Chapt 2 : Pendekatan

55 4 2
                                    

Udah di revisi yaa part ini.


----

Raka Candra Winata, cowok tampan si pemilik kampus. Raka sendiri tidak menyangka bisa mengagumi sosok Kiya, cinta pada pandangan pertamanya itu. Raka sangat mengingat bagaimana dia bisa mengenal Kiya, Kiya yang saat itu sering dilihat nya sedang termenung sendirian di taman di belakang kampus dan ketika Dosen menjelaskan di depan kelas. Raka juga sering melihat Kiya dengan sahabatnya yang dia tau bernama Riri. Kiya nampak bahagia jika bersama Riri, ciri tertawanya membuat Kiya jadi jauh semakin cantik. Raka tidak menyangka bahwa Kiya mempunyai sifat yang jarang dimiliki cewek lain. Contoh saja saat dia mendekati cewek itu. Sifat ketus seperti penggulat malah menjadi daya tarik tersendiri menurut Raka. Raka sadar bahwa dia benar-benar menyukai gadis itu. Ralat, maksudnya mulai mengagumi gadis itu.

Raka berbolak-balik di depan pintu gerbang Universitas Prawinata. Mata nya tidak lepas mengawasi sekitar, seperti seorang Security yang sedang bertugas.

Seseorang menepuk pundaknya membuat Raka sedikit terkejut, "Apa sih! jangan ganggu dong, Ji," kata Raka yang masih mengawasi sekitar.

Aji adalah sahabatnya sejak SMA. Aji memang sangat antusias masuk ke kampus ini padahal waktu itu dia masih menduduki bangku Sekolah Menengah Atas. Raka tidak memberitahu bahwa Ayahnya lah pemilik dari Universitas impiannya itu, hingga suatu hari Aji mengetahui nya sendiri dan tak henti memukul kepala sahabatnya itu menggunakan buku. Raka tertawa lepas mendengar penjelasan Aji yang seperti orang bodoh karena dapat dia bohongi.

Tentang Akhiya Nabila, yaps! Aji lah biang keladinya. Semua informasi lengkap Kiya mampu dia cari tau hanya untuk Raka, sahabatnya.

"Dia pasti dateng kok, anaknya rajin ikut kegiatan Mapala." bujuk Aji agar Raka masuk kedalam ruangan dan membantu Anggota lain untuk berkemas.

"Gak usah basa-basi deh! iya deh gue masuk bantuin yang lain. Hitung-hitung cari perhatian juga dari, Kiya."

"Iya, tapi kalau yang baper cewek lain, gimana?" goda Aji seraya menyenggol bahu Raka pelan. Raka berdecak kesal karena dia paling tidak menyukai yang namanya, di ganggu. Ya, walaupun dia sendiri adalah sosok pengganggu, bagi Kiya.

***

"Tolong bawain dong! aduh berat banget sih." Kiya sudah sampai di depan gerbang kampusnya, diantar taksi. Padahal tadi dia sudah meminta tolong Bimo untuk mengantar nya ke kampus. Namun dia kesal jika Bimo mampu menolak nya dengan Beribu-ribu alasan.

"Lagian mau ke Gunung tiga hari aja kayak mau liburan seminggu lo!" celetuk Riri kesal. Tangan nya mengambil kantong kresek milik Kiya. Kiya memang tidak bisa jauh dari cemilan di setiap harinya, tapi berat badan Kiya tidak berubah sedikit pun. Tetap body goals menurut kebanyakan cowok.

"Eh tuh ada kakak senior! minta bantuan sana, Ki,"

Bola mata Kiya mulai mencari sosok kakak senior yang di sebut Riri tadi. Namun sepertinya dia tidak mengenal sosok kakak senior itu.

Emang ada senior baru yah?

"Gue gak kenal. udah yuk masuk!" Sahut Kiya. Dia berjalan memasuki gerbang dengan membawa tas Gunung di punggungnya. Riri mencibir kesal. "Yaudah, sini gue yang bawa." Kiya mengambil kantong kresek yang berada di genggaman Riri.

Riri menghembuskan nafas lega lalu mengkretekkan ke dua tangannya hingga menimbulkan suara.

Wajah Kiya saat ini benar-benar tidak bisa dikontrol. Sedikit lagi dia akan sampai ke kelas tapi langkahnya makin melambat karena berat barangnya seperti melebihi berat badannya sendiri.

Dekat Tak TergenggamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang