-Beberapa tahun sebelumnya-
Di sebuah taman, banyak anak sedang bermain. Diantara mereka ada satu anak perempuan yang sedang terduduk menangis.
"Kamu kenapa?" Seorang anak laki-laki berusia delapan tahun menghampirinya.
Anak kecil itu mendongak. Tangisannya berhenti.
"Kaki aku sakit Bang."
"Coba abang lihat."
"Alah, nggak apa. Cuma lecet kecil doang. Ditiup juga sembuh..
Nah... Udah. Nggak sakit kan?"Anak perempuan itu menggeleng.
"Nama kamu siapa?"
"Sissy..." Ucapnya sambil tersenyum.
"Aku Theo."
Sejak saat itu, Sissy dan Theo bersahabat.
Tanpa mengetahui rumah dan keluarga masing-masing, mereka selalu bertemu di taman yang sama.
Bertahun-tahun persahabatan mereka terjalin seperti itu.
Hingga saat Theo naik kelas enam SD, ia dan keluarganya harus pindah ke luar kota. Namun begitu, Theo sendiri tidak tahu rencana kepindahan mereka.
Setelah terima rapor, Theo bertemu dengan Sissy. Mereka merencanakan untuk bermain setiap hari selama libur kenaikan kelas. Theo berharap, kebersamaan mereka dapat berlangsung selamanya.
Tiba-tiba, saat ia pulang dari taman bermain, ia menemukan kedua orang tuanya telah mengepak barang-barang mereka.
Ibunya mengatakan bahwa semuanya sudah siap dan mereka akan pergi sekarang juga karena ayahnya dimutasi ke luar kota.
Theo terkejut, tapi apa daya. Ia sangat ingin memberi tahu Sissy, tapi ia tak tahu di mana rumah Sissy. Seharusnya rumah Sissy dekat dari sini, tapi tak pernah sekalipun ia menanyakan letak rumah Sissy sebelumnya. Ia menyesal, mengapa ia tidak mendatangi rumah Sissy dari sekian tahun persahabatan mereka.
Theo pun menurut dan meninggalkan kota itu dan Sissy.
Keesokan harinya, Sissy menunggu Theo di taman bermain. Namun setelah beberapa jam berlalu, tidak dijumpainya orang yang ditunggu-tunggu. Padahal ia sudah menyiapkan hadiah untuk Theo yang berhasil meraih juara satu di kelas untuk pertama kalinya.
Berbulan-bulan Sissy menabung hanya untuk membelikan Theo sebuah jam tangan agar ia selalu tepat waktu saat mereka akan bertemu, tidak seperti selama ini yang sering kali Sissy lah yang menunggu kedatangan Theo.
Sissy jenuh menunggu. Sudah hampir sore, sepertinya Theo tidak datang hari ini. Mungkin keluarganya sedak mengajaknya jalan-jalan sebagai hadiah ia mendapat juara satu, pikir Sissy. Ia pun pulang dengan perasaan kecewa.
Hal itu selalu terjadi hingga hari-hari berikutnya hingga akhirnya Sissy menyerah. Ia sadar, satu-satunya teman yang ia percayai kini telah menghilang.
Sejak saat itu, Sissy selalu menutup diri. Tidak pernah sekalipun ia memiliki teman. Sebenarnya banyak anak yang ingin menjadi temannya, tapi Sissy selalu menjauhi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose Tea
RomanceRossy adalah calon adik ipar Matteo. Tapi ia merasa, hal itu tidak seharusnya menjadi kenyataan