sementara Mahesa sibuk menghubungi teman teman Septi. Terakhir kabar yang dia dapatkan dari Fatma dan April, Sepulang sekolah tadi Septi di panggil oleh Bu Riska, dan menyuruh mereka untuk pulang duluan. Alhasil, mereka menurut saja.

Mahesa juga sudah menghubungi Revan. Siapa tau Septi sedang bersama lelaki itu. Tapi justru Revan juga tidak tau, karena tadi ia tidak bisa mengantarkan Septi pulang, sebab ada urusan yang tidak bisa ia tinggalkan.

"Gimana kalo kita cari ke sekolah aja. Siapa tau Septi masih ada di sana kan?" usul Rangga di balas anggukan oleh Fatma.

Mereka memang datang ke rumah Septi, saat mendapat kabar jika Septi belum pulang sampai saat ini.

"Iya gue setuju, kita coba aja dulu" balas Fatma.

"Yaudah kita ke sekolah sekarang" sahut Revan, diangguki mereka.

Lalu mereka semua pamit kepada Ayah dan Bunda Septi. "Bun kita mau ke sekolah dulu ya, cari Septi siapa tau dia masih ada di sana." ucap Mahesa kepada Maya.

Maya pun mengangguk. "Iya bang, tolong cariin Septi. Bunda khawatir sama adik kamu"

"Iya pasti Mahes sama yang lain bakal terus cari Septi. Bunda tenang aja" balas Mahesa lalu mencium punggung tangan Maya dan Wijaya, disusul yang lainnya.

"Bang ayah percayakan ini sama Abang. Tolong cari adik kamu sampai ketemu" ujar Wijaya sambil menepuk pundak Mahesa berkali-kali. "Kalian hati hati ya" lanjutnya di balas anggukan oleh semuanya.

***

Hari sudah semakin gelap. Cahaya Matahari sebentar lagi akan terbenam. Di gantikan dengan cahaya Bulan yang menyinari malam.

Seorang gadis tengah duduk dengan tangan yang memeluk lututnya sendiri. Sedari tadi ia mencoba menggedor pintu sambil terus berteriak. Namun itu semua percuma, sekolah sudah sepi. Dan hari sudah semakin larut.

Jika boleh jujur, Septi sangat takut berada di dalam gudang ini sendirian. Apalagi disini sangat gelap, tidak ada sumber pencahayaan sedikit pun.

Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa. Ia mencoba untuk menggedor pintu dan berteriak meminta tolong. Siapa tau orang rumah atau teman-temannya mencarinya kesini.

"Tolong... Siapa pun tolong gue!" teriak Septi.

"Bang Mahes tolongin gue!, Revan, siapa pun tolongin gue hiks.." lirihnya terisak. Entah kenapa disaat seperti ini ia teringat dengan Revan. Apakah Revan akan mencarinya?.

***

Ketika sudah sampai di sekolah. Mereka segera berpencar untuk mencari Septi.

Revan berjalan dengan cahaya yang berasal dari ponselnya. Karena sekolah ini sangat gelap. Entahlah, mungkin penjaga sekolah lupa menghidupkan lampu.

Ketika ia sedang berjalan mencari Septi, ia mendengar suara orang meminta tolong sambil menggedor pintu.

"Tolong... Siapa pun tolong gue!" teriak Septi.

"Bang Mahes tolongin gue!, Revan, siapa pun tolongin gue hiks.."

Tunggu. Sepertinya ia kenal dengan suara itu. Iya, itu suara Septi. Suaranya berasal dari gedung paling pojok. Dengan segera ia bergegas mendekati gedung itu.

"Septi lo di dalem?" tanya Revan sedikit berteriak.

Mendengar itu, Septi merasa lega akhirnya ada orang yang mengetahui keberadaannya. "Iya ini gue, siapapun lo plis tolongin gue hiks" lirihnya.

Revano (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang