xv. kesepian dan pertemuan

222 61 41
                                    

Happy reading💜
.
.
.
.





Hari ini, sedari pagi Chandra sudah sibuk bersama dengan staf-stafnya di dapur Porta. Walaupun baru pukul 08.00 pagi, tapi Porta sudah mulai ramai pengunjung. Di antara hilir mudik para pegawai, tiba-tiba Chandra meginterupsi dengan sebuah teriakan. "Ayo briefing dulu semuanya!"

Tak lama, hampir semua pegawainya berkumpul kecuali beberapa yang harus standby. Semuanya berdiri membentuk lingkaran. Hari ini, mereka terlihat lebih banyak dari biasanya.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Bian membuka briefing. Ia tersenyum sebentar kemudian kembali ke mode serius. Di dekatnya kini, ada whiteboard kecil dengan gambar layout restoran Porta.

"Pagi Pak!" ucap yang lain kompak dan penuh semangat. Chandra tersenyum melihat itu.

"Temen-temen semuanya, hari ini kita bakal sibuk banget ya. Ada dua event hari ini. Jam 12-4 nanti kita ada Tea Pai 30pax ya di lantai dua section C, private, lantai 1 normal. Layout ada di whiteboard. Nanti standby 3 orang. Trus nanti malem dari jam 5-10 ada dinner engagement di lantai 1 totalnya 70pax, private, lantai 2nya ganti buat public. Untuk yang double shift semangat ya, nanti buat leader tolong di brief anak parttimenya. Dari saya cukup, mungkin ada tambahan dari Pak Chandra?" Bian menoleh dan Chandra yang tadinya bersedekap kini tersenyum dan menegakkan tubuh tingginya itu.


"Selamat pagi semuanya. Saya mau ngucapin terima kasih lebih dulu sama kalian semua yang sampai hari ini masih setia sama Porta dari awal banget sampai hari ini. Dan karena hari ini kita cukup rush, saya mohon kita tetep fokus dan kompak ya. Buat anak-anak parttime, selamat datang di Porta. Tanpa kalian semua, Porta gak akan jadi sebesar ini. Terima kasih!"

Semuanya bertepuk tangan. Termasuk Bian yang bahkan sudah mengenal Chandra sebelum bekerja di Porta.

"Kalau begitu, sebelum kita bekerja, kita berdoa dulu supaya hari ini lancar ya..."


---


"Wen, kenapa kok kayak kusut gitu?"

Egi—yang sedari tadi memperhatikan Wendy tak begitu bersemangat gatal untuk menanyainya. Sejak tadi ia perhatikan, gadis itu hanya tersenyum saat melayani tamu. Padahal biasanya, Wendy akan menyanyi dan bersenandung kecil supaya tidak bosan.

Wendy tersentak, apakah sedari tadi wajah kusutnya dilihat oleh tamu?

"Ekhm, gapapa. Lagi kepikiran sesuatu aja..."

"Kenapa? Doi lagi sibuk?"

"Hah?"

Egi terkekeh. "Gebetan lo lagi sibuk dan gabales chat lo ya? Makanya lu bete?"

Wendy jadi salah tingkah sendiri karena pertanyaan Egi yang tepat sasaran. Apakah sejelas itu? Apakah dia merasa sekehilangan itu karena Chandra mengabari hari ini ia tidak akan dijemput karena ada dua event di Porta?

Wendy ingin denial, tapi tidak bisa. Nyatanya ia memang sedikit galau karena hal itu. Sejak tadi pagi hingga siang ini, ia terus-terusan memandangi ponselnya menantikan balasan dari Chandra. Tapi pria itu benar-benar tidak membalas pesannya atau menelponnya, ia sungguh sibuk sesuai ucapannya.


Dengan kikuk, Wendy menjawab. "Ah, engga kok Gi.." elaknya. Tak lama ia merapikan ponsel dan beranjak pergi. "Gue break dulu deh ya, laper!"


BLIND DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang