Ada keyakinan dan keraguan, tinggal pilih jalan mana yang mau ditempuh.
.
"Raya, kamu nggak apa-apa?"
"Yaah, aku pikir gitu, Mas."
"Yakin?"
"Iya."
Itu jawaban yang dipaparkan Rara pada Dhanu ketika cowok itu meneleponnya. Rara tahu betul pertanyaan itu akan diajukan karena Dhanu terlampau peka, mengingat cewek itu sudah menolak ajakannya selama beberapa waktu terakhir. Sengaja begitu, karena Rara pikir ia bisa mengatasinya sendiri dan akan selesai dengan baik, ternyata ia berakhir amat kewalahan.
Namun, Rara melupakan satu hal. Kalau Dhanurendra Akasha tidak akan semudah itu mempercayai ucapannya. Bukankah sudah dikatakan sejak awal, kalau cowok itu terlampau peka?
"Gini yang kamu bilang, 'nggak apa-apa'?"
Sekarang, dengan posisi menghindari tatapan seram cowok itu, Rara berujar pelan, "Ya, aku pikir aku pasti bisa ngerjain sendiri. Aku pikir bakalan baik-baik aja dan bakalan kelar secepatnya."
"Terus, kenyatannya gimana? Nambah migrain ya, gara-gara stres belajar lagi materi kuliah kamu?"
Hening.
Rasanya Rara seperti sedang menghadapi situasi sidang jilid dua, dengan Dhanu sebagai dosen pengujinya. Bisa dilihat sekarang cowok itu kini berada di rumahnya, duduk di sampingnya ditemani laptop yang terus menyala, lalu bertingkah seolah ia adalah seorang dosen killer. Deskripsi itu nyata adanya kalau dilihat wajah cowok itu kelewat kesal.
Rara melirik sebentar ke arah Dhanu yang bersedekap sambil mengembuskan napas panjang. "Kayaknya aku nggak perlu jawab karena kamu udah tahu sendiri."
"Kenapa kamu nggak bilang ini ke aku dari awal, Raya?" tanya Dhanu pelan. "Aku 'kan udah bilang, aku nggak maksa kamu ceritain semuanya. Tapi, kalau kamu ngerasa susah, cerita ke aku dan aku ada di sini. Kenapa kamu harus ngelaluin ini sendirian?"
"Ini cuma awal aksi yang aku pernah kasih tahu ke Mas Dhanu waktu itu loh, ingat? Yang namanya kalau lagi ngelakuin sesuatu pasti ada aja rintangannya, aku pikir itu wajar. Karena sekarang yang aku lakuin cuma belajar lagi hal yang udah aku pikirin dari awal."
"Aku setuju, tapi itu kalau kamu sanggup ngelaluin sendiri."
"Mas Dhanu ngeraguin aku?"
"Aku nggak pernah ngeraguin kamu, Raya."
Tak ada suara lagi. Karena Dhanu dan Rara saling pandang dalam beberapa sekon, sama-sama saling menelisik melalui sorot matanya.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Dhanu.
Hanya empat kata yang Dhanu ucapkan, namun sukses membuat sepasang mata Rara berkaca-kaca dan berakhir menunduk sambil menutup mata dengan kedua tangannya. "Nggak. Aku yang justru ngeraguin diri aku sendiri, lagi. Tapi, aku nggak bisa bilang ke siapa-siapa...."
Dhanu yang melihatnya seketika melunak, membiarkan sejenak Rara yang menangis tersedu-sedu di depannya. Sengaja karena ia yakin ada banyak yang ingin gadis itu katakan.
"Kenapa nggak bisa?" tanya Dhanu lembut seraya meraih bahu Rara yang masih naik turun.
"Ya, aku mau tahu kesanggupan aku sampai mana," sahut Rara parau. "Aku nggak mau jadi bodoh, Mas Dhanu...."
Lalu Rara menangis lagi seperti anak kecil, membuat Dhanu refleks mendekap gadis itu perlahan. "Nggak harus dipaksain sanggup buat ditanggung sendiri, Raya. Kalau kamu ngerasa butuh tapi nggak berani bilang ke Ibu atau Bang Naresh, bilang ke aku juga nggak apa-apa. Kamu pasti bisa, aku tahu itu."
Rara tak berani menjawabnya, karena mendengar kata-kata cowok itu saja sudah mampu membuat air matanya bercucuran seperti ini. Jadi, ia memilih menenggelamkan mukanya dalam-dalam di balik bahu lebar Dhanu sambil terus menangis, sesekali tercium juga aroma segar dari si pemilik bahu. Masa bodoh baju cowok itu basah, peduli apa ini semua juga karena ulah Dhanu kok.
"Asli, Mas Dhanu nyebelin banget," gumam Rara. "Aku nggak bisa berhenti nangis tahu!"
"Iya. Aku emang nyebelin dari dulu, kayaknya kamu juga tahu itu deh," balas Dhanu sambil terkekeh, meski tangannya tak berhenti mengusap punggung dan rambut Rara yang masih di pelukannya. "Sekarang dengerin kata-kata aku. Kamu bisa, kamu mampu, kamu lebih dari apa yang kamu pikirin. Percaya sama aku. Ingat waktu kamu berhasil lulus sidang? Kalau waktu itu kamu bisa, apa yang kamu hadapin sekarang juga pasti bisa. Aku tahu kamu bisa lebih hebat dari yang kemarin. Kamu percaya aku 'kan?"
Rara mengangguk di tengah sesenggukannya, membuat Dhanu lagi-lagi tersenyum sambil mengelus puncak kepala gadis itu. "Kamu punya aku di sini, nggak apa-apa. Semuanya bisa dilaluin dengan baik."
"Seyakin itu?"
"Iya. Kamu percaya 'kan?"
"Iya."
Rara menjawab begitu, lalu mulai melonggarkan pelukannya karena harus mengelap wajahnya yang kusam karena air matanya. Membuat Dhanu yang belum sepenuhnya lepas memilih memerhatikannya lamat, kemudian berkata lagi, "Aku yakin kamu bisa―" terjeda sejenak karena laki-laki itu tiba-tiba mengecup pipi Rara yang basah, "―karena aku percaya kamu."
Detik selanjutnya jelas tak dapat dilewatkan Dhanu, karena Rara seketika membulatkan matanya dan membeku sejenak lengkap dengan wajahnya yang merah padam. Lalu berseru pelan sambil meninju perut laki-laki itu, "Heh, Mas Dhanu!!"
Sempat sih Dhanu meringis kesakitan sambil memegang perutnya yang ditinju gadis itu, tapi itu tetap tak menghalanginya untuk menutupi sebagian wajahnya dengan tangannya yang lain. Wajahnya juga sama merahnya seperti Rara, mungkin ia juga sempat berpikir bagaimana bisa keberaniannya tahu-tahu muncul di saat seperti itu.
Dasar Dhanurendra Akasha.
[]
Backsound: Backstreet Boys – I Want It That Way
Ditulis karena aku juga butuh semangat dan keyakinan pada diri sendiri. Bedanya aku nggak ada Dhanu di rl, jadi mari kita bayangin aja Dhanu bareng Rara yang makin uwu. Huhu, mau punya pacar kayak Dhanu :( Semoga kalian setelah membaca ini juga mendapat keyakinan dalam diri kalian ya! Makasih udah baca cerita uwu Dhanu dan Rara kali ini yaa! Semoga kalian selalu sehat dan bahagia selalu! Semangat untuk menjalani hari-hari kalian kedepannya! ^^ sampai ketemu lagi!
-Ai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepucuk Surat
Short Story[LENGKAP] Buku Kedua: Serendipity: Undercover Fate Kumpulan kata yang tersurat dari Dhanurendra Akasha dan Nararya Anindita dalam tiap sepucuk surat. Lewat sepucuk surat ini, mereka akan menemukan banyak sisi lain dalam diri masing-masing dan belaja...