Chapter 17 : Ada Apa Dengan Mereka

14 1 0
                                    

Raka mengendarai mobilnya di hiruk pikuk kemacetan di Ibu Kota. Suara ponselnya berdering menampilkan nama Alan di layar. Buru-buru Raka mengecilkan suara musik yang sedang di dengarkannya. Tangannya menggeser tombol Slide Answer.

"Hallo?"

"Gawat, Rak!"

"Gawat kenapa? Mau berak lo?"

"Serius tai."

"Hidup jangan terlalu di bawa serius lah, gak asik lo."

"Yeuh, si bangke!"

Raka terkekeh. Mobilnya memasuki parkiran gedung yang menjulang tinggi. Dengan lihai, Raka mengemudi. "Bentar ... bentar ..." ponselnya diletakkan pada jok disebelahnya. Parkiran yang padat tidak membuatnya kesulitan sama sekali.

Kaca jendela mobilnya di biarkan terbuka. Menampilkan wajahnya yang serius. Wajahnya yang tampan ditambah accesorism Kaca mata hitamnya membuat Raka terlihat sangat menawan. Setelah turun dari mobil, tangan kanan Raka terangkat, membawa rambutnya ke belakang. Kelakuan Raka membuat para wanita yang melihatnya diam terpesona. Dengan Ransel dipundaknya, Raka kembali berjalan memasuki gedung apartemen sambil menempelkan ponselnya ke telinga.

"Hallo?" Raka kembali bersuara. Dia melihat ke layar ponselnya. "Yeh si cumi malah dimatiin."

Raka masuk ke dalam lift dan mencoba menghubungi Alan kembali. Tidak butuh waktu lama, temannya mengangkat.

"Hallo. Gawat kenapa?"

*****

Kiya mengerjap. Kepalanya terasa sakit. Matanya kini terbuka dan langsung membuatnya terkejut saat melihat sekelilingnya adalah tempat yang asing. Kiya spontan terbangun. Matanya menjelajahi setiap sudut ruangan. Dindingnya yang dihiasi pajangan modern dan wallpaper di dinding dengan warna hitam dan putih. Kiya mencoba mengingat-ngingat kejadian yang membawanya ke tempat ini.

"Gue ini lagi di culik, ya?" tanyanya entah kepada siapa.

Kiya menjerit dalam hati. "KAK DONI!!!! TOLONG!!!"

Dengan segenap keberanian di dirinya, Kiya turun dari tempat tidur itu. Dengan sangat pelan Kiya menjaga langkahnya, berusaha untuk tidak menimbulkan suara sekecil apapun. "Kalau sampai ketahuan. Gue bisa di iket lalu di bunuh kaya di fil-film." Ceracaunya.

Kiya mengendap saat berhasil keluar dari dalam kamar tidur. Namun, jantungnya hampir copot ketika suara pintu terbuka terdengar. Dengan cepat Kiya membawa tubuhnya ke balik sofa, bersembunyi disana.

Tangannya Kiya terangkat, mendekap mulutnya sendiri saat laki jenjang melewati sofa tempat Kiya bersembunyi. Kiya berharap ini hanyalah mimpi buruknya saja. Sesekali kepalanya muncul untuk memastikan lelaki dengan badan tinggi itu menjauh dari posisinya saat ini.

Saat dirasa cukup aman. Dengan langkah seribu, Kiya melangkah dengan lebar ke arah pintu yang sudah ada didepan matanya.

CEKLEKK

Belum sempat Kiya memegagang gagang itu, pintu sudah lebih dulu terbuka.

"Mati gue!" Kiya mengumpat dalam hati, merutuki hidupnya yang miris.

"SIAPA?"

suara teriakan dari dalam ruangan terdengar diiringi langkahan kaki yang semakin mendekat ke arah Kiya. Namun dia lebih terkejut melihat seseorang dibalik pintu itu. "Ra—ka ?"

Raka terdiam ditempat dengan tangannya memegang ponsel yang bertengger ditelinga. Suara dari ujung telepon itu terdengar memanggil namanya berulang kali.

"Kamu udah sadar?"

Suara dari balik punggung Kiya menginterupsi, membuatnya membalikkan badan. Dilihatnya buka penjahat, namun membuat wajah Kiya memucat. Kiya berbalik, dengan langkah cepat dia berlari hingga menabrak pundak Raka yang berada di depannya.

Diujung telepon, suara Alan kembali terdengar. "WOY! Lo denger gue gak sih? Kiya belum balik dari semalem Rak,"

"Dia ... ada sama gue." Raka menutup telepon itu. Tangannya dengan cepat menangkap lengan Kakaknya yang hendak mengejar Kiya."Kenapa ada dia di sini?"

"Lo kenal dia?"

"Jawab gue!"

"Nanti gue jawab setelah gue bawa itu cewek balik ke sini. Oke?" Kata Tara. Dia langsung berlari mengejar Kiya yang mulai menjauh dari pandangannya.

Kiya berlari menuju lift dengan napasnya yang tersenggal. Pintu list terbuka, dengan cepat Kiya masuk ke dalamnya. Buru-buru menekan tombol agar pintu dengan cepat tertutup. Namun, tangan besar menahan pintu list yang hendak tertutup. Muncul Tara dengan raut wajahnya yang khawatir.

"Ki—ya?"

BRUK!!!

Tubuh Tara tersungkur ke lantai dikarenakan dorongan yang kuat dari tangan Raka. Raka menatap Kiya yang mematung di dalam lift sebelum akhirnya pintu lift benar-benar tertutup.

Sedangkan Kiya bernapas lega di dalam lift, membawanya menjauh dari dua pria itu.

"Sorry gue gak sengaja." Ucap Raka. Tangannya terulur membantu Tara bangun.

"PARAH LO YA!"

Tara kembali berlari ke arah tangga darurat. Tapi dengan cepat, Raka menahan lengannya lagi. Menghentikan langkah kaki Kakaknya itu.

"APA LAGI SIH?"

"Lo gak liat tadi anak orang sampai ketakutan gitu?"

"Itu urusan gue. Bukan urusan LO!"

"Lagian kok bisa ada Cewek di apartemen lo?"

Tara berbalik, berjalan dengan putus asa, meninggalkan Raka dan pertanyaannya.

"Lo bukan penculik kan?" Raka berjalan mengikuti langkah Tara.

"BERISIK LO!" Tara membanting pintu kamar apartemennya saat dia sudah masuk ke dalam. Meninggalkan Raka di luar dengan rasa penasaran yang begitu dalam.


~~~~~~~


Kritik dan Saran, Please gaeesssss

Dekat Tak TergenggamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang