11

760 9 0
                                    

Vina masih berada di dalam mobilnya setelah beberapa saat yang lalu berhenti di pinggir jalan. Sebenarnya ia hendak pulang, namun mengingat Rossy yang pasti juga sudah berada di rumah membuatnya enggan untuk pulang.

"Arrgh... sialan!" Teriaknya sambil memukul kemudi.

Vina buru-buru pergi meninggalkan Matteo bukan karena ia kecewa pada Matteo, tapi karena ia tidak mau image nya sebagai wanita yang lemah di hadapan Matteo rusak. Ia tidak mungkin meneriaki Matteo di depan umum karena bisa saja Matteo memutuskan pertunangan dengannya saat itu juga.

Ponselnya berdering. Dengan malas ia mengambil ponsel dari dalam tasnya, ia menatap layar ponselnya.

Mama?

"Hallo Ma."

"Kenapa Ma?"

"Enggak Ma. Ini sebenernya ada apa sih?"

"Iyaa.. Aku pulang sekarang. Mama tenang dulu ya.."

Ia menutup sambungan dan bergegas menyalakan mesin.

"Ada apa ini?"

~~~

Saat ini para anggota keluarga telah berkumpul di ruang tamu. Niko duduk sambil menenangkan sang ibunda. Alby mondar mandir tanpa henti. Ia sedang berusaha menghubungi seseorang dengan ponselnya, tapi sepertinya mengalami kesulitan. Sedangkan Derren memeluk kakaknya yang sesenggukan.

" Sial. Nomornya nggak aktif!" rutuk Alby.

Beberapa saat tak ada yang menyahut. Hingga akhirnya Derren memecah kesunyian.

"Mungkin aja baterainya habis atau gimana.. Coba kita tunggu Kak Vina dulu Kak."

"lo beneran belum ngasih tau dia soal ini kan?" cemas Alby.

Rossy menjawabnya sambil menahan tangis, " Bbelum Kak... Aku jjuga baru tahu ssekarang."

Tak lama kemudian Vina muncul dari pintu depan. Langkah cepatnya tiba-tiba terhenti saat ia melihat pemandangan yang tak biasa dari keluarganya.

"Lo duduk sini deh Vin." Alby langsung menginstruksi Vina agar duduk berjauhan dengan Rossy.

Vina menurut saja. Alby pun turut duduk di samping Vina.

"Ma, Mama mau aku yang jelasin ke Vina atau gimana?" Alby yang notabene kakak tertua bertanya pada Mamanya. Di saat genting seperti ini dia harus bisa memimpin atau paling tidak menjadi moderator.

Jika saja Pak Arifin masih hidup, mungkin Alby tidak perlu melakukannya. Bahkan mungkin saja Rossy tidak akan terjerumus seperti ini.

Sesaat ibu Arifin terdiam memandangi putra sulungnya. Meski terlihat biasa saja, namun ibu Arifin tahu, Alby sangat terpukul mendengar berita ini. Bahkan saat ini nampak jelas di mata sang ibunda bahwa Alby masih menahan amarah yang belum juga reda. Meski begitu, ia pun tidak kuat untuk menyampaikan berita ini pada Vina. Setelah mengalami dilema, akhirnya ibu Arifin pun mengangguk pelan dan menyerahkan semuanya pada Alby.

"Lo jangan kaget ya Vin. Sissy hamil anak Matteo. Gue juga nggak nyangka sih Vin."

Mata Vina berkaca-kaca.

"Kamu keterlaluan Si. Aku tau kamu selalu iri sama aku, tapi nggak gini caranya!".

"Oiya... Aku juga punya kabar untuk kalian semua. Matteo ngebatalin pernikahan kami. Udah aku duga pasti ada yang nggak beres. Matteo nggak mungkin kayak gitu. Tapi baru aja dia batalin pernikahan cuma gara-gara hal sepele . Ternyata kamu biang keladinya."

"Tapi Kak, aku bisa jelasin semuanya. Kakak sebenernya salah paham."

"Kakak nggak mau dengar apa pun dari kamu Dek. Udah cukup kamu bikin kakak sakit hati dengan kelakuan kamu." Jawab Vina.

"Jadi Kak Vina habis ketemu sama Kak Matteo?" Derren menyela.

"Iya! Kenapa?"

"Ponselnya nggak aktif. Tadi ditelepon nggak diangkat. Setelah beberapa kali malah nggak aktif. Padahal gue nelepon dari ponselnya Sissy." Alby menyahut.

"Nggak mungkin sih dia masih di tempat tadi. Udah clear semua ya... Sekarang aku capek banget, aku tidur aja ya..." Vina menahan tangisnya.

Tanpa menunggu respon dari yang lainnya, Vina meninggalkan mereka dan menuju ke kamarnya.

Saat berada di dekat Rossy, ia berhenti.

"Aku nggak marah sama kalian semua, aku bener-bener capek, tolong ngertiin aku ya. Dan satu lagi. Aku nggak akan rela Sissy nikah sama Matteo. Titik."

Alby hendak mencegah Vina, namun ia menyadari gelengan ibunya hingga ia pun urung melakukannya.

Rossy yang sedari tadi membisu kini tangisnya pecah karena mendengar pernyataan Vina yang tidak merestui hubungannya dengan Matteo tanpa mendengar penjelasan apapun darinya.

"Lo juga sih... cari masalah aja."

"Sudah, jangan bertengkar.. Kita harus mencari solusi. Untuk saat ini biarkan Vina beristirahat, kasihan dia. Nanti kita bicarakan lagi dengannya kalau dia sudah tidak syok lagi." Sang ibunda menengahi agar tidak terjadi pertengkaran diantara anak-anaknya.

Niko yang sedari tadi bungkam angkat bicara,  "Terus, soal Kak Matteo gimana Ma?"

Rose TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang