Chapt 15 : Kolam Renang

6 2 0
                                    



****

Hari menjelang sore. Kiya, Raka dan teman-teman yang lain sudah berada di panti. Namun Keceriaan yang dirasakan teman-temannya tidak dirasakan oleh Kiya, begitupun Raka yang masih diam hanya memperhatikan Kiya yang terdiam dalam lamunan.

"Kamu kenapa sih? Mau pulang ya? Udah bete?"

Kiya masih terdiam diposisinya. Matanya menatap kosong ke air kolam renang yang begitu tenang.

"Kiya.."

Kiya hanyut dalam lamunan masa lalunya. Mimpi yang hanya beberapa menit tadi mampu membuang waktunya hingga berjam-jam. Mengapa mimpi itu sangat berpengaruh besar pada hati Kiya? Dia bahkan lupa kapan terakhir kali bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Dia tidak bisa menyangkal, bahwa saat ini Kiya sangat merindukan Putra.
Saat fikirannya masih berkelana pada masa lalu, entah dorongan dari mana yang membuat Kiya kehilangan keseimbangan dan membuatnya terhempas ke depan.

BYURRR

Riri berbalik saat punggungnya menabrak sesuatu. Matanya membelalak, kedua telapak tangannya terangkat untuk menutup mulutnya. "KIYAAA! Astaga..."

Raka segera menyebur ke kolam renang, tidak memikirkan bajunya yang akan basah. Raka berenang hingga ke tengah kolam. Kiya sudah hampir kehabisan nafas dan tenggelam, Namun tangan Raka sudah lebih dulu menarik pinggang ramping itu lalu memeluknya dengan erat. Raka mengangkat tubuh Kiya ke tepian kolam renang, Riri pun ikut membantu mengangkat tubuh sahabatnya dari pinggiran kolam.

Setelah tubuh Kiya sudah berbaring di tepian kolam renang, Raka segera naik ke atas. Kaus hitamnya yang basah mencetak jelas bentuk tubuhnya yang atletis. Raka memompa detak jantung Kiya dengan kedua telapak tangannya. Namun, saat di rasa belum cukup, dia segera mendekatkan wajahnya pada wajah Kiya yang basah. Raka memberikan napas buatan untuk Kiya, membuat yang lain membelalak terkejut.

"Uhuk..Uhuk.."

Kiya menyemburkan air dari dalam mulutnya. Matanya yang terpejam seketika mulai terbuka walaupun penglihatannya masih sedikit kabur. Ia menatap sekelilingnya, ada Raka, Cindy, Riri, Manda, Aji, Alan, Luvi dan banyak anak panti yang lainnya.

Kiya langsung bangun dan dibantu oleh Raka. Saat tubuhnya sudah terduduk, Raka dengan cepat menarik tubuh Kiya dan memeluknya dengan erat, tidak peduli pada beberapa pasang mata yang kini melihatnya.

"Syukurlah kamu sadar, Ya."

Kiya hanya mengernyit, tanpa membalas pelukan hangat dari Raka.

Raka melepaskan pelukannya, lalu menangkup wajah Kiya dengan kedua tangannya. "Kamu gak kenapa-kenapa kan?" tanyanya.

Kiya menggelengkan kepalanya, sembari menatap ke manik mata coklat cowok dihadapannya.

Raka menghembuskan napas lega.

"Syukurlah." Ucapnya sembari mengelus puncak kepala cewek itu.

"Lo, sih!" Riri terus memojoki Aji yang berada disebelahnya.

"Siapa suruh lo penakut."

"Hih,"

Raka meletakkan tangan kanannya pada pinggang Kiya, lalu tangan kirinya diletakkan pada lutut belakang gadis itu. Raka mengangkat tubuh menggigil itu dan membawanya masuk ke dalam ruangan.

"Ah, Kak Raka. Gantle Man banget seeehhhh."  Ucap Cindy. Kedua tangannya menyatu didepan dada lalu ditempelkan ke pipinya sembari memandangi Raka dengan kagum.

"Best Couple banget, ya, Ndy?" Manda ikut memberi pendapat.

Cindy hanya membalas dengan gumaman dan kepala yang dianggukan. Matanya berbinar menatap punggung basah Raka yang menjauh, kemudian menghilang di balik pintu.

Dekat Tak TergenggamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang