Delapan belas

311 38 9
                                    

Sebelumnya jangan lupa follow Instagram:

@sptiana_22
@Rvno.anggra
@Septiaputri_w
@Mhsaptr_w
@Ftma_ama
@Aprliastfni
@Ranggantengtitik

Happy Reading!

Pagi ini Revan akan menjemput Septi untuk berangkat sekolah bersama. Sekarang ia sudah kelas 12, menandakan jika ia sedang proses beranjak dewasa. Jadi, ia harus bertanggung jawab dengan titipan yang Mahesa beri. Yaitu dengan selalu melindungi Septi. Ia akan membuktikan bahwa ia akan menjaga titipan itu dengan sepenuh hati.

Setelah selesai sarapan, ia segera melajukan motornya menuju rumah Septi. Hingga beberapa menit kemudian, ia sudah sampai di depan pintu gerbang Rumah gadis itu.

Sementara di dalam Rumah, Septi masih melalukan sarapan. Ini adalah sarapan pertamanya tanpa Mahesa. Ia menatap kursi di depannya dengan tatapan kosong. Biasanya Mahesa selalu duduk di kursi itu. Ah, rasanya ia rindu Abang laknat nya itu.

Ia pun segera menepis pikirannya, dan kembali melanjutkan sarapan. Hingga datanglah seorang supir pribadi keluarganya.

"Permisi Pak, Bu" ujar Mang Diman dengan sopan.

"Iya, ada apa Mang?" tanya Wijaya.

"Itu Pak, di depan ada yang menjemput non Septi" ucap Mang Diman.

"Siapa Mang?" tanya Septi. Perasaan ia tidak ada janji untuk berangkat sekolah dengan siapapun.

"Kalo gak salah namanya Den Revan, non"

Septi pun mengerutkan keningnya. Revan?, Ngapain? ~batinnya bertanya.

"Yasudah kalau begitu saya pamit keluar lagi Pak, Bu, Non" pamit Mang Diman, dan berlalu keluar.

"Di jemput cogan tuh" ujar Maya menggoda.

"Apaan sih Bun"

Wijaya pun terkekeh. "Udah sana samperin" ucapnya.

"Yaudah Septi berangkat Yah, Bun. Assalamu'alaikum" pamit Septi, lalu mencium punggung tangan Wijaya dan Maya.

"Wa'alaikumsalam, titip salam buat calon mantu" ujar Wijaya sambil terkekeh.

"Apaan si Yah"

***

Kini, Revan sedang duduk di atas motornya menunggu Septi keluar. Ia sudah meminta supir pribadi keluarga Septi, untuk memberi tahu gadis itu bahwa ia menjemputnya.

Hingga beberapa menit kemudian, ia melihat gadis itu keluar rumah. Dengan mengenakan seragam yang sama dengannya. Rambutnya di biarkan tergerai menambah kecantikan nya pagi ini.

"Lo jemput gue?" tanya Septi saat ia sudah berdiri di hadapan Revan.

Lelaki dengan jaket hitam itu mengangguk. "Iya, emang gak boleh?"

Septi menggeleng. "Boleh, tapi tumben aja lo jemput"

Revan pun tersenyum. "Mulai sekarang gue bakal antar jemput lo tiap hari" ucapnya lalu memberikan helm kepada Septi.

Septi pun menerimanya lalu memakainya. Setelah itu, ia naik keatas motor Revan. Lalu motor itu melaju dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan ibukota.

"Mulai sekarang gue bakal antar jemput lo tiap hari"

Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Septi. Tanpa sadar, sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu dalam perutnya.

Hingga tanpa sadar, motor Revan sudah berhenti tepat diparkiran SMA Bima Sakti.

"Mau sampai kapan kayak gini?" ujar Revan saat Septi tidak kunjung turun dari motornya. Padahal sudah terhitung dua menit ia menghentikan motornya itu.

"Eh?" Septi pun tersentak kaget. Gara-gara memikirkan ucapan Revan tadi, ia menjadi tidak fokus. Siapapun tolong tenggelamin gue!" ~batin Septi.

Lalu ia pun turun dari motor besar itu. Melepas helm, lalu memberikannya kepada Revan.

"Makasih ya" ucap Septi, lalu ia buru-buru pergi menuju kelasnya.

Tetapi sebuah tangan besar lebih dulu menghentikan langkahnya. "Buru-buru banget sih, lo lucu deh kalo lagi malu, mukanya merah" ujar Revan, yang justru semakin membuat Septi malu setengah mati.

Please lah jangan gitu, gue malu anjir! ~batin Septi berseru.

***

To be continue

Jangan lupa tinggalkan jejak, terimakasih<3

Mohon maaf kalo ada typo. Karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan.

See you next chapter!

Revano (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang