"Siapa, ya?" Juyeon bertanya dengan nada dinginnya. Baginya, sangat tidak memungkinkan jika orang di depannya ini memberikan kebaikan tanpa mengharapkan balasan. "Makasih. Gue jalan kaki aja," tolaknya mentah-mentah.
Setelah sebelumnya sempat berdecak sebal mendengar penolakan Juyeon, lelaki tersebut tanpa banyak bicara lantas menarik lengannya. Membawa Juyeon untuk masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit membawa unsur paksaan.
Meskipun awalnya sedikit memberontak. Pada akhirnya dia berhasil masuk ke dalam mobil tersebut. Untuk keluar pun sia-sia, lantaran pintu mobil telah dikunci otomatis oleh—entah siapa nama pemiliknya.
"Kasih tau alamat lo. Biar gue nganterin lo sampai ke sana."
Juyeon mengeram tidak suka. "Denger gue ngomong tadi, kan? Jadi lo nggak usah sokab, biar gue pulang sendiri."
Lelaki itu tertawa remeh. Lantas, langsung menyalakan mobilnya dan melaju menembus terpaan hujan deras yang terus-menerus mengotori kaca depan mobilnya.
"Oke. Kalau lo nggak mau biar gue cari tau sendiri lewat temen lo." Si lelaki kini mengambil ponsel dari atas dashboard mobil. Kemudian, mengaktifkan mode kemudi otomatis pada mobilnya dan beralih menatap Juyeon.
Sementara itu, diam-diam Juyeon tersenyum sekilas. Membuat lelaki tersebut perlahan menampakkan wajah bingungnya, lantaran sekarang Juyeon terlihat tengah mengolok-oloknya.
"Hubungi aja satu-satu, gue yakin nggak ada yang bakal ngasih tau lo." Tawanya meledak seketika. "Udah ya anjing, gue nggak mau buang tenaga buat jelasin kalau gue nggak punya temen buat lo mintai alamat. Gue butuh sisa tenaga itu buat pulang ke rumah."
Si lelaki beralih kembali menatap jalanan di depannya. "Oh, yaudah. Kita stand by disini sampai lo berubah pikiran."
Mesin mobil dimatikan. Sontak mengundang tanda tanya tersendiri dibenak seorang Lee Juyeon. Dia balik diancam?
"Turunin gue, bangsat!"
"Mulut kotor lo minta dicium banget, ya? Lo lagi satu mobil sama stranger. Jaga image dikit kek." Younghoon lantas menyibak poni rambutnya yang lumayan panjang ke atas. Nampak frustasi menghadapi betapa keras kepalanya oknum yang dia beri tumpangan pulang.
"Wah, gue bakal dilecehin nih ceritanya? Dosa apa coba gue sampai diculik sama maho kayak lo?"
Meskipun sedikit takut akan ucapannya sendiri, Juyeon berusaha menggertaknya dengan menutup-nutupi rasa khawatirnya. Ia tidak boleh terlihat lemah. Bisa saja itu dimanfaatkan oleh pemuda disampingnya tersebut.
"Turunin gue sekarang atau gue bakal teriak?" kecamnya.
"Teriak aja. Siapa tau ada yang denger lo teriak pas lagi hujan deras begini." Lelaki itu menaruh tangannya di atas kemudi sebagai tumpuan bagi dagunya yang terasa pegal karena terlalu lama mendongak. "Nggak usah jual mahal, napa? Tinggal terima doang; kelar. Ribet banget lo."
Juyeon beralih memperhatikan ekspresi lelaki di sampingnya. "Ini bukan soal gue jual mahal ke lo. Secara lo aja tadi ngaku kalau lo stranger, gila aja sampai gue kesenengan diboncengin sama lo. Gue bahkan udah siap buat manggil polisi atas kasus penculikan."
"Muka gue ada vibes penculik-able emang?" Ia termakan emosi Juyeon yang terus-menerus mengatainya penculik. Maksudnya baik, untuk menolong Juyeon yang sepertinya kebingungan karena tadi tidak ada yang menjemputnya. Tetapi, mengapa niat mulianya tadi malah dianggap begitu hina oleh Juyeon?
Juyeon mengangguk, "Maaf ya, gue nggak bermaksud ngatain tapi— faktanya sih, gitu."
Younghoon menyerah. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk mematikan sistem kunci otomatis pada mobilnya. Sontak mendapat sambutan ceria dari Juyeon yang langsung keluar dari mobil.
"Kebetulan banget hujannya udah reda. Makasih ya, bangsat! Lo emang buang-buang waktu gue," sungutnya sembari mengacungkan jari tengahnya pada lelaki tersebut. "Wait— sebelum gue pulang, nama lo siapa?"
"Kim Younghoon."
Senyuman itu mengembang kian lebar, "Gue masukin black list. Thanks buat kesan buruknya."
.
[Tbc]
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret +Bbangju
Fanfiction"He's a fucking liar, right?" [Kim Younghoon - Lee Juyeon]