vii. the blind date

348 76 14
                                    

Happy reading!

.

.

.

Wendy Callistha Joan begitu bersemangat hari ini. Rasa-rasanya ia ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan dan segera menemui teman blind datenya hari ini.

Dua hari yang lalu...

"Wen, lusa bisa gak ketemuan sama Jaerico?"

"Bisa-bisa, jam dinner ya tapi. Gue masuk pagi soalnya! Ehiya, dimana ketemuannya?"

"Oke, Restoran Porta Venez ya besok. Perlu gue kirimin fotonya gak? Takutnya lu salah orang lagi..."

"Gausah, Krys. Gue pengen mukanya jadi sureprize buat gue. Kasih tahu nama lengkapnya aja."

"Yaudah kalo gitu. Nama lengkapnya Jaerico Satya Atmaja, panggilannya Jae."

Back to present.

Berkat berita yang diberikan Krystal itu, wajah Wendy begitu sumringah dan terus-terusan tersenyum melebihi yang biasa ia lakukan. Mulai dari melayani check-out, check-in bahkan complain pun ia begitu bersemangat.

Mata jernihnya kemudian melirik Sean dan Egi yang asik bercanda seolah hanya mereka berdua pemiliknya dan yang lainnya hanya mengontrak. Ia tersenyum miring. Gue bakal move on secepatnya ya, Casper!

Wendy tak menjadikan Jaerico sebagai pelarian sebetulnya. Toh, ia juga tidak menyukai dan mendamba Sean sedalam itu. Akan tetapi, ia butuh seseorang untuk membantunya lepas dari rasa kesal dan cinta sesaatnya itu. Sehingga jika pun pria bernama Jaerico itu tidak cocok dengannya atau sebaliknya, maka tidak ada salahnya berteman kan? Hitung-hitung memperluas circlenya.

.

.

.

Sepulang kerja Wendy sibuk merias ulang wajahnya dalam balutan dress hijau lumut sederhana. Sebagai perempuan, tentu ia ingin tampil on point kapanpun dan dimanapun. Jadi khusus hari ini, ia sudah menyiapkan outift yang ia rasa cocok dan tidak berlebihan.

Dalam hati, Wendy merasa agak canggung karena sahabatnya itu bilang Jaerico adalah seorang pria mapan. Ia jadi merasa minder. Tapi baiklah, karena sudah mengiyakan, jalani saja!

"Eh, Wen...tumben feminine banget. Mau kemana?" tanya Egi yang ingin keluar dari loker.

Dengan ceria gadis itu menjawab, "Gue ada janji dong. Masa malem minggu sendu..."

"Wah, have fun deh ya! Gue balik dulu."

"Oke!"

Cukup lama bersiap, akhirnya gadis itu selesai juga dengan peralatan lenongnya lalu bersiap mengenakan heels yang tidak begitu tinggi. Sebelum itu, ia
mengecek ponselnya sebentar.

"Waduh, lowbat lagi! Mana gak bawa PB!" gerutunya.

Saking excitednya, ia sampai lupa memperhatikan ponselnya yang sebentar lagi akan kehabisan daya. Meniup poninya, ia pun bergumam, "Kuat ya sampe restoran.." sambil menatap benda pipih di tangannya.

---

Tidak seperti biasanya, hari ini Chandra entah kenapa tak ingin ke klub. Meskipun sudah sore, ia masih betah di ruangannya ditemani lagu yang mengalun kencang. Pekerjaannya sudah selesai, dan kalau mengikuti kebiasaannya, setelah ini dia akan ke klub untuk menyenangkan tubuh dan pikirannya. Tapi karena beberapa hal, ia jadi malas untuk keluar.

BLIND DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang