Juyeon memukul pahanya sendiri. Hampir tiga puluh menit lamanya ia jalan kaki dan akhirnya ia telah sampai di depan rumahnya sendiri. Sungguh perjuangannya patut diapresiasi karena seumur hidup, baru kali ini Juyeon merasa mampu untuk pulang ke rumah dengan hanya mengandalkan kakinya.
"Ah, anjing! Kenapa gue nggak panggil taksi atau minimal naik bus aja tadi, bego?!" gerutu Juyeon yang kini langsung membanting tas punggungnya ke atas rumput di pekarangan rumah. Mengapa baru sekarang ia terpikirkan ide tersebut?
"Stupid Lee Ju—"
"Lho, baru pulang?" celetuk seseorang. Ia berdecak beberapa kali. Mengejek Juyeon yang terlihat begitu lelah dengan air muka yang perlahan berganti menjadi seperti ingin memakannya hidup-hidup sekarang. "Duh, kasian. Lain kali ego-nya dikondisikan, ya? Jadi sakit, kan kakinya? Batu, sih."
Juyeon menghela nafasnya sendiri dengan begitu berat. Tidak ada gunanya melawan api dengan api. Ia tidak boleh emosi saat ini dan tidak boleh terlihat begitu kelelahan atau Younghoon akan semakin puas meledeknya.
"Kok, lo ada di sini?" tanyanya sembari tersenyum. "Baik banget, sih sampai bela-belain nyari tau alamat gue. Dari siapa coba? Gue panggilin satpam komplek juga lo lama-lama biar diusir atau sekalian nggak bisa ke sini lagi!"
"Adabnya dong, cantik. Ada tamu gini, kok nggak disuruh masuk? Suguhin makanan sama minuman dulu baru boleh nyuruh tamunya pergi."
"Nggak sudi. Pergi lo!" Juyeon langsung mendorong badan lelaki itu untuk masuk ke dalam mobilnya sendiri. Sudah cukup dengan aksi menahan diri dari emosi yang menggebu didalam benaknya. Juyeon butuh istirahat saat ini.
Yang namanya Younghoon pastinya akan memanfaatkan seluruh situasi dan kondisi dengan baik. Maka dari itu, secepat mungkin ia membalik posisi dimana akhirnya— bukannya Juyeon yang mendorongnya, tetapi malah lelaki itu yang ke atas kursi kemudi dengan Younghoon yang berada diatasnya.
"Badan doang gede, tenaganya lemah," ujarnya seraya menahan kedua tangan Juyeon diantara sisi-sisi kepala lelaki itu. "Jadi pacar gue, ya?"
"Sinting! Lepasin, anj—"
.
[Regret]
."AAAAAAAAAAKH, DAMN IT!" Juyeon memukuli boneka Hello Kitty hadiah ulang tahunnya secara membabi-buta. Membayangkan wajah menyebalkan Younghoon pada boneka itu dan langsung melemparkannya ke arah pintu kamarnya.
Juyeon beralih menggigiti bantalnya. Menyapukan bibir miliknya menggunakan punggung tangannya sehingga lama-lama terasa perih olehnya. "Stupid Kim Younghoon, stupid Kim Younghoon!"
Entah sudah keberapa kalinya Juyeon bolak-balik ke kamar mandi untuk mencuci bibirnya berulang kali. Lelaki itu sungguh dibuat sangat frutasi untuk mengurus bibirnya yang telah terkontaminasi bibir orang lain.
Bisa-bisanya dia dicium oleh maho itu. Juyeon tidak terima. Sialnya lagi ia masih bisa merasakan bagaimana ketika bibir mereka bertemu meskipun tadi tidak sampai beberapa detik lamanya karena Juyeon terlanjur emosi dan menyundul kepala Younghoon dengan kepalanya sendiri.
"DASAR BAJINGAN—"
"BERISIK, ANJING! GUE MAU TIDUR!"
Juyeon mengabaikan itu. Ia tetap melakukan hal tidak berguna, seperti mengusap bibirnya menggunakan tissue, berguling tidak jelas di atas kasurnya dan menenggelamkan wajahnya sendiri; entah itu memakai bantal maupun selimut.
Melupakan fakta jikalau dirinya sedang tidak sendirian di rumah ini. Juyeon cenderung acuh dan masih saja berteriak dengan mengumpat banyak sekali kata-kata kotor untuk menyumpahi Younghoon. Tidak bisa membayangkan akan bagaimana nanti saat besok ia bertemu dengan si mesum itu.
Tahan Juyeon agar tidak membanting Younghoon ketika mereka tidak sengaja bertemu nanti.
.
[Tbc]
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret +Bbangju
أدب الهواة"He's a fucking liar, right?" [Kim Younghoon - Lee Juyeon]