"Non Aura masak?"
"Iya, bik. Saya nggak bisa tidur, akhirnya pilih ke dapur dan bikin sarapan." Ujar Aura pada asisten rumah tangga Raka.
Semenjak kejadian semalam, Aura semakin tidak bisa tidur. Padahal Raka tampak tenang dan tidur dengan cepat. Berbeda dengan perempuan itu yang semalaman hanya gelisah sambil menunggu pagi tiba.
"Ini masih pagi non, kalau mau istirahat silahkan saja. Biar saya yang lanjutkan memasaknya." Sahut bik Tutik membuat Aura menggeleng.
"Nggak perlu bik, sebentar lagi matang kok. Bibi tolong potong lalapan saja ya. " Tolak Aura sopan, sambil mengaduk nasi goreng yang ia buat.
Bik Tutik mengangguk, lalu mengambil pisau dan keranjang sayur.
"Bertahun-tahun kerja di sini, baru kali ini saya menyiapkan sarapan." Ucapan bik Tutik membuat Aura menoleh lalu mengernyitkan keningnya.
"Maksud bibi?"
"Selama saya di sini, Mas Raka dan non Erika tidak pernah sarapan di rumah. Biasanya mas Raka lebih suka beli sarapan di luar. Sedangkan non Erika bangun siang, dan langsung pulang ke rumahnya sendiri." Aura mengerjab.
"Ah, begitu ya? Aduh, saya masak banyak. Kalau nanti Raka dan Erika nggak sarapan, bibi bagi aja ke tetangga ya." Ujar Aura membuat wanita paruh baya di depannya terkekeh geli.
"Kalau saya jadi mas Raka dan non Erika, pasti lebih milih makan masakan non Aura." Tuturnya.
"Saya sebenarnya nggak tahu selera mereka. Bibi mau cobain nggak?"
"Mau non!" Bik Tutik mengambil piring kecil dan mencoba nasi goreng buatan Aura.
"Enak nggak bik?"
"Enak banget non. Rugi kalau mas Raka dan non Erika nggak makan." Puji Bik Tutik membuat Aura tersenyum.
"Bantu saya siapin di meja ya bik, dimakan alhamdulillah, enggak pun nggak pa-pa."
"Baik non."
Tepat pukul delapan pagi, Aura selesai menyiapkan beberapa piring berisi makanan hasil masakannya. Perempuan itu sontak menoleh, ketika derap langkah dari lantai dua menginterupsi.
Ternyata Raka turun dari kamar.
"Kamu ngapain?" Tanya laki-laki itu.
"Aku baru selesai bikin sarapan, kamu mau sarapan di rumah, atau beli di luar?" Ujar Aura dengan nada ragu, matanya menatap sang suami yang berdiri tepat di hadapannya.
" Karna kamu udah masak sebanyak ini, lebih baik sarapan di rumah." Putus sang suami.
"Kalau kamu mau sarapan di luar nggak pa-pa kok, ini bisa disimpan lagi." Raka menggeleng.
"Aku memang nggak pernah sarapan di rumah, apalagi dengan hidangan penuh di meja makan seperti pagi ini. Tapi sekali-sekali dicoba sepertinya menarik." Serunya lalu duduk di kursi makan.
"Riko, Caca! Pakai dulu ini celananya." Seru Erika sambil keluar dari kamar si kembar. Riko dan Caca sudah lebih dulu berlari mendekati meja makan.
"Jangan lari-lari, Nak..." Sahut Aura lalu membawa Caca ke gendongan.
"Sini Rik, biar aku pakaikan." Ujar perempuan itu membuat iparnya mengangguk.
"Tumben lo jam segini bangun?" Tanya Raka, Erika hanya mendengus lalu mencomot sepotong ayam di meja.
"Gue lapar banget. Semalam cuma makan kue aja." Perempuan itu meraih piring dan memenuhinya dengan nasi goreng.
"Mau sarapan di sini lo? Kenapa nggak langsung pulang aja!" Cibir Raka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save The Date!
ChickLit"Kamu udah nikah?" "Hehe, belum." "Kenapa belum?" "Karna memang belum ketemu jodohnya. Kamu sendiri, udah nikah?" "Aku juga belum," "Kenapa? Belum ketemu jodohnya juga?" "Kan baru ketemu kamu hari ini." Setelah itu keduanya terdiam, membiarkan kehen...