Surat [10]: Kisah Pukul Tujuh

929 206 30
                                    

Semua cerita akan selalu menarik untuk si penarik perhatian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua cerita akan selalu menarik untuk si penarik perhatian.

.

"Aku tadi ketiduran gara-gara kekenyangan habis makan masakan Tante Salma sebelum ke sini. Terus, pas sampai sini, Ibu kamu juga nawarin makan ke aku. Tapi, pas aku bilang aku udah makan, Ibu masih nawarin gorengan ke aku. Ya, udah deh, aku makan satu bakwan jagung."

"Bakwannya enak nggak?"

"Enak."

Rara yang sesaat sibuk sebentar untuk mengambil kulit jeruk yang terjatuh di bawah sofa, hanya terkekeh pelan mendengar penuturan Dhanu yang saat ini sedang mengunyah buah jeruk. "Kayaknya karyawan baru yang satu ini makan banyak ya hari ini."

Tanpa ragu Dhanu mengangguk. "Benar. Aku ngerasa makan banyak belakangan ini, mungkin lagi proses adaptasi sama keadaan yang baru aku alamin."

Omong-omong, tadi Dhanu bangun lebih cepat dari perkiraan Rara. Sempat tertangkap basah juga sewaktu Rara melirik ke arahnya, membuat mereka salah tingkah sendiri dan berakhir cepat-cepat berpisah dari tempat kejadian perkara. Rara langsung beralih mengambil handuk di ruang khusus mencuci dan menjemur untuk pergi mandi, sementara Dhanu buru-buru pamit pergi ke rumah Tante Salma untuk melakukan hal yang sama dan berganti pakaian.

Kemudian, pada malam hari ibunya Rara mengundang Dhanu untuk makan malam di rumahnya. Jadi, mereka bertemu lagi tepat di meja makan kediaman Rara. Saat itu, ibunya Rara juga sangat bersemangat menawarkan pada Dhanu beragam masakan dan laki-laki itu jelas menyambutnya dengan senang hati. Setelah itu, Dhanu dan Rara memutuskan untuk mengobrol di tempat biasa, di lantai dua dengan duduk di bawah sofa sambil menonton teve atau memakan camilan.

Rara hanya tersenyum sambil mengamati Dhanu yang masih mengunyah buah jeruk lahap. Masih teringat jelas, bagaimana wajah kelelahan cowok itu sewaktu tidur di balik bahu Rara lengkap dengan pakaian formal khas sepulang dari kantor. Lalu, saat melihat Dhanu sekarang yang aktif bercerita tentang ini dan itu dengan kaus putih dan jaket abu-abunya. Seolah hanya melihatnya saja, energi positifnya sukses menularkan pada gadis itu.

"Nggak apa-apa makan banyak, yang penting sehat," ucap Rara sambil menghirup es tehnya.

Kemudian Dhanu melirik ke arah Rara sambil tersenyum sumringah. "Ternyata, aku lebih senang dengar kata-kata kamu sekarang."

"Yah, soalnya nggak ada yang lebih penting dari sehat. Ya 'kan?" timpal Rara sambil balas menatap Dhanu.

Kemudian mereka tertawa bersama, sebelum hening karena mereka saling bersitatap dalam beberapa detik.

"Kenapa?" tanya Dhanu.

Mungkin Dhanu sejatinya sudah sadar jika sejak tadi Rara hanya sibuk memerhatikannya, jadis gadis itu menyengir salah tingkah untuk kesekian kalinya sambil berpaling ke arah lain. "Nggak apa-apa. Aku senang lihat kamu senang hari ini."

Sepucuk SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang