v. patah hatinya adalah peluang

303 80 21
                                    

Happy reading!💜
.
.
.



Ucapan Krystal satu minggu yang lalu rasanya seperti kutukan untuk sahabatnya Wendy Callistha Joan. Lihatlah bagaimana bengkaknya mata indah itu yang sudah menangis tiga jam lamanya karena Sean—si pria yang ia gadang-gadang akan menjadi pacarnya.

Ia masih tersedu dengan posisi tengkurap di ranjangnya. Sampah tisu berserakan di lantai, bahkan tasnya masih berada di bahu. Begitu masuk kamar tadi, ia langsung menangis tanpa melepas sepatu dan tasnya.

Tak lama, ia bangun dan menyambar tasnya untuk mengambil ponsel. Ini sudah jam sembilan malam dan seperti yang sudah-sudah ia akan mengadu apapun pada satu-satunya sahabatnya.

Seolah tak peduli dengan ultimatum Krystal satu minggu yang lalu, ia menelpon gadis itu.

"Kenapa Wen?"

Seperti biasa, Krystal tidak akan pernah melihat wajahnya saat melakukan panggilan video karena masih sibuk bekerja. Dia hanya menyandarkan ponselnya pada penyangga dan mendengar suaranya tanpa menggunakan earphone.

"Huaaaaa Krystal gue potek!!!"

Teriakan Wendy menyapa pendengarannya dan membahana di ruangan yang sebelumnya begitu hening. Krystal memejamkan matanya sesaat, kemudian dengan sengaja ia menoleh ke meja bosnya yang kini terlihat antusias mendengar suara Wendy.

Pria yang beberapa menit lalu masih serius menatap berkas-berkas kini sudah melepas kacamatanya dan menyimak pembicaraan mereka dengan seksama. Tersenyum miring, Krystal pun menjawab. "Duh, cup cup. Udah nangis dari jam berapa lo, nyet?"

Wendy menarik ingusnya asal dengan tisu. "Gatau, kayanya udah dari sebelum magrib," jawabnya asal dan kembali terisak.

"Kenapa si Sean?"

"Ternyata dia suka sama si Egi, Krys. Huaaaaa, gak nyangka dia deketin gue cuma mau dicomblangin sama Egi. Brengsek!" Wendy kembali kesal sambil menggebuk-gebuk bantal di tangannya. Ia kembali menangis, dan kini lebih kencang.

Jaerico, yang sejak tadi menyimaknya lantas tersenyum. Ia bersorak dalam hati mengetahui Wendy tidak jadi berpacaran dengan Sean. Cukup jahat sebenarnya, tapi patah hati Wendy adalah peluang untuknya.

Krystal masih diam dan menunggu tangis Wendy mereda. Ia sudah menebak hal ini. Tapi Wendy yang sudah dibutakan cinta tentunya tidak mendengar nasihatnya minggu lalu. Sehingga kini ia pun harus merasakan hatinya potek.

"Huf, Wen..wen. Kan udah gue bilang..."

"Iya, sorry Krys gue bandel gamau dengerin lu. Sekarang gue nyesel udah kebaperan duluan ama si Casper berjalan," jawabnya yang kini menyebut Sean yang kulitnya putih pucat seperti hantu Casper.

Jaerico berdeham pelan untuk mengirimkan kode pada Krystal. Dengan malas dan ogah-ogahan, Krystal pun menatap Wendy yang tangisnya sudah mereda. "Gini deh Wen. Biar lu cepet move on dari si Casper, gue bakal set blind date lagi buat lu deket-deket ini. Gimana?"

Gadis itu seketika berhenti dari tangisnya. "Lo yakin gak bosen ngaturin blind date buat gue Krys?"

"Gak sampe lo taken sama salah satunya. Udah deh, mau aja ya? Kali ini perfect banget pokoknya orangnya, dan gue udah kenal banget!"

Ucapan Krystal membuat Jaerico tersenyum manis, dia menunduk dan salah tingkah. Melihat itu, Krystal melemparkan tatapan jijik pada sang bos, melupakan sejenak pria itu adalah atasannya. Ia lantas kembali menatap Wendy yang kini terlihat berpikir keras.

"Oke deh. Gue mau. Siapa namanya?"

Wendy tentu saja butuh seseorang untuk mengobati lukanya dari ditinggalkan Sean. Jadi ketika Krystal kembali menawarkan kencan buta yang sebelumnya selalu ia tolak, ia dengan yakin setuju. Persetan dengan perasaan seaatnya untuk Sean, ia harus move on secepatnya. Bahkan jika mungkin, Wendy harus lebih dulu taken dari Sean dan Egi! Enak saja pria itu, mempermainkan hatinya yang mudah baper.

Jaerico mengepalkan tangannya ke udara. Yes!

Krystal menatapnya penuh arti. "Namanya Jaerico Satya Atmaja. Temen kantor gue. Ganteng kok. Nanti gue tanyain ya dia bisa kapan."

Gadis itu mengangguk semangat. "Oke, Krys. Makasih ya. Btw, kok lu gak marah-marah gue ngadu ke elu. Kemarin kan lu ngancem gak mau nerima curhatan gue kalo gue sama Sean gak jadian?"

Wendy penasaran dengan satu hal itu. Biasa-biasanya Krystal selalu melakukan apa yang ia katakan. Krystal lantas terkekeh pelan. "Tadinya mau gitu, tapi karena seseorang gak jadi deh. Gue juga gak tega sama lo," katanya sambil melirik Jaerico yang ada di sebrang mejanya.

Gadis di line seberang mengangguk tanda paham. "Oh, gitu. Thanks ya, Krys. Semangat lemburnya!"

Krystal mendengus pelan. "Iya. Sana lo mandi, jelek banget tau muka lo sekarang!"

"Eheh, biarin sih. Yaudah bye!"

Pip.

Panggilan video berakhir bersamaan dengan Jaerico yang berjalan menuju meja kerja Krystal. Dengan wajah datar, ia berkata, "Thanks ya. Tenang aja, saya serius sama Wendy, kamu gausah khawatir."

Begitu saja. Jaerico lantas keluar dari ruangan membawa tasnya—pulang.

Sumpah demi apapun, kalau tahu Jaerico tertarik dengan Wendy, sudah dari dulu ia mengatur kencan buta untuk keduanya. Sejak ia menceritakan soal Wendy, Jae selalu menanyakan sahabatnya itu. Bahkan menerornya setiap waktu.

Dan lihat, begitu ia memberitahu Wendy akan mengatur kencan buta keduanya, pria itu langsung pulang ke rumah tanpa basa-basi. Meninggalkannya dengan rasa kesal.

"Wen wen, mimpi apa lo sampe si Jae bisa demen sama lo," katanya sambil merapikan barang dan tasnya—bersiap pulang.

Yang Krystal tidak tahu, Jae sudah lama terpesona dengan sahabatnya. Jauh sebelum Jae melihat Wendy muncul di ponselnya satu minggu yang lalu. Dan yang tak diketahuinya juga, Jae memilih segera pulang karena merasa sangat senang dan tak bisa mengontrol debaran jantungnya.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Finished Mar 11, 21.

Oke, sampe sini jelas ya sebab Wendy blind date itu apa, dan kenapa bisa di Porta blind datenya. Gue berusaha supaya cerita ini gak terasa aneh dan minim plothole :')

Jangan kaget kalau ini tiba² end ;)

Salam sayang dr aku yg baru bangun tidur,

Pu.

BLIND DATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang