Happy reading💜
.
.
.Chandra merapikan mejanya yang cukup berantakan karena bukan hanya digunakan untuk bekerja, tapi juga untuk bermain game dan musik. Bersenandung kecil, wajahnya begitu sumringah menatap langit yang sudah gelap dari jendela ruangannya. Ia merapikan stick PS dan gitarnya ke tempat semula. Tak lupa mematikan speaker yang mengalunkan lagu-lagu Jazz dan membuang sampah plastik sisa makanan ringan serta minuman kaleng.
Chandra—pria berusia 27 tahun bukanlah seorang yang bisa mengerjakan sesuatu dalam keadaan hening untuk waktu yang lama. Ia butuh pengalihan dan pernak-pernik seperti makanan ringan, minuman, lagu yang terputar dengan volume kencang. Tetapi jangan meremehkannya, pekerjaan sangat baik dan fantastis.
Dalam waktu tiga tahun, ia berhasil membawa Porta Venez menjadi restoran berbintang dengan omset yang tak main-main. Berbekal tekun dan pantang menyerah, serta dukungan dari orang-orang terdekatnya, jerih payahnya mulai memberikan hasil.
Dengan senyum yang terpatri di wajah tampannya, ia kemudian mengunci ruangannya yang terdapat di sudut lantai dua restorannya. Sambil berjalan, ia melihat keadaan restoran yang kini cukup ramai dan pegawainya yang sibuk hilir mudik.
"Pak Chandra, udah mau ke klub ya?" tanya salah satu pegawainya dengan cengiran. Kebiasan Chandra yang satu ini bahkan sudah dihafal oleh karyawannya.
Pria itu mengangguk pasti. "Iyadong, selama masih muda saya kan harus menikmati hidup, Yan!"
"Tapi kenapa gak pernah bawa pacarnya ke sini sih, Pak?"
Chandra menggeleng sambil terkekeh. "Sst, kalau bisa enak tanpa pacaran, kenapa harus pacaran sih?"
Ia lantas pergi meninggalkan Bian yang kini geleng-geleng kepala. Melangkah sambil terus bersenandung menuju mobil mewahnya yang terparkir di depan restoran.
Sebagai pemilik dari Porta, sebenarnya Chandra bebas mau pulang jam berapapun, toh tidak ada yang akan melarangnya. Tapi meski begitu, Chandra yang pekerja keras tidak pernah main-main soal pekerjaannya. Maka, ia bekerja seperti jam orang kantoran pada umumnya.
Setelahnya, ia akan pergi ke klub untuk bersenang-senang. Melepaskan penatnya dan mencari hiburan. Mencari sentuhan dan mendapatkan kenikmatan, ya seperti pria dewasa pada umumnya.
Semua berjalan normal sampai ia menatap jengkel pada motor di depannya dengan dua orang yang tertawa-tawa. "Yaelah, kaga bisa bercandanya entaran apa ya. Lagi di jalan juga!" gerutunya kesal.
Chandra itu paling tidak suka melihat orang yang bercanda di jalan raya, bisa bahaya. Dengan sedikit dongkol, ia pun kembali fokus menyetir dan meninggalkan motor tadi di belakang.
Jalanan sebenarnya cukup lengang karena sudah lewat jam pulang kerja.
Lampu jalan berubah menjadi warna merah dan Chandra pun berhenti.
Bruk.
Chandra tersentak dan segera keluar dari mobilnya. Di belakangnya, ada motor dengan dua orang yang tadi dilihatnya tertawa itu dengan wajah panik.
Betul kan, bercanda di jalan raya itu bahaya, dan sialnya mobil mewahnya harus jadi korban.
Chandra berkacak pinggang sambil menahan emosinya. Ia sudah ingin mencak-mencak pada dua orang muda-mudi di depannya, namun melihat sebentar lagi lampu berubah menjadi hijau, ia lantas berucap, "Tunggu di depan sana, dan jangan coba kabur kalian!"
Ia kembali masuk ke mobil lalu melajukannya hingga berhenti di pinggir setelah melewati lampu merah. Kembali keluar dari mobil dan tak jauh darinya ada dua orang tadi yang sudah meminggirkan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND DATE
FanfictionPark Chanyeol/Son Wendy/Park Jaehyung (AU) Ini adalah kisah Wendy sebelum, saat, dan sesudah blind date yang salah sasaran. Start : Mar 11, 2021. End : (Debut dari salah satu series Wenderies) amidiolouhl, 2021.