Sejak kejadian pagi tadi, Raka masih uring-uringan hingga malam. Bahkan Erika nekat pulang ke rumahnya sendiri, karna merasa tidak nyaman terus berdebat dengan laki-laki itu.
"Kamu kenapa sih Ka? Jangan nyalahin Erika terus dong. Niat dia itu baik mau ngajarin aku." Ujar Aura sembari menatap sang suami yang duduk di sisi ranjang.
"Kamu juga aneh, belajar dengan Erika sama aja nggak ada gunanya. Dia cuma kasih teori yang belum tentu bisa dipraktekan." Sahut Raka.
"Dia sekedar kasih aku gambaran." Bantah Aura tidak mau kalah.
"Ra, masalah ranjang kita bukan urusan Erika." Perempuan itu terdiam, nada suara Raka lebih pelan dibanding yang awal tadi.
"Kalau kamu belum siap, jangan mencari referensi yang aneh-aneh, apalagi nonton video porno. Karna itu sama sekali nggak kasih solusi." Tutur Raka kemudian.
Sang istri terdiam sembari menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Perkara begituan nggak usah dibahas sama orang luar, kita berdua bisa bicara baik-baik. Lagian kalau kamu cari referensi dengan nonton video porno, dari gaya yang mereka pakai aja belum tentu mampu kamu ikuti." Aura memalingkan wajah, ucapan Raka semakin ke mana-mana. Tapi laki-laki itu benar, membayangkan apa yang ia tonton tadi pagi saja, sudah membuatnya mual dan menggigit bibirnya karna takut.
"Tapi Erika nggak salah."
"Oke, dia nggak salah. Yang salah aku, karna lancang ganggu acara nonton kalian. Pasti nggak enak, belum tuntas udah dipaksa matiin." Cibir Raka lalu bersandar di kepala ranjang.
"Sini!" Titahnya membuat Aura melotot.
"Ma-mau ngapain?" Tanyanya takut.
"Belajar sama aku," Ujar Raka dengan raut santai.
Aura menggeleng cepat, "Ngh.. Be-besok aja."
"Sini," Paksa laki-laki itu. Aura masih mematung tidak ingin mendekat ke arah sang suami.
Raka berdecak, sontak menghampiri sang istri dan menarik perempuan itu ke arah ranjang.
"Ka, lepasin." Ia hanya acuh lalu mendudukkan Aura di pangkuannya.
"Ka-" Aura mendorong dada Raka yang semakin menempel dengannya.
"Kita learning by doing! Ini akan jauh lebih efektif daripada sekedar nonton video." Jelas Raka membuat Aura memucat.
Perempuan itu tidak mampu berkutik, pesona Raka seperti membius kesadarannya. Pantas saja, banyak wanita yang berakhir satu ranjang dengan laki-laki ini. Pesonanya sulit ditolak! Cibir perempuan itu dalam hati.
"Ikuti naluri kamu! Apapun yang aku lakukan, kalau kamu nggak mampu membalas cukup diam dan nikmati. Jangan terlalu memaksakan diri." Ucapnya membuat Aura menelan ludah susah payah.
"Aku mulai dari sini," Raka mengusap pelan bibir mungil sang istri, membuat perempuan itu semakin tidak berdaya.
Perlakuan seperti ini seumur hidup belum pernah ia terima. Wajar jika begini saja sudah membuat hati dan pikirannya tidak karuan. Gerakan sensual yang Raka ciptakan, mampu membuang segala pikiran buruk yang sempat bersarang di benak Aura.
Bahkan ketika tatapan laki-laki itu semakin dalam ke arahnya, diiringi pagutan mesra, sontak membuat Aura tidak mampu terus menerus membuka mata.
Ah, ia merasa seperti terbang.
Barangkali bagi Raka, ini adalah hal sepele, membuat perempuan-perempuan pasrah di bawah kendalinya. Tapi bagi Aura, ini pengalaman pertama yang luar biasa. Sampai-sampai tidak ada kata-kata yang mampu mengungkapkan gelenyar asingnya malam ini. Raka melepas pagutan di bibir Aura, lalu turun ke leher jenjang perempuan itu. Membuat sang istri mendesah tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save The Date!
ChickLit"Kamu udah nikah?" "Hehe, belum." "Kenapa belum?" "Karna memang belum ketemu jodohnya. Kamu sendiri, udah nikah?" "Aku juga belum," "Kenapa? Belum ketemu jodohnya juga?" "Kan baru ketemu kamu hari ini." Setelah itu keduanya terdiam, membiarkan kehen...