Surat [4]: Good Lovin'

1.1K 267 27
                                    

Semuanya memiliki kemungkinan, baik benar maupun salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya memiliki kemungkinan, baik benar maupun salah.

.

Setidaknya, pernah dalam sekali terpikirkan dengan jelas. Apakah perjalanan ini akan menemukan muaranya?

"Mas masih ingat pertanyaan aku yang dulu, nggak?"

"Yang mana?"

"Tentang... kita yang mungkin cuma ditakdirin buat jalan bareng, tapi nggak sampai akhir."

Rupanya pertanyaan itu masih sama, Dhanu sendiri juga tak menyangka kalau pertanyaan itu masih setia dalam ingatan Rara yang kini menatapnya ingin tahu. Sejatinya lelaki itu ingin menghindar, juga menyangkal bahwa pertanyaan itu tak pernah ia dengar sebelumnya. Namun, kalau dipikir-pikir ia terlalu kekanakan, meski usia dewasa membuatnya lebih enggan untuk mencari yang lebih baik, seharusnya ia tak boleh berpikir demikian. Takdir Tuhan tidak ada yang tahu.

Rara juga sepertinya sadar dengan perubahan ekspresi wajah Dhanu, yang kemudian ia menarik kata-katanya, "Nggak usah dijawab. Aku nggak maksud nambah pikiran kayak soal matematika. Itu pikiran yang suka muncul aja di kepalaku akhir-akhir ini, dan harusnya aku nggak bahas ini sama Mas."

Waktu itu mereka sedang sibuk bersandar di dinding depan rumah keluarga Rara, duduk di lantai beranda saat sore menjelang. Hujan sibuk mengguyur daratan dengan rintik-rintik kecil. Sebelumnya mereka baru saja berjalan-jalan di depan pintu masuk perumahan sambil membeli jajanan—kebetulan di dekat pintu masuk ada banyak pedagang jajanan yang beragam. Berakhir mereka kekenyangan lantaran habis makan seporsi ketorpak.

Lalu, jawaban Rara kala itu tak menimbulkan sahutan selanjutnya karena berakhir tak memiliki ujaran yang tepat untuk menimpali. Mungkin Dhanu juga sedang sibuk berpikir.

"Aku juga kayaknya pernah bilang sama kamu," ungkap Dhanu setelah diam agak lama. "Apapun akhirnya nanti diantara kita, aku selalu makasih ke kamu buat semua yang kita laluin bareng-bareng. Dunia itu bikin capek, tapi selama aku bareng kamu seenggaknya bikin ngerasa aku baik-baik aja. Aku ngerasa punya teman yang ada di samping aku, walau nggak harus selalu menguatkan setiap saat. Cukup saling cerita tentang sehari-hari, itu udah cukup buat aku."

"Kalau nanti kita berantem, gimana?" tanya Rara.

"Bukannya bagus? Kalau nggak berantem, berarti bukan pacaran namanya."

"Terus apa?"

"Hubungan manusia sama kucing."

Kemudian mereka saling pandang dan tertawa atas jawaban asal Dhanu.

"Kucing juga suka berantem sama orang. Mas nggak pernah lihat orang lecet di tangan bekas dicakar kucing?"

"Ya, itu sih kucingnya doang yang ngamuk!"

"Hahahaha!"

Lagi, mereka seketika tenggalam dalam tawa setelah saling melontarkan lelucon konyol. Memecahkan keheningan barang sejenak setelah suara rintik hujan di atas genting lebih mendominasi sejak tadi. Manik mata Dhanu membiarkannya melihat garis senyum Rara untuk sesaat, sampai gadis itu menyeletuk lagi.

"Tapi, ya, jujur aja sih, bagi aku kita tetap kayak teman."

Seketika alis kanan laki-laki itu terangkat. "Nggak ada spesial-spesialnya nih?"

"Dari awal juga kita teman, sekarang masih teman, sampai akhir mungkin juga teman," ungkap Rara dengan pandangan yang menerawang.

"Wah, sedih banget, aku cuma dianggap jadi teman doang sama kamu," rajuk Dhanu.

"Yah, lihat-lihat juga dong. Ini teman yang jenis apa dulu. Kalau yang kemarin kita teman doang, hari ini teman keren," tutur Rara.

"Kenapa harus teman keren?"

"Soalnya kita keren banget."

Dhanu terkekeh mendengarnya. "Kalau besok?"

"Besok bisa jadi teman lama atau...," Rara sengaja menggantung ucapannya lantaran ia seketika melirik sebentar ke arah Dhanu sambil menutupi sebagai mukanya. "...teman hidup."

Detik itu juga Dhanu lagi-lagi tak bisa menahan tawa sumringahnya. Sementara, Rara buru-buru berpaling hendak sibuk menuangkan teh hangat dari teko ke dalam cangkir kosongnya.

Meski begitu, laki-laki itu juga tahu kalau ucapan Rara memang benar adanya. Yang mengejutkan, Dhanu baik-baik saja dengan fakta itu, karena ia tahu ia harus memanfaatkan setiap detik yang berarti untuknya sejak awal bersama si gadis.

Karena waktu akan selalu menjadi misteri untuk siapapun. Bukankah satu-satu hal yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha memanfaatkan waktu sebaik mungkin?

[]

Backsound: Maliq & D'Essentials – Good Lovin'

.

Halo semuanya! Lama banget ya aku gak update di work ini haha! Banyak hal yang terjadi, banyak juga hal yang aku pikirkan selayaknya manusia biasa. Apa kabar kalian semua? Semoga sehat selalu ya! Saat ini pandemi semakin merajalela, aku harap kalian selalu sehat dan berada dalam lindungan Tuhan. Tetap jaga kesehatan dan stay safe!

Ngomong-ngomong... SELAMAT 1K FOLLOWERS :"D siapa yang bakalan nyangka dapat followers seribu padahal lagi gak bisa aktif nulis dan tulisanku yang tamat cuma punya cerita Serendipity yang paling membekas. Alhamdulillah aku bersyukur banget. Makaish buat kalian semua yang udah follow akun wp aku, follow semua media sosialku baik twitter khusus sambat atau khusus tulisan dan juga Instagram tulisanku yang jelas jarang aktif. Makasih banyak sekaliiii T__T

Sebagai perayaan 1k followers, aku sempatkan menyelesaikan draf ini yang sebenernya udah ditulis dari 3 bulan lalu (mungkin ya, soalnya aku lupa kapan terakhir aku update di sini haha T_T). walau pendek banget ceritanya, semoga tetep suka ya xixixi :") Semoga suka dan feelnya sampai. Makasih udah baca! Semoga kalian selalu sehat dan bahagia! Aamiin! Semangat terus! <3

Btw, siapa yang di sini kangen Dhanu dan Rara selain aku? Atau, ada yang punya harapan-harapan tentang mereka? Haha!

-Ai.

Salam senyum rindu dari Dhanu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam senyum rindu dari Dhanu!

Sepucuk SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang