7

12.9K 1.5K 25
                                    

Aura menatap pedih dari kaca mobil, ke arah Dhimas yang masih berdiri tegap di depan rukonya. Laki-laki itu tidak juga beranjak dari sana, padahal Aura benar-benar tidak ingin bertemu Dhimas malam ini.

Segala kepedihan yang berusaha ia tahan, justru semakin mendesak relung hatinya. Rasa sakit yang tidak bisa diungkapkan merusak suasana semangatnya malam ini.

Ekhm! Suara deheman keras membuat Aura menghapus air matanya dengan cepat. Lalu menoleh ke samping.

"Lo siapa ya, tiba-tiba masuk mobil gue?!" Aura melotot.

"Eh, itu mas, sebelumnya saya minta maaf karna sembarangan masuk ke mobil ini. Ta-tapi saya butuh tempat untuk sembunyi sebentar." Ujar perempuan itu dengan nada panik, sambil menggaruk tengkuknya karna gugup.

"Berhubung kita nggak saling kenal, sebaiknya lo keluar, karna gue mau jalan." Serunya tidak peduli.

Ah, mas tolongin saya, kasih saya waktu sebentar saja sampai laki-laki yang ada di depan ruko itu pergi." Aura benar-benar memohon.

"Sori ya, gue ini orang sibuk. Banyak pekerjaan yang harus gue kerjakan. Nggak sempat menunggu laki-laki itu pergi. Gimana kalau sampai besok pagi dia tetap di situ, buang-buang waktu aja!"

Aura tentu semakin panik, apalagi Dhimas justru berjalan mendekati mobil yang saat ini ia tumpangi.

Mau apa lagi sih dia? Udah diusir juga. Geramnya.

"Oh, gini saja mas, sekarang tolong bawa saya pergi, tapi nanti anterin saya balik ke sini lagi. Soalnya saya tinggal di ruko itu." Aura benar-benar memutus urat malunya malam ini, hanya demi tidak berbincang dengan Dhimas.

"Ribet banget! Lagian lo ini kenapa sih? Dikejar laki-laki kaya gitu kaya dikejar setan aja."

"Bukan gitu mas, aduh saya nggak punya waktu untuk jelasin. Ini bahkan lebih seram dari setan. Tolonglah mas, muter-muter di depan komplek itu nggak pa-pa kok, ayolah keburu dia mendekat." Laki-laki itu menatap heran lalu menghidupkan mesinnya.

"Ck! Ngrepotin!" Aura tidak peduli pada umpatan laki-laki di sampingnya, yang terpenting mobil yang kini ia tumpangi sudah mulai berjalan. Aura menoleh ke belakang, mengamati gerak-gerik Dhimas. Semoga, dia nggak ngikutin.

"Iya entar gue ke situ, sekarang lagi ada urusan." Aura hanya diam, saat laki-laki di sampingnya sedang bertelepon.

Dirinya juga tidak tahu ke mana ia akan dibawa, jarak tempuh saat ini dengan ruko sudah lumayan jauh. Sedangkan Aura lupa bawa dompet kalau ingin naik angkutan umum. Mau tidak mau, dia hanya diam sembari menunggu mobil yang ditumpangi berhenti.

"Gue udah sampai, siapin aja berkasnya nanti gue ambil."

"Iya, cari tempat parkir dulu." Mobil berhenti di area parkir sebuah rumah makan, laki-laki itu tanpa mengucapkan sesuatu langsung keluar begitu saja.

Aura masih duduk di kursi penumpang sambil menunggu laki-laki itu kembali. Hampir satu jam dia berada di dalam mobil hitam itu, baterai ponselnya habis dan tidak bisa berbuat apapun.

"Ck!" Berkali-kali Aura berdecak merutuki kebodohannya.

Aura menoleh cepat saat laki-laki itu masuk lagi.

"Lo masih di sini? Gue kira udah pergi." Tanya orang itu tanpa rasa bersalah.

"Mas gimana sih, saya kan minta tolong diantar lagi ke ruko. Lagian saya lupa bawa dompet, nggak bisa cari angkutan umum." Celetuk Aura semakin kesal.

"Jaman modern gini repot banget, pakai aplikasi! Nanti bayarnya kalau udah sampai di rumah atau pakai pembayaran online." Rutuk laki-laki itu, membuat Aura menghela nafas sembari meletakkan ponselnya di dashboard.

Save The Date!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang