12

545 13 1
                                    

Satu Tahun Kemudian ...

"Kak, ini kiriman dari Mama. Katanya buat Angel." Derren menaruh sebuah tas besar ke atas meja.

"Makasih ya Ren. Kayaknya cuma kamu sama Mama yang peduli sama kami." Rossy yang sedang menggendong Angel merasa sangat bersyukur masih ada yang memperdulikan ia dan anaknya.

Selama satu tahun ini Rossy tinggal di bekas rumah neneknya. Tak sekalipun ia bertemu dengan Matteo. Matteo lenyap ditelan bumi, kabarpun tak datang darinya. Meski begitu, Rossy tidak pernah membenci Matteo. Alhasil, ia dikucilkan oleh anggota keluarganya dan diungsikan ke rumah ini.

"Kakak jangan mikir gitu dong. Kak Alby sama Kak Niko kan juga harus ngurusin Kak Vina. Kasihan Kak Niko tau Kak. Sekarang jadi pengawalnya Kak Vina. Sejak Kak Vina nyoba bunuh diri, mama selalu nyuruh Kak Niko buat jagain Kak Vina Kak."

"Hah? Kenapa nggak Kak Alby aja? Secara kan Kak Vina itu princess nya Kak Alby." Rossy dan Derren terkekeh.

Hanya ini yang dapat mereka lakukan agar tidak terlalu membenci keluarga mereka sendiri.

"Eh tapi kasian juga sih Niko.. Salam buat dia juga deh Ren.. "

"Ashiap.. Kalau gitu aku balik dulu ya Kak."

"Beneran nih mau balik sekarang? Nggak mampir dulu?"

"Nggak deh Kak.. Ada janji sama temen."

"Temen apa temen?" Goda Rossy.

"Temen kak... mau cek lokasi buat pemotretan buku tahunan."

"Ciyee.. yang udah mau lulus... Hati-hati di jalan ya.. Dadah om Derren"

"Dah Angel... Baik-baik ya sama mama, jangan nakal.. nanti mama kamu ngamuk loh.."

"Eh, jaga tuh mulut!"

"Hehe... peace Kak.." Derren meringis

"Bye Kak!"

"Bye Ren!"

Sepeninggal Derren, Rossy memandangi buah hatinya yang kini berusia tiga bulan. Meski keluarganya menolak keputusan Rossy untuk tetap menunggu Matteo, ibunya datang dan menginap selama beberapa minggu saat Rossy melahirkan. Bagaimanapun juga Rossy sangat bersyukur ibunya mau datang dan membimbingnya dalam mengurus buah hatinya. Jujur saja meski Rossy sangat menanti buah hatinya, beberapa waktu setelah melahirkan adalah saat-saat yang sulit baginya.

"Bi Asih..."

Rossy memanggil pembantunya. Untunglah selama ini ada Bi Asih yang selalu menemani dan membantu segala urusan rumah.

"Ya Non.." Yang dipanggil tergopoh-gopoh menghampiri Rossy.

"Tolong masukkan tas dari Derren ke kamar saya ya Bi.. saya mau jemur Angel dulu sebentar."

"Baik Non."

Bi Asih pun kembali masuk, tak lupa ia menjinjing tas dari Derren tersebut.

"Oke.. Sekarang waktunya kita berjemur sayang."

Rossy berjalan ke halaman rumah agar bisa terkena sinar matahari langsung.

Melihat buah hati nya tertawa saat ia ajak bicara membuat hatinya bahagia.

"Andai papa kamu ada di sini, kebahagiaan mama pasti sempurna Sayang. Tapi nggakpapa, asalkan ada kamu mama udah seneng banget."

Tak lama kemudian Angel tertidur pulas di pelukannya. Merasa sudah cukup, Rossy pun membawa Angel kembali masuk rumah.

Ia menidurkan Angel di ranjang bayi dan menyiapkan perlengkapan mandi untuk dirinya. Setelah menjadi seorang ibu, ia baru bisa mengurus dirinya sendiri setelah selesai mengurus Angel. Meskipun ada Bi Asih, segala keperluan Angel di urus oleh dirinya sendiri karena ia ingin bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Angel dan tentunya menjadi ibu yang baik.

"Bi.. Titip Angel sebentar ya, dia sudah tidur. Saya mau mandi dulu." Kata Rossy sambil berlalu. Ia memakai kain jarik sebagai penutup tubuhnya. Di tangannya ada sebuah ember kecil berisi peralatan mandi.

Rumah yang ia tempati adalah rumah jaman dahulu yang memiliki kamar mandi yang terpisah dari rumah, jadi mau tidak mau Rossy harus meninggalkan Angel di kamarnya setiap ia mandi, lagi-lagi ia bersyukur dengan kehadiran Bi Asih.

Baru beberapa langkah ia keluar dari rumahnya, sebuah tangan menariknya ke balik tebing di belakang rumah.

"Bang Teo?!" Rossy sangat terkejut dengan sosok yang ada di hadapannya.

"Akhirnya aku berhasil nemuin kamu."

Matteo memeluk erat tubuh Rossy. Rossy pun membalas pelukannya.

"Abang kemana aja? Kok tiba-tiba nggak ada kabar?"

"Ceritanya panjang Ros. Itu tadi yang kamu gendong anak siapa?"

"Itu Angel, anak kita Bang."

Matteo menitikkan air mata. Terbayang dalam benaknya bagaimana Rossy mengatasi semuanya sendirian.

"Maafkan aku Ros, kamu jadi menanggung semuanya sendiri."







Hai semuaa... vote dong kalau kalian suka cerita nya. Silakan kritik jika menurut kalian ada yang kurang ya...

Happy reading

Rose TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang