Chapt 11 : Telepon Misterius

11 4 0
                                    

Hollaaaaaaaa....Happy reading gaesss

****

Dua jam Kiya menunggu Raka dikampus, ditemani oleh buku novel kesukaannya. Tadi Riri sudah mengajaknya pulang bersama, namun dengan sikap amanah yang dimilikinya, akhirnya Kiya tetap menunggu Raka hingga cowok itu menghubunginya balik.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Sudah hampir dua puluh kali Kiya menghubungi nomer Raka, namun tidak kunjung diangkat. Sedangkan Raka masih bergulut dengan selimut yang menutupi sebagian kakinya, handphone nya di silent, kebiasaan Raka ketika hendak tidur, katanya agar tidak ada yang mengganggu di setiap tidur nyenyaknya.

Kiya berdiri dan mengambil tasnya, dia berjalan keluar kelas dengan kaki yang dihentakkan dan wajah yang sudah memerah karena marah. "Awas ya lo!" gerutu Kiya di sepanjang kakinya melangkah.

Kiya memberhentikan taksi yang lewat didepannya. Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai kerumahnya. Sesampainya didepan gerbang rumahnya, dia langsung masuk ke dalam rumah yang berwarna putih tulang, dia menaiki tangga penghubung ke arah kamarnya dilantai dua.

Kiya menghempaskan tubuhnya ke ranjang, menatap langit-langit kamarnya dan balon yang disetiap ujungnya terpasang foto Kiya bersama dengan mantan kekasihnya. "Kapan aku bisa lupain kamu, Put?" ucapnya lirih.

Kiya menelungkupkan tubuhnya dan tangannya terulur mencari ponsel didalam tasnya. Dahi Kiya berkerut saat melihat ada tiga panggilan tak terjawab dengan nomer yang tidak dikenal. Dia mencoba menghubungi balik nomer itu, dia berpikir bahwa itu adalah nomer telpon Bima yang baru, karena memang Kakaknya itu suka mengganti nomer telpon seenaknya.

Saat sambungan terhubung, tidak begitu lama Kiya menunggu hingga akhirnya diangkat.

"Hallo?" Kiya menyapa seseorang diujung telpon.

"...."

"Hallo, siapa ya?"

Kiya terbangun kemudian duduk dengan kakinya yang dilipat bersila dan mengambil bantal untuk diletakkan diatas pahanya.

"Hallo?"

Kiya masih sabar menunggu lawan bicaranya di telpon itu menjawab. Namun tiba-tiba sambungan terputus begitu saja membuat Kiya memincingkan sebelah alisnya.

"Gak jelas!"

Kiya melempar ponselnya ke sudut kasur, lalu membaringkan kembali tubuhnya sembari bernostalgia bersama foto yang berada dihadapannya. Kenangannya kembali melintas saat Kiya memejamkan kedua matanya.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu dari luar kamarnya membuat Kiya refleks membuka mata kemudian segera membuka pintu kamarnya yang terkunci. Kiya memberikan cengiran saat menghetahui bahwa Doni lah yang mengetuk pintunya.

"Tumben dikunci."

Kiya menghela napas sebelum akhirnya menggerutu. "Habis ya ka, Bima itu suka lancang masuk kamar aku, terus ngambilin barang-barang aku kaya maling, apalagi kalau aku suka lagi dikamar mandi, dia suka rekam suara aku pas lagi nyanyi gitu kak! Sumpah ya—"

"Kiya!"

"Nanti dulu, Kiya belum selesai bicara. Terus dia juga suka gangguin Kiya ngerjain tugas, makanya sekarang pintu suka Kiya kunci aja, kan Kiya jaga-jaga. Apalagi kan sekarang dia mau balik kan? Dia udah selesai kan pergi kemana tuh ya? Ah Kiya—"

"Cukup Kiya!" tegas Doni gemas pada adik bungsunya yang tidak berhenti mengoceh. "Makan malam sudah siap!"

"Oke, Kiya mandi dulu sebentar." Kiya berbalik dan melangkah masuk kedalam kamarnya.

Dekat Tak TergenggamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang