hopeless

1.6K 279 51
                                    

Juyeon menyembunyikan kepalanya pada lipatan kakinya. Menolak untuk memperhatikan bagaimana kondisi toilet dimana ia sedang terkurung, meskipun ia sadar jikalau partner terkurungnya yang sedang duduk disampingnya tersebut jelas masih memperhatikannya sambil sesekali tersenyum sendiri.

Ia sudah hampir kehilangan harapan tentang sosok malaikat yang akan menolongnya agar pintu terbuka. Mengumpati takdir yang justru membuatnya terkurung seperti ini. Mengapa tidak orang yang disebelahnya ini saja yang dikurung? Kenapa harus Juyeon juga?

Cukup sehari bersama Younghoon, Juyeon bisa merasakan kesialan mulai menghampiri kehidupan damainya. Padahal selama Younghoon tidak berusaha untuk mendekatinya seperti ini, Juyeon merasakan bahagia yang teramat sangat. Namun, kehadiran orang ini jelas membawa nasib buruk kepadanya.

"Mungkin baru besok pagi kita bisa keluar," gumam Younghoon menerka-nerka.

"Bacot. Diem lo!"

Padahal Juyeon sedang terpikir jikalau nanti penjaga sekolah akan menolongnya. Sekedar untuk berjalan di sekitar toilet dan Juyeon pastinya akan langsung berteriak minta tolong agar ia bisa lari dari sini.

Tidak lama sesudah itu, lampu di toilet tiba-tiba mati sendiri hingga membuat penerangan di sana mulai menghilang. Younghoon menyalakan flash dari kamera ponselnya dan sedikit jahil langsung mengarahkannya kepada Juyeon.

Isakan lirih yang berasal dari Juyeon membuat Younghoon langsung menaruh ponselnya ke atas lantai. Pemuda itu mengangkat wajah Juyeon sekedar memastikan jikalau tangisan itu berasal dari Juyeon atau tidak.

Dan faktanya memang benar, Juyeon saat ini menangis lirih sembari berusaha menutupi matanya menggunakan tangannya, akan tetapi dicegat oleh Younghoon yang sebenarnya bingung ingin bereaksi apa.

"Ju, lo takut gelap?" Terka Younghoon ragu. Namun, Juyeon seakan bungkam terhadap pertanyaan yang Younghoon ajukan. Walaupun memang tebakan Younghoon tadi ada benarnya. Tetapi sebenarnya yang saat ini Juyeon rasakan lebih kentara ke takut jikalau tidak ada yang akan menyelamatkannya hingga ia akan terkurung sampai besok.

"Ponsel lo mana? Biar gue panggil adek lo kesini," Suruh Younghoon. Juyeon sontak menggelengkan kepalanya dengan gerakan kaku, "Lowbat."

Younghoon mendengus, "Lo hafal nomor adek lo? Atau keluarga lo gitu?" Lagi-lagi Younghoon bertanya. Kemudian, kembali menghela nafas berat ketika Juyeon kembali menjawabnya dengan gelengan kepala. "Nggak hafal sama sekali."

Tubuh yang lebih muda sedikit bergetar. Lantaran terlalu malu untuk jujur, lelaki itu dengan sangat terpaksa menahan dinginnya udara malam yang masuk lewat beberapa pintu angin yang ada di dalam toilet. Juyeon bukanlah tipe orang yang tahan terhadap suhu dingin seperti ini.

Juyeon tersentak mendapati Younghoon sedang memberikannya jaket yang tadi pemuda itu pakai. Ia hampir saja melepaskan jaket tersebut dan menyerahkannya kepada empunya, tetapi dengan cepat Younghoon menahannya. "Pakai aja, gue nggak bermasalah sama dingin."

Yang lebih tua tersenyum melihat Juyeon merapatkan jaket miliknya itu ke tubuhnya sendiri. Kemudian, menyamankan posisi duduknya dengan sedikit membuka kakinya dan perlahan menarik kepala Juyeon ke bawah hingga jatuh mendarat di atas kakinya tadi.

Yang patut Younghoon syukuri adalah Juyeon yang ternyata tidak menolak akan apa yang tadi dilakukannya. Malah lelaki itu menggerakan kepalanya seakan mencari posisi yang nyaman dan berbaring memunggunginya.

Younghoon tertawa kecil. Jemarinya bergerak untuk mengelus surai lembut yang lebih muda. Memberikan afeksi berupa sapuan kecil dari kepalanya hingga ke pipi chubby yang selama ini menjadi titik penasaran Younghoon. Pikiran isengnya mulai mengambil alih, pemuda itu lantas menarik pipi tersebut dan Juyeon seakan tidak bereaksi apa-apa tentang hal yang tadi dilakukannya. Sepertinya Juyeon tanpa sadar tertidur di atas pangkuannya.

Seandainya saja Juyeon seperti ini setiap harinya, mungkin Younghoon tidak harus bersusah-payah untuk sekedar mendapatkan perhatian darinya.

.
[Tbc]
.

Regret +BbangjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang