How

840 120 0
                                    

Jihoon menatap Logan yang tengah berlari lari didepannya dengan alat gelembung sabun ditangannya, dirinya tengah duduk bersisian dengan Minju disebuah kursi taman.

"Seharusnya aku cari kamu waktu itu, kamu harusnya bisa kuliah Minju" sahut Jihoon kesal saat mendengar cerita Minju

"Aku tak menyesal, Logan bukanlah kesalahan, untukku dia anugerah. Jihoon, jika saja— jika aku menyerah saat itu, aku tak peduli jika aku mati hanya saja aku tak bisa membayangkan betapa sakitnya Logan ketika tahu dirinya tak kuberi kesempatan untuk hidup? Aku tak bisa membayangkannya sedikitpun. Aku— kita sama, Jihoon. Dibuang, tidak diinginkan, bagaimana bisa aku melakukan hal yang sama pada anakku padahal aku tau jelas bagaimana rasa nya tidak diinginkan, lebih dari setengah hidupku habis dengan tidak diinginkan, aku tak ingin Logan merasakan nya"jelas Minju, sesekali mengusap airmata nya.

Masih segar diingatan Minju, beasiswa kuliahnya dibatalkan, Ia diusir dari panti, harus bekerja dipabrik untuk persalinannya, bekerja kesana kemari hanya untuk kehidupan Logan seorang.

Minju jelas sempat mempertimbangkan untuk menggugurkan kandungan, Ia hanya tak ingin Logan merasakan kerasnya dunia ini, ditambah hidup tanpa sosok ayah, tapi rasa bersalahnya kelewat besar.

Ia yang dengan bodoh nya membuat Logan hadir, kenapa juga harus Ia menghilangkan Logan. Hanya itu pikirannya selama hamil Logan.

"Mamaaa" Logan berlari kearah Minju, memegang tangan wanita itu dengan jari jari kecilnya. "Nangis? Jangannnn, jangann nangis"

Dan Jihoon tidak bisa untuk tidak terenyuh.

"Mama tidak menangis, sayang" Jihoon mengangkat Logan ke pangkuan nya, tangannya kemudian menggenggam tangan Minju. "Hanya keliipan debu, ya kan?"

Minju tersenyum. "Eoh, hanya kelilipan"

"Jadi apakah jagoan kita ini sudah makan?"tanya Jihoon, Logan menggeleng lucu.

"Ayo makan, kutraktir"ajak Jihoon.

Dengan perlahan digenggamnya tangan Minju, bibirnya perlahan tersenyum. "Mulai sekarang kalian tanggung jawabku, ya?"


****


Pukul setengah 3 pagi.

Na Jaemin termenung sendiri malam itu, duduk diatas kasur dengan pandangan kosong kearah jendela besar di kamarnya.

Kelap kelip cahaya malam london tak mampu membuat perasaannya membaik.

Kantung mata nya tampak parah, lagi lagi mimpi yang sama. Tangisan bayi yang memekakkan telinga.

Jaemin mengusap kasar wajahnya, sudah 3 tahun dirinya dihantui mimpi yang sama.

"Kim Minju"

Jaemin bergumam pelan sembari menatap wallpaper ponselnya. Bertahun tahun sudah Jaemin melarikan diri dari segala nya, tapi tak ada satupun yang membaik.







 Bertahun tahun sudah Jaemin melarikan diri dari segala nya, tapi tak ada satupun yang membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jodoh orang ganteng banget heran

A Losing Game | N.Jaemin,K.MinjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang