"Ternyata awan tidak akan pernah jatuh ke bumi. Sebab, langit tak mau ditinggal sendiri."
___________________Sudah 2 bulan sejak Yeonjun tinggal dirumah Seuna. Hawanya masih sama seperti awal Yeonjun menetap disini, sangat sepi, hening, dan canggung. Dia jarang keluar dari kamarnya. Yeonjun keluar ketika memang ingin makan atau terkadang dirinya dipanggil Seuna untuk menemaninya. Dan ternyata Soobin sangat jarang berada dirumah, entahlah dia menginap dimana. Soobin pulang ketika hari libur kuliahnya saja.
Aneh, anaknya Soobin namun sang ayah lebih dekat dengan Yeonjun. Seuna sering bercerita tentang kehidupannya. Bagaimana sikap Soobin yang begitu dingin dan cuek padanya. Seuna juga bercerita pada Yeonjun kalau Soobin hanya bicara pada Seuna saat Seuna bertanya atau menyuruhnya melakukan sesuatu seperti saat Yeonjun mode baby junie dan Soobin langsung datang.
Namun Seuna bilang Soobin melakukan itu karena sesuatu alasan. Tentu saja alasannya adalah Soobin takut fasilitas mewahnya di ambil atau ditutup karena melawan Seuna. Sebenarnya Soobin pun merasa sangat kesal jika Seuna membahasnya. Jika Seuna menyuruh Soobin pasti Soobin menolak dan akan diancam jika fasilitasnya akan diambil.
Tidak ada cara lain lagi selain mengancam Soobin agar mau menurut pada Seuna. Yeonjun pun berpikir kalau sepertinya 2 bulan ini Soobin sangat perhatian dan baik pada Yeonjun karena takut fasilitasnya di ambil? Yeonjun juga tidak tahu karena itu mungkin hanya perasaannya saja. Semoga saja perhatian Soobin itu tulus dan mau membantu Yeonjun terbiasa dekat dengannya.
"Y-yeonjun-ahh" Pandangan Seuna tiba-tiba terasa kabur. Ia merasa sangat pusing hingga akhirnya pingsan dan membuat Yeonjun yang sedang membuatkan kopi untuk Seuna pun terkejut.
"Paman-!" Seketika Yeonjun terkejut, gelas yang dia pegang terjatuh mengenai kakinya dan mengeluarkan darah. Tapi dia tidak peduli untuk itu sekarang. Di rumahnya sedang tidak ada siapa-siapa selain Seuna yang pingsan dan Yeonjun yang panik. Semua pelayan di liburkan karena Seuna bilang dia ingin menikmati hidupnya dengan tenang di masa tuanya kini. Dia bahkan mengambil cuti pekerjaannya sebagai presdir di Na'group.
"Hiksss paman ayoo bangun" Yeonjun menangis dan ketakutan hingga akhirnya dia terpaksa menelepon Soobin.
"Soobin-ahh ayahmu.. Hiks"
"Ada apa dengan ayahku?" Tanya Soobin yang sepertinya berada di tempat yang gaduh dan berisik. Suaranya seperti sedang ada di club malam karena ada suara musik yang begitu kencang.
"Apakah kau berada di club malam?"
"Hah? Apa? Aku tidak mendengarmu maaf disini ramai sekali, aku akan pergi ke luar dulu sebentar" Soobin pun pergi ke toilet club itu. Dan terdengar suara gema musik yang begitu kencang.
"Apakah kau ada di club malam?" Yeonjun bertanya kembali dan berharap Soobin tidak berbohong.
"Ahh anu aku.. Aku..haha tentu saja tidak" Cara berbicara Soobin terdengar canggung.
"Jawablah dengan jujur"
"Tidak Yeonjun hyung aku berada dirumah teman seperti biasa haha" Soobin tertawa sedikit berharap Yeonjun tidak curiga dan percaya pada omong kosongnya.
"Aku tau, kau ada di club malam" Sial bagaimana Yeonjun tau?
"Terus mengapa jika iya? Apakah itu membuat hidupmu jatuh miskin? Ahh iya kau tidak akan jatuh miskin karena menumpang dirumah ku atau di rumah ayahku? Sama saja kan ya?" Berani-beraninya Soobin berkata hal lancang seperti itu. Bukan kemauan Yeonjun tinggal seperti itu, namun itu permintaan Jeoona sang mendiang ibu angkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Hate (Soojun/Binjun) End.
Fanfiction"Jadi pribadi yang mana yang kau sukai? Yeonjun, Daniel, atau Junie?" Choi Yeonjun lelaki tampan nan cantik yang mengidap dissociative identity disorder (DID) atau yang biasa kita sebut kepribadian ganda terpaksa tinggal bersama Choi Soobin lelaki t...