Surat [3]: Rasa

1.7K 375 35
                                    

Lebih dari kata, jadi luar biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lebih dari kata, jadi luar biasa. Seutas rasa yang tak tampak di mata orang ketiga.

.

"Lo kalau pacaran sama Rara gimana sih?"

"Gimana? Kak Dhanu baik nggak selama bareng sama lo?"

"Penasaran gue, gaya pacarannya Dhanu sama Rara kayak gimana sih?"

"Kalian berdua kalau pacaran ngapain aja?"

Mungkin pertanyaan sejenis itu belakangan menjadi tak asing di telinga Dhanu dan Rara. Mereka berdua memaklumi itu sih, apalagi kalau yang bertanya adalah para temannya yang lantaran merasa 'kecolongan'. Wajar saja, tak ada kabar kedekatan satu sama lain atau pemberitahuan untuk melakukan proses 'pendekatan', tahu-tahu Dhanu dan Rara muncul sambil membawa status baru yang membuat sekeliling temannya gempar bukan main. Itu pun kalau Rara tidak menyeletuk iseng, mungkin status mereka tidak akan pernah terbuka seperti ini.

Tak jarang juga, beberapa menganggap kalau status pacaran mereka ini itu cuma palsu, atau bahasa gaulnya sekarang adalah 'settingan'. Aduh, dikira Dhanu dan Rara itu artis hits seantero negeri!

"Emangnya kalau pacaran itu harus pamer-pamer gitu ya? Gandengan tangan, sandaran di bahu, pelukan, semuanya dilakuin di depan umum gitu?"

Dalam suatu waktu, akhirnya Rara berang juga karena sudah gerah mendengar pertanyaan serupa selalu muncul. Kalau diibaratkan, mungkin pertanyaan itu muncul seperti waktu minum obat, bisa tiga kali sehari.

Kebetulan sekali, waktu itu Rara dan Dhanu pergi ke kampus sebentar dan bertemu dengan teman-temannya yang lama tak bersua. Ada Mia, Sarah, Wildan, Jeff, Dinda, dan Johnny.

"Bukannya kayak gitu seru ya? Terus, orang-orang jadi tahu kalau kalian punya pacar," terang Mia. "Jadi, nggak perlu takut deh soalnya udah punya pawang."

Detik itu juga Dhanu yang sejak tadi menyimak berusaha menahan tawa, membuat beberapa pasang mata kontan meliriknya.

"Ada yang lucu ya, Kak?" tanya Sarah. "Menurut gue, kata-katanya Mia ada benarnya juga kok."

"Pawang, dikira kita hewan peliharaan!" balas Rara sengit.

"Tapi, waktu gue pacaran sama mantan gue sebelumnya, tingkahnya beneran kayak satpam, Ra," cetus Jeff. "Mungkin itu juga yang dipikirin sama mantan gue yang dulu."

"Mantan yang mana?" tanya Wildan.

Tampak Jeff berpikir sejenak, lalu berkata, "Lupa. Kayaknya yang pas waktu SMA deh."

"Mantan lo 'kan banyak," sahut Johnny.

"Nah, itu masalahnya," balas Jeff.

Namanya juga Jeff. Biasalah.

Selama Rara menyimak, dahinya tak berhenti berkerut bahkan sampai berbuku-buku. Lalu tanpa ragu, ia menggeleng tegas. "Aduh, nggak cocok deh buat kita!"

"Lagian, itu nggak terlalu penting." Dhanu mulai angkat bicara setelah sejak tadi ia menjadi pendengar yang baik. "Menurut gue, yang disebutin Mia itu kebutuhan bikin jadi nyaman satu sama lain, bukan buat dipamerin. Kalau mau negasin ke orang lain kalau kita punya pacar, yang ngomong aja terus terang."

"Zaman sekarang mah cewek-cewek kalau punya tekad semuanya bakalan diterobos, Dhan," ungkap Dinda.

"Tapi, menurut gue tetap nggak terlalu ngaruh ke pasangan. Kecuali salah satu pasangan milih buka kesempatan untuk orang luar," balas Dhanu. "Lagian, tujuan lo-lo pada nanya ginian 'kan karena penasaran. Jujur aja deh."

Nah, begitu Dhanu yang bicara, semuanya memilih menutup mulutnya rapat-rapat.

"Betul banget!"

Kecuali Wildan yang bersuara begitu. Tak perlu khawatir karena cowok itu sudah kebal menghadapi siapapun, jadi Dhanurendra Akasha sama sekali bukan apa-apa. Memang dasar bocah tengik.

Rara sendiri memilih tak berkata apapun dan hanya menatap sambil mengernyitkan hidungnya pada Wildan dengan sebal. Sementara, yang ditatap bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

***

"Raya, tadi aku dikasih tahu sama Kang Aldi kalau di Puncak mau ada PJF lagi. Mau datang nggak?"

Ketika Rara sedang menyesap minuman pop ice, ia menoleh ke arah Dhanu yang kini memandangnya. Sementara tangannya yang lain sibuk merogoh saku untuk mengambil uang hendak membayar, pikirannya mulai mengingat-ingat. Kang Aldi, sepertinya ia adalah seorang kru acara PJF yang sempat ditemui Dhanu waktu dahulu.

"Itu Akang yang kita temuin waktu PJF kemarin ya?" tanya Rara.

Dhanu mengangguk. "Iya. Dia ngasih tahu kalau bulan ini ada PJF lagi."

"Boleh. Acaranya kapan?"

"Kayaknya waktu dekat sih."

Mendengar itu, Rara langsung mengangguk setuju. "Kita bisa ke sana lagi kok. Menurut Mas, gimana?"

Dhanu juga ikut mengangguk. "Oke sih, tapi nanti aku cek dulu ada jadwal siaran apa nggak. Nggak apa-apa 'kan?"

"Ya, nggak apa-apa. Nggak harus jadi kok. Kalau luang ya datang, kalau nggak ya nggak bikin frustrasi."

Laki-laki itu langsung terkekeh mendengar jawaban Rara, lalu tanpa ragu ia mengusap-usap surai pendek si gadis. Membuat Rara yang semula masih asyik menyesap minuman seketika membatu, kemudian melirik ke arah Dhanu dengan kikuk.

"Jangan gitu dong, Mas."

"Kenapa?"

"Nanti kalau aku salting, gimana?"

"Ya, nggak gimana-gimana, Raya."

Dibilang begitu, Rara kembali mengerutkan hidungnya. Membuat laki-laki itu kembali tertawa dibuatnya. Lucu, mungkin orang lain akan menganggap mereka seperti bukan orang pacaran. Tetapi, bagi Dhanu rasanya melihat Rara yang bertingkah biasa saja di dekatnya sudah membuatnya senang bukan main.

"Kunci mobil?"

"Ada di tas, tadi udah kuperiksa."

"Tiket parkir?"

"Ada di tas juga."

"Beli minum nggak?"

"Udah tadi 'kan sama kamu."

"Mau pop ice?"

"Mau."

Kemudian, Rara tanpa ragu menyodorkan pop ice-nya sendiri ke arah Dhanu. Tanpa ragu, cowok itu menyesapnya sambil bilang, "Kalau aku habisin, nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa. Tapi, nanti aku mau makan kwetiau."

"Oke."

Kalau ditanya, bagaimana gaya berpacaran Dhanu dan Rara, maka jawabannya adalah begini adanya. Tidak dilebih-lebihkan dan tidak juga dikurang-kurangkan. Mungkin hanya melalui tatapan mata yang beradu, itu sudah menjelaskan semuanya.

[]

Backsound: Maliq & D'Essentials – Bilang

Ditulis dengan perasaan campur aduk. Haha! Semoga pesan dan rasanya sampai yaa! Terima kasih sudah membaca dan sampai ketemu lagi! Semoga hari kalian bahagia hari ini. Semangat!

p.s. kemarin hasil interviewnya bukan bagian rezekiku. Terima kaish banyak buat semangat dan doanya! Jadi terus semangat ya!

-Ai.

Sepucuk SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang