Surat [13]: Masih

554 132 16
                                    

Masih apa? Masih sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih apa? Masih sayang.

.

"Minggu ini, tanggal ulang tahun Mas Dhanu udah lewat, ya?"

"Iya."

"Sedih nggak, nambah umur tapi nggak dirayain?"

"Mau gimana lagi, lagian sebenarnya hari ulang tahun juga mirip hari berkurangnya masa hidup kita."

"Jadi, kelihatan menyedihkan, ya?"

"Yah, itu kenyataannya, 'kan?"

Rara terkekeh pelan tanpa mengubah posisi berbaringnya yang menyamping. Kelopak matanya terpejam karena terlalu berat meski hanya sekedar untuk melirik sedikit. Ia tidak bisa membayangkan Dhanu sedang apa di sampingnya, tetapi tatkala keningnya yang panas karena suhu tubuh demamnya bergesekan dengan kulit lain yang suhunya cenderung lebih normal membuatnya perlahan paham.

"Jangan dekat-dekat! Saya lagi sakit!" gerutu Rara.

"Tahu kok," ujar Dhanu terdengar masa bodoh. "Habis saya penasaran kenapa Bang Naresh suka banget posisi begini ke kamu, jadi saya cobain."

Begitu Rara membuka mata, dapat ia lihat Dhanu juga sedang berbaring dengan posisi berlawanan arah, sementara kepalanya beralaskan bantal panjang yang dipakai Rara. Sehingga kening cowok itu berdeketan langsung dengan kening Rara.

Bersamaan itu Dhanu menatap ke arahnya. "Besok-besok, kamu mau nggak ngekos di rumah saya? Nanti biar Ibu Negara yang urus harganya."

"Orang gila," respon Rara cepat. "Ibu kamu nggak masalah, terus gimana Ibu saya?!"

"Nanti aku yang bilang," ujar Dhanu mulai serius. "Kamu sekarang sakit 'kan gara-gara kecapekan. Kamu juga jarang makan sejak kerja, bikin khawatir Ibu sama Ayah kamu tahu."

"Mas Dhanu juga?"

"Iya."

Rara menyengir mendengar itu, sukses menularkan pada Dhanu yang ikut tersenyum dibuatnya.

"Makasih udah khawatir," kata Rara rendah. "Harusnya minggu ini Mas Dhanu tiup lilin, terus makan kue merah beludru. Bukan di sini, tiduran lihatin saya demam kayak gini."

"Ngomongnya red velvet cake aja, ribet banget bilang gitu," ledek Dhanu. "Lagian, tadi kita udah tiup lilin 'kan?"

"Itu pakai lilin mati lampu!" gerung Rara sebal. "Saya udah beliin kue dari kemarin, tapi sakit ini mendadak datang."

"Ketimbang itu, aku cuma pengen kamu sehat, Raya," sahut Dhanu pelan. "Jangan pikirin yang lain. Rasa pesimis di diri kamu juga pengaruh ke kesehatan kamu."

Hening.

Dhanu dan Rara tak saling bicara untuk beberapa saat, saling memandang sekilas sebelum beralih ke arah lain. Mengamati tiap jengkal eksistensi mereka yang menakjubkan, tanpa disangka bahwa mereka telah saling berhadapan setelah lama tak bersua akibat kesibukan yang mendera.

"Aku tahu kok," balas Rara. "Selamat ulang tahun ya, Mas, dari aku yang lagi resek sama demam. Semoga Mas Dhanu selalu sehat dan bahagia. Ayo, kita makan kue bareng nanti."

Dhanu tersenyum. "Aku lebih suka lihat kamu juga ikutan sehat, Raya. Jangan sering sakit ya."

"Aku jelek kalau lagi sakit."

"Setiap hari juga kamu jelek."

"Kamu juga jelek. Jangan suka sama orang jelek."

"Di mata saya sih, kamu masih cantik, Raya."

"Kalau gitu, kamu juga masih ganteng, Mas Dhanu."

"Mujinya jangan sering-sering, nanti saya sombong."

"Kalau saya jelek, masih suka saya nggak?"

"Kalau itu kamu, masih."

"Masih apa?"

"Masih sayang."

[]

Backsound: TheOvertunes - I Still Love You & Doyoung Cover - La La La Love Song.

Maafin kalau gak jelas huhuhu selamat ulang tahun Mas Dhanu! We love you sooooo much!

Semoga kalian juga yang habis baca ini selalu sehat dan bahagia di manapun kalian berada. Sampai ketemu lagi!

-Ai.

Sepucuk SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang