7

1.4K 9 0
                                    

Masa-masa sekolah dilalui Sissy dengan sangat sulit. Meski telah bertahun-tahun yang lalu, rasa kehilangannya terhadap Theo masih terasa segar dibenaknya.

Di rumah, ia pun tidak terlalu dekat dengan keluarganya, ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara sehingga perhatian orang tuanya tebagi untuk saudara-saudaranya.

Yang paling mereka perhatikan adalah Vina, anak kedua dalam keluarganya dan ia juga menjadi anak perempuan pertama. Sifatnya yang baik hati dan sedikit manja dapat meluluhkan hati setiap orang yang bertemu dengannya. Meskipun sebenarnya ia tidak sebaik itu. Vina selalu memanipulasi orang lain untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Ya, kebaikan hatinya hanyalah semu belaka. Dan hanya Sissy yang menyadarinya.

Kenapa? Karena hanya Vina dan Sissy yang menjadi anak perempuan dalam keluarga itu. Setiap kali mereka berkumpul, selalu ada saja hal yang dibandingkan dari keduanya.

Vina yang memiliki banyak teman, sedangkan Sissy tidak terlihat memiliki satu pun teman. Vina yang selalu berprestasi, sedangkan Sissy hanya biasa saja. Vina yang baik hati, Sissy yang sering acuh tak acuh pada orang lain. Mereka terus saja dibanding-bandingkan. Menjadi dua diantara lima bersaudara membuat mereka lebih mudah dibandingkan daripada ketiga saudara laki-laki mereka.

Saat Vina mulai kuliah, ia sering mengajak teman-temannya ke rumah untuk mengerjakan tugas kelompok.

Suatu saat, ada salah satu teman Vina yang sering memandangi Sissy, namun Sissy selalu menghindar saat dia datang karena merasa risih.

Satu tahun setelah Vina, giliran Sissy yang masuk kuliah. Teman-teman kampusnya lebih banyak yang memanggilnya Rossy dari pada Sissy karena namanya Rossyana Dewi. Nama panggilan Sissy tinggalah menjadi kenangan. Tak ada lagi yang mengingatnya.

Ada satu teman kuliah Rossy yang selalu menanyakan apa pun yang tidak diketahuinya kepada Rossy. Dia adalah Arvin. Awalnya, Rossy merasa risih dan hanya menjawab sekedarnya saja untuk setiap pertanyaan yang diajukan Arvin. Namun lama kelamaan Rossy terbiasa dengan adanya Arvin dalam hidupnya. Ia pun mulai berteman dengan Arvin dan sering membawa Arvin ke rumahnya.

Tak disangka suatu hari Arvin mengutarakan perasaannya kepada Rossy. Rossy tidak serta merta menjawabnya. Ia memang nyaman dengan Arvin yang sudah menjadi temannya, tapi hanya sebatas itu. Arvin hanyalah teman bagi Rossy.

Seketika Rossy justru teringat dengan Theo, teman masa kecilnya. Ia menyadari, ternyata selama ini yang ia rasakan terhadap Theo bukan lah rasa sayang kepada seorang sahabat melainkan lebih dari itu. Ternyata Theo adalah cinta monyetnya.

Rossy menolak perasaan Arvin dan mengajak Arvin untuk bersahabat saja. Arvin pun menyetujuinya.

Beberapa semester berlalu. Arvin dan Rossy bersahabat, dan mereka semakin dekat. Namun kini sudah ada wanita lain di hati Arvin dan Rossy lega mendengarnya karena sebelumnya ia masih takut jika Arvin masih menyimpan rasa padanya.

Rose TeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang