it's over

2.4K 239 115
                                    

"Lo seharusnya tau alesan mereka deketin lo, Ju!" Minho menatap nyalang ke arah kedua pemuda yang saat ini berdiri di sebelah kakaknya. "Terutama pacar lo itu!" serunya seraya mengarahkan jari telunjuknya ke arah Younghoon yang nampak tidak bergeming

"Lo kenapa sih, Ho?" Juyeon bertanya lirih. "Padahal lo yang ngusir gue dari rumah dan sekarang lo bikin Hyunjae bonyok kayak gini padahal dia nggak salah apa-ap—"

"Dia yang nyuruh Younghoon supaya deketin lo!" teriak Minho sekuat tenaga. Wajahnya memerah menahan amarah yang menggebu. Perasaan kesal melihat Younghoon dan Hyunjae yang nampak tidak terlalu tertarik akan perdebatan keduanya membuat Minho naik pitam. Mengapa mereka seakan terlihat tidak peduli jika ia akan membongkar semua kebusukan mereka selama ini?

Juyeon mendadak kehilangan kata-kata untuk merespon ucapan sang adik. Gestur wajahnya jelas menunjukkan sebuah keterkejutan yang kentara. "Darimana lo tau gue ada disini?"

Sang adik kemudian menetralkan deru nafasnya yang memburu akibat tadi sempat berkelahi dengan Hyunjae yang ditemuinya saat berada di halaman rumah Younghoon. Alih-alih menjawab, Minho hanya terdiam. Jelas sekali jika saat ini Juyeon sedang berusaha mengalihkan pembicaraan dengannya.

"Kenapa lo diem, hah? Nggak mau jelasin semuanya? Apa perlu gue bawa pacar lo ke sini supaya dia tau kalau lo main belakang sama kakak gue?"

Younghoon bersikap terlalu tenang. Padahal Minho sangat berharap agar lelaki itu setidaknya akan takut terhadap kecamannya saat ini. Namun, yang ia lakukan hanyalah tersenyum, seakan tidak melakukan kesalahan sedikitpun ketika tahu jika sekarang Juyeon ikut menatapnya dengan mata menyelidik.

"Minho bener, selama ini gue bohongin lo."

Tidak ada kata maaf sama sekali. Younghoon bukanlah tipe orang yang akan menyesali semua perbuatan yang menurut orang lain salah ataupun tidak. Harga dirinya terlalu tinggi hanya untuk meminta maaf atas semua perilakunya. Yang ia lakukan hanya tersenyum sedemikian lebar. Sorot kekecewaan yang diberikan Juyeon tidak lantas membuat hatinya merasa iba.

"Hyunjae bilang gue bukan orang hebat kalau gue nggak bisa bikin lo tunduk. Tapi, lihat sekarang? Lo bela-belain kesini sampai berantem sama adek lo dan kabur dari rumah cuman buat cek keadaan gue. Semudah itu lo buat ditipu. Serius lo nggak curiga kenapa tiba-tiba gue pengen jalin hubungan sama lo?" Younghoon berucap remeh.

Ia merasa puas dalam hati karena berhasil mempermalukan Juyeon atas segala sikap apatisnya terhadap Younghoon selama ini. Orang waras mana yang tidak menaruh dendam setelah diperlakukan sedemikian acuh oleh Juyeon selama ini?

"Bangsat—"

"Minho." Niat untuk melayangkan tinjunya ke wajah sombong dari yang lebih tua terhenti ketika Juyeon memanggil namanya dengan wajah tertunduk. "Ayo, pulang."

.
[Regret]
.

Juyeon menghela nafas panjang sambil menggenggam sebotol minuman air mineral ditangannya. Masih dengan kepala yang menunduk, suara tegukan air yang luar biasa berisik dari Minho tidak membuatnya protes. Entah memang suasana di depan minimarket ini memang sunyi atau mungkin Juyeon yang merasa terlalu lelah untuk sekedar bersuara.

"Udah lah, Juy. Mungkin kita emang kita belum beruntung aja di ranah percintaan kayak gini." celetuk Minho tiba-tiba.

"Kita?" Ulang Juyeon tidak yakin. Selama ini Minho tidak pernah bercerita soal masalah pribadi. Oleh sebab itu, Juyeon cukup dibuat bingung ketika Minho tiba-tiba berkata hal seperti itu. "Ngomong-ngomong, lo tau darimana soal rencana Younghoon sama Hyunjae?"

Minho berdehem akan pertanyaan Juyeon, "Gue nguping pembicaraan mereka pas mau pulang sehabis nganterin lo pergi di kegiatan study tour kemaren. Setelah gue selidiki, ternyata pacarnya Younghoon satu sekolah sama gue."

Juyeon mengatupkan bibirnya. Tidak ada lagi topik yang ingin ia bicarakan dengan Minho kali ini.

"Mungkin mommy bener, harusnya kita fokus ke studi kita yang sekarang. Bukannya malah pusingin permasalahan cinta-cintaan nggak jelas kayak gini," gerutu Minho sambil kembali meminum air mineralnya. "Mau pulang ke rumah sekarang?"

Juyeon mengangguk kecil. Kembali naik ke atas motor milik sang adik, perlahan Juyeon melingkarkan tangannya pada pinggang Minho. Sementara pemuda didepannya itu kini mulai melajukan motornya. Memecah keheningan jalanan malam dengan cahaya lampu jalan yang temaram.

.
[End]
.

Makasih udah setia membaca !
Sampai jumpa di ff aku yang lain ♡

Regret +BbangjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang