Happy reading💜
.
.
."Permisi, Mba. Ada kiriman buat Wendy Callistha Joan dari Jaerico."
Egi dan Sean yang sebelumnya saling melirik beralih menatap kurir yang ada di depan counter mereka. Kurir itu membawa sebuah buket bunga lily yang begitu cantik dan cukup besar. Egi sedikit terpana melihatnya. Tak lama, dia mengulurkan tangan untuk menerima buket itu.
"Wendynya lagi istirahat, Pak. Nanti saya sampein ya." Egi menjelaskan pada bapak kurir yang dibalas anggukan. "Tadi dari siapa namanya Pak?"
Bapak kurir kemudian mengecek ponselnya. "Jaerico Satya Atmaja."
Egi manggut-manggut dan kemudian sang kurir undur diri.
"Itu dari pacarnya ya?" tanya Sean membuyarkan lamunan Egi. Tak bisa dipungkiri, Egi juga ingin diberikan bunga seperti itu oleh pria yang ia sukai. Ia lantas menjawab, "Gak tahu deh ya, dia ga cerita apa-apa sih."
Matanya memperhatikan buket bunga lily kemudian memekik pelan, "Astaga, ini buket dari Like Water yang hits banget itu! Pasti mahal deh!"
"Ckckckck, ini pasti si Jaerico cowok tajir deh!"
Sean hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Egi yang sampai saat ini belum resmi menjadi pacarnya.
Tak lama, Wendy muncul dari balik pintu back office dan segera berdiri di depan counter. Egi menatapnya dan berkata, "Wen, tadi yang di belakang itu buket punya lu, dianter sama kurir. Pengirimnya Jaerico Satya Atmaja."
Wendy menoleh dan mengernyit, tapi kemudian menarik nafas pelan ke udara. "Oke, thanks infonya, Gi," ucapnya kemudian.
Egi tak lantas berhenti dengan ocehannya. Dengan wajah yang begitu antusias, ia kembali bertanya. "Wen, keknya pacar lu tajir ya? Udah berapa hari ngirimin makanan, kopi, bunga ke sini mulu. Mana dari store yang terkenal semua lagi. Yang mana sih orangnya?"
Wendy mendesah pelan. "Bukan pacar, Gi."
"Belum pacaran aja udah royal, apalagi kalo udah pacaran, nikah, punya anak!" seru Egi berapi-api. Entah kenapa dia begitu excited membahas sosok yang mengirimi Wendy berbagai hal belakangan ini.
Berbeda dengan Wendy yang biasa saja, atau mungkin mencoba biasa saja terhadap hal itu. Sudah hampir seminggu ini kurir mendatanginya untuk mengantarkan makanan, minuman, bunga, boneka, dan banyak benda lainnya. Jujur saja ia senang, hampir setengah dari kiriman itu adalah kesukaannya. Tapi entah kenapa, ia tak sepenuhnya bisa menerima pemberian itu.
Baiklah, untuk makanan dan minuman dia tetaplah tidak munafik. Ia menerimanya, tetapi yang lainnya tidak begitu.
Sean yang sedari tadi diam terlihat berpikir keras mengingat sesuatu. Dengan mata yang sedikit membola, ia berkata, "Bukannya yang tadi kirim sushi beda orang ya?"
Egi tersentak. "Wah, Wen....Yang ngincer lu siapa aja sih?"
---
Wendy meletakkan buket bunga lily tersebut di dekat ruang tamunya yang sepi. Ia memang tinggal sendiri di Jakarta karena sebetulnya dia memang bukan lahir di Jakarta.
Ia lahir dan besar di Bali. Namun, karena mendapat tawaran menggiurkan dari leadernya di hotel sebelumnya, ia pun berangkat dan menyewa satu rumah minimalis. Sementara orang tua nya tetap tinggal di Bali.
Gadis itu menatap lamat-lamat bunga lily yang berdekatan dengan boneka Olaf yang cukup besar, lalu beberapa album dari grup idolanya, skincare kit dan make up stuff, serta beberapa buku dari penulis favoritnya yang bahkan masih terbungkus rapi. Ia duduk di sofa dan membuka ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND DATE
FanfictionPark Chanyeol/Son Wendy/Park Jaehyung (AU) Ini adalah kisah Wendy sebelum, saat, dan sesudah blind date yang salah sasaran. Start : Mar 11, 2021. End : (Debut dari salah satu series Wenderies) amidiolouhl, 2021.