"Sebelum ke kantor, kita ambil si kembar dulu di rumah Erika ya." Seru Aura pada sang suami yang tampak serius mencermati sesuatu di lemari. Aura berjalan pelan ke arah meja rias dan mengusap rambutnya yang sedikit basah.
"Punya siapa ini?" Tanya Raka membuat perempuan itu berhenti mengeringkan rambut.
"Apa sih?" Ujarnya kemudian menoleh, Aura seketika melotot lebar saat dua tangan Raka memegang benda yang selama ini perempuan itu sembunyikan.
"Ah, it-itu temanku yang kasih pas nikahan kemarin." Ucapnya pelan, membuat Raka mengernyit.
"Emang ada teman kamu yang datang ke nikahan kita? Kayaknya nggak ada. Lagian nggak sopan banget kasih beginian." Cibir Raka, lalu mendekati sang istri di meja rias.
"Bu-bukan gitu Ka, pokoknya ada yang kasih! Lagian kata dia kalau nggak mau pakai suruh buang aja." Aura memang tidak pandai berbohong. Gelagatnya tentu bisa dengan mudah Raka baca.
"Pasti ulah Erika ya!" Tebak laki-laki itu, sembari memasukkan barang-barang yang dia temukan di laci ke dalam plastik.
Damn! Erika dan Raka memang punya ikatan batin yang kuat. Apalagi soal beginian.
"Mau diapain Ka," Tanya Aura panik.
"Balikin ke orangnya."
"Nggak usah Ka, kita simpan aja di rumah. kamu nggak menghargai pemberian Erika. Lagian siapa tahu suatu saat butuh."
Raka menoleh sambil menampilkan senyum jahil pada sang istri.
"Kamu tahu kan, aku nggak pakai beginian aja, jam segini baru selesai. Kalau pakai beginian aku nggak bisa bayangin berapa hari kamu harus pasrah di bawahku." Aura sontak terdiam. Pipinya memerah menahan malu karna ucapan asal yang suami ucapkan.
"Siap-siap, kita langsung ambil si kembar." Celetuk Raka acuh.
***
"Buru-buru banget sih Ra ambil anak-anak." Keluh Erika sembari menata barang milik si kembar. Riko dan Caca sudah di ruang tamu dengan papanya, sedangkan ia dan Erika masih beberes di kamar.
"Rumah sepi banget kalau nggak ada mereka Rik," Tutur Aura sambil tersenyum, si kembar memang sumber keceriaan di istana Raka.
"Ra, ayo cepetan." Panggil Raka menyusul ke dalam kamar.
"Bau-baunya udah pada baikan nih!" Cibir Erika.
"Nah, gue hampir lupa! Nih, barang lo, ambil!" Erika melotot saat Raka meletakkan beberapa bungkus obat penguat di meja.
Tatapannya beralih ke Aura dan mengernyit di sana.
"Ra, kok nggak ada yang kebuka." Tanya perempuan itu sambil mencermati barang pemberiannya.
"Aku nggak pernah bilang ke Raka soal ini." Jujur perempuan itu dengan wajah ragu.
"Ya ampun Ra, kenapa? Ini tuh bagus banget buat kualitas aktivitas ranjang kalian." Seru Erika.
"Raka udah kuat banget Rik," Ucapan polos sang istri membuat Raka yang tengah bersandar di tembok sembari menyedekapkan tangannya di dada sontak tersenyum.
"Lagian gue heran sama lo, hobi banget ngurusin hidup gue!" Cibir Raka, sedangkan Erika hanya mampu menatap malu pada sang kembaran.
"Sekalipun nggak lo pakai, tapi nggak usah dibalikin gini kali, Ka." Tutur Erika dengan ekspresi kecewa.
"Gue nggak mau barang begituan ada di rumah. Jadi nggak usah kasih Aura barang-barang aneh lagi." Tegas laki-laki itu.
"Ya, nggak usah galak-galak gitu! Gini-gini gue selalu ada saat lo butuh Ka! Ingat nggak kemarin galau larinya ke gue." Protes Erika membuat Raka dan Aura tertawa pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save The Date!
ChickLit"Kamu udah nikah?" "Hehe, belum." "Kenapa belum?" "Karna memang belum ketemu jodohnya. Kamu sendiri, udah nikah?" "Aku juga belum," "Kenapa? Belum ketemu jodohnya juga?" "Kan baru ketemu kamu hari ini." Setelah itu keduanya terdiam, membiarkan kehen...