Sebelum semua terjadi...
Hari ini Rion dan Greta berencana untuk menjemput Gwenael disekolahnya. Tapi karena perut Greta yang tiba-tiba sakit, alhasil Rion sendiri lah yang menjemput jagoannya itu.
"Sayang, kalo ada apa-apa, panggil mbak Tini ya. Jangan kemana-mana sendiri, perut kamu udah mau meletus tuh ngeri aku liatnya."
"Iya ih bawel. Udah sana cepet jemput abang nanti telat. Tau sendiri anak kamu suka ngambek kalo telat dijemputnya"
"Iya istriku, aku berangkat ya. Papa berangkat ya cantik" pamit Rion pada istri dan anak yang masih berada dikandungan Greta.
"PAPA" Gwenael berteriak sembari melambaikan tangannya dari kejauhan. Bocah itu ditemani guru menggambarnya, bu Dila.
"Selamat siang pak Rion" sapa Bu Dila sopan
"Iya bu Dila, siang juga. Gwenael nakal ga bu?"
"Ih enak aja. Abang gak nakal kok. Ya kan bu guru" Bu Dila tersenyum.
"Iya pak, Gwenael baik kok, selama disekolah ga pernah buat masalah"
"Tuh dengerin Pa" ujar Gwenael bangga.
"Iya papa denger"
"Uang jajan tambah ya" pintanya tiba-tiba.
"Loh kok tiba-tiba minta tambahan uang jajan?"
"Kan abang udah jadi anak yang baik disekolah"
"Oh jadi anak baik biar ditambahin uang jajan doang?"
"Ih papa pelit banget ama anak sendiri"
Rion tertawa, "Iya iya papa tambahin uang jajannya" Gwenael bersorak.
"Yaudah bu Dila, saya pamit ya, makasih udah jagain Gwenael"
"Iya pak, sama sama. Salam buat bu Greta ya pak"
"Iya bu nanti saya sampein. Ayo bang, pamit dulu sama bu Dila"
"Dadah bu guru" Gwenael melambaikan tangannya.
....
"Assalamu'alaikum Mamanya abang yang paling cantik" Gwenael berlari ketika melihat Greta.
"Wa'alaikumsalam. Jangan lari-lari abang nanti jatuh. Mau emang diketawain sama adeknya"
"Tenang aja mama cantik, abang ga akan jatuh. Malu dong kalo diliat adek"
"Assalamu'alaikum" Rion baru saja memasuki rumah mewahnya setelah tadi memarkirkan mobilnya di garasi.
" Wa'alaikumsalam papa" jawab Greta dan Gwenael bersamaan.
"Wih lagi peluk-pelukan nih. Papa ga diajakin?"
"Sana papa jauh-jauh, papa bau jalanan"
"Abang ga boleh gitu sama papanya. Papa kamu kan sensitifan kayak ibu hamil. Bentar lagi juga ngambek" Benar saja, Rion meninggalkan anak dan istrinya menuju kamar.
"Dih papa udah tua masih aja ngambekan. PAPA GA MALU YA SAMA ABANG" Gwenael berteriak ketika Rion sudah mulai menjauh.
"Udah bang, biarin aja, nanti juga balik sendiri. Meningan abang sekarang ganti bajunya." Gwenael menurut apa kata Greta. Ia segera menaiki tangga menuju kamar.
"Udah ga ngambek lagi nih ceritanya" ucap Greta ketika Rion menghampirinya dan memeluk perutnya.
"Siapa juga yang ngambek. Orang tadi aku cuma mau ganti baju"
"Iya deh iya"
"Lah emang bener kok" Greta tertawa.
"PAPA UDAH GA MARAH LAGI KAN?" Gwenael berteriak dari lantai dua.
"Jangan teriak teriak abang, berisik nanti tetangga marah"
"IYA MAMA"
"Lah malah teriak lagi bocah. Sini kamu, ngapain disitu?" Tanya Rion
"Abang belum pake celana papa"
"Ya allah ya rabbi celana kamu banyak, tinggal ambil terus pake sendiri, kamu udah gede. Abis itu turun sini, papa mau kasih tau sesuatu"
"Wah kejutan! SIAP BOS"
"Ya allah teriak lagi. Hobi banget teriak-teriak, anak siapa sih?"
"Anak kamu"
"Anak kamu juga, kamu yang menanam"
"Iya sayang iya. Nanti abis si cantik lahir, aku mau bercocok tanam lagi ya. Siapa tau nanti dapetnya kembar kayak kak Eve" sebuah keinginan yang tidak akan pernah tercapai.
"Wah papa mau bertani dimana? Mau nanem taneman kembar ya pa?" ucap Gwenael yang entah sejak kapan sudah berada dibelakang mereka
"Iya, abang pasti suka"
"Abang ikut ya?"
"Ga boleh bang, ini khusus buat orang dewasa" jelas Rion.
"Loh, kok gitu? Fabian kemarin bertani kok sama bapaknya. Dia cerita katanya main disawah itu seru, abang jadi pengen cobain. Sekarang papa mau ke sawah juga, abang pengen ikut"
"Ini bertaninya beda abang, abang ga akan ngerti abang masih kecil"
"Loh tadi pas abang belum pake celana, papa bilang kalo abang udah gede" Rion mengacak rambutnya frustasi. Greta hanya tertawa melihat pusingnya Rion menghadapi putranya.
"Kamu malah ketawa, bantuin aku jelasin kek"
"Iya iya" Greta menjelaskan pada Gwenael dengan hati-hati.
"Oh bikin dedek bayi lagi? Abang gamau ikut ah. Kata Fabian, kita ga boleh ikut kalo mama papa kita lagi bikin dedek bayi, dosa. Abang gamau berdosa"
Rion bernapas lega, "Huh, tuh tau. Nanti kenalin papa sama Fabian ya, dia pinter banget"
"Abang pinter ga?"
"Abang yang paling pinter" Gwenael tersenyum bangga.
"Eh papa tadi mau kasih kejutan apa?"
"Bukan kejutan, tapi cuma informasi. Lusa papa ada pertemuan penting di Manila. Terus ada kerjaan juga di Bangkok, jadi papa bakal pergi sekitar seminggu an"
"Yah kok lama sih pa? Nanti kalo mama kangen gimana? Kan abang yang repot"
"Dih kok bawa-bawa mama. Bilang aja abang yang bakal kangen sama papa. Dasar gengsian."
"Loh emang mama ga bakal kangen ama papa toh?" tanya Gwenael.
"Ya kangen. Tapi kalo abang mau bilang bakal kangen, bilang aja jangan gengsi"
"Cie yang kangen, padahal papa belum berangkat loh" Rion mencolek dagu Gwenael beberapa kali. Gwenael yang malu lantas bersembunyi didalam ketiak Greta.
"Yhaa giliran malu aja sembunyi diketek emak"
"Biarin, mamanya abang ini. Papa iri kan karena gabisa sembunyi di ketek mama? Kepala papa kan gede, mana muat"
"Heh bocah, sebelum kamu juga papah dulu yang disitu"
"Udah udah. Mama laper nih pengen makanan luar"
"Abang juga!!"
"Oke mama mau apa?" Rion membuka ponselnya, hendak memesan makanan lewat Gofood
"Mama mau martabak, bakso aci sama sate" pesan Greta.
"Oke kanjeng ratu, sudah raja pesankan"
"Loh papa! kok abang ga ditanya?"
"Gaperlu ditanya juga kamu mah pasti makan apapun yang papa pesen"
"Hehe"
"Haha hehe mulu"
....
Extra Chapter 2 coming soon
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRETARION (Selesai)
Novela JuvenilSpin-Off Bad Couple Completed Tentang Arion bersama Greta nya . . Jaminan 1000milyar% tidak ada orang ketiga. . . Cerita 100% hasil pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu tidak disengaja. Jangan lupa follow profi...