Chapt 4 : Perbincangan Hangat

36 4 0
                                    

Part ini sudah direvisi. Happy reading beibeh...


----


Raka tidak peduli jika gendang telinganya pecah akibat suara teriakan Kiya yang tidak juga berhenti. Dia masih berjalan melewati pohon-pohon tua yang menjulang tinggi. Raka melirik Kiya yang sedang mengangkat tangannya, menutupi mulutnya yang menguap, lalu perlahan menyandarkan kepalanya ke dada Raka.

"Kalau ngantuk tidur aja!"

Kiya menggeleng, sesekali dia mendongak ke atas untuk melihat Raka yang tidak terlihat keberatan menggendongnya. Bayangan tentang Raka yang jahil digantikan dengan Raka yang romantis. Kiya sering mendengar dari Mahasiswa lain bahwa Raka sering sekali menjalin hubungan dengan cewek yang berbeda-beda. Dia yakin bahwa Raka termasuk ke dalam daftar cowok yang harus dihindari. Kiya tidak ingin merasakan sakit hati untuk yang kedua kalinya.

Kiya menggeleng sambil tertawa kecil, merasa heran dengan pemikirannya sendiri. Dia menguap lagi dan melirik ke Raka yang masih fokus pada jalanan di depannya. Matanya mulai terpejam, sampai akhirnya menutup, membawa ruhnya berpindah ke alam mimpi.

"KIAAA..., RAKAAA...,"

Suara teriakan dari teman-teman kelompoknya terdengar bergema. Raka segera mencari asal suara di sekelilingnya, namun batang hidung teman-temannya tidak ada di dalam penglihatannya.

Kiya yang merasa tubuhnya terguncang didalam gendongan Raka akhirnya terbangun. "Rak," Raka menunduk menatap manik mata Kiya yang masih terlihat kantuk. "Turunin gue, ya?" pintanya.

Raka mengangguk lalu perlahan melepaskan lutut Kiya hingga menginjak tanah. Kiya langsung berdiri, namun rasa sakit masih sedikit terasa dikaki sebelah kanannya.

"Kaki kamu gakpapa kan?" tanyanya.

Kia menggangguk-anggukan kepalanya.

"Bisa jalan, kan?"

"Bisa, kok!!" Kiya melangkah kecil, menciptakan jarak diantara mereka.

"Ayo, sayang. kapan?" Raka menaik-turunkan alisnya. "Habis pulang dari sini, ya?"

Sejenak Kiya terdiam, matanya menyipit menatap Raka. Tangan kanannya terulur mencubit perut Raka.

"Sakit, sayang." Raka meringis kesakitan.

"Bodo amat!"

Alan berjalan mendekat dari belakang tubuh Raka, Kiya langsung berdiri tegak mengalihkan pandangannya dari Raka. "Oh bagus, ya! kalian dari tadi dicariin tapi malah disini berduaan."

Kiya pun melotot. "Enggak kak, dia nih yang culik gue kesini." gerutunya. "Bawa gue pergi jauh-jauh dari makhluk aneh itu, Kak," tangan Kiya terangkat lalu menunjuk wajah Raka. Saat Raka ingin menggigit jari telunjuk Kiya yang mengarah didepannya, Kiya sudah berlari ke belakang tubuh Alan untuk meminta perlindungan.

Raka terkekeh pelan. "Gila lo, Rak, di apain anak orang?"

"Cuma icip-icip dikit."

Kiya menatap Raka tajam. Raka segera menutup mulutnya sendiri, menghindari amukan dahsyat dari Kiya.

"Ya udah, sana lanjutin jalannya! kelompok kalian lagi pada nungguin dibawah pohon itu." Alan menunjuk segerombolan Anggota Mapala yang sedang duduk memijat-mijat kakinya yang diluruskan ke depan.

"Iya, Kak," Kiya segera berlari meninggalkan Alan dan Raka berdua.

"Cari tempat yang aman dikit lah untuk berbuat mesum, Rak,"

Raka menjitak kepala Alan pelan. "Otak lo mesum!"

"Halah, udah sampe bibir tapi didiemin, menghayati banget. Hahaha..." Alan tertawa kecil, lalu berlari menyusul Anggota Mapala yang sudah melanjutkan perjalanannya kembali.

Dekat Tak TergenggamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang