Rose Tea

2

"Gimana nih Ros, nggak ada warung makan ataupun kafe yang kita lewati. Sedangkan kita udah basah kuyup."

"Apa aja deh kak. Yang penting bisa neduh."

"Kamu yakin?"

"Iya."

Motor Matteo berhenti di sebuah tempat parkir.

"Turun gih. Neduh dulu."

"Tempat apaan nih Kak?"

"Hotel. Buruan turun."

"Hah? Hotel? Mau ngapain?"

"Tadi katanya yang penting bisa neduh. Ini satu-satunya bangunan yang ada di sini. Tempat ini kan jauh dari mana-mana. Ya adanya ini. Kita nggak usah masuk, di sini aja."

"Iya deh Kak."

Matteo dan Rossy berdiri bersebelahan di tempat parkir di depan sebuah hotel sambil menanti hujan reda.

"Rossy. Kamu kok diem aja? Biasanya bawel."

"Dingin kak." Rossy menggigil

Matteo memandanginya.

Apa yang bisa aku lakukan untuknya? Pikir Matteo.

Matteo membuka ranselnya. Ia menemukan scarf yang ia siapkan untuk Vina. Tapi ia iba pada Rossy kedinginan saat ini.

"Ros, kamu pakai ini ya, biar nggak terlalu dingin."

Matteo mengalungkan scarf tersebut pada leher Rossy.

"Ros, leher kamu panas."

"Kening kamu juga. Kamu demam ya?"

Rossy mengangguk perlahan.

"Kamu perlu istirahat. Ayo kita masuk."

"Tapi kak."

"Ayolah, kita pesan dua kamar. Nggak usah berpikir macam-macam."

"Iya kak."

Rossy dan Matteo pun masuk. Matteo berbicara pada resepsionis. Sayangnya, hanya ada satu kamar yang kosong. Mau tidak mau Matteo mengambilnya, mengingat kondisi Rossy. Aku akan tidur di sofa, pikir Matteo.

~Di kamar~

"Rossy, kamu pakai jubah mandi ini ya, sambil nunggu pakaian kamu kering."

"Kak Teo gimana?"

"Udah, aku gampang."

Rossy pun meninggalkan Teo seorang diri.

Brakkk...

"Rossy?"

Teo berjalan mendekati kamar mandi.
Ia pun mengetuk pintu.

"Ros, Rossy. Kamu kenapa?"

Tak ada jawaban

"Rossy, jangan bercanda deh. Nggak lucu tau!"

Tak ada jawaban

"Ros, aku buka pintunya ya."

Beruntung Rossy tidak mengunci pintu kamar mandi.

Tampak dihadapannya, Rossy tergeletak di lantai kamar mandi masih dengan pakaiannya yang basah.