broken

1.1K 209 9
                                    

Tubuh kurusnya terasa semakin panas setiap jamnya. Younghoon kembali merapatkan selimut yang menutupi hampir keseluruhan tubuhnya yang meriang. Sambil batuk beberapa kali, ia hanya berharap agar bisa tidur meskipun hanya beberapa jam tanpa harus terganggu.

Namun, belum sempat ia merealisasikan itu semua. Suara bel yang ditekan berulang kali membuat pemuda itu mau tidak mau harus bangun dari tempat tidur nyamannya untuk membukakan pintu bagi—entah siapa orangnya.

Penampakan sosok Hyunjae berdiri di depan pintu dengan seragam yang berantakan bukanlah hal yang baru. Salah satu tangannya memberikan plastik berwarna putih kepada Younghoon.

"Juyeon udah tau," ujarnya tiba-tiba.

Sang lawan bicara memberikan sebuah respon berupa ekspresi bingung. Sementara Hyunjae memasang wajah tanpa ekspresi miliknya ketika tau Younghoon seakan berpura-pura tidak mengerti akan ucapannya tadi. "Kurang jelas? Gue udah ngasih alamat lo di dalam tas dia. Itupun kalau dia nyadar."

"Thanks—?" Sejujurnya Younghoon masih belum paham tujuan Hyunjae mengatakan hal kurang penting seperti itu kepada Juyeon yang notabenenya mungkin sudah tidak peduli lagi dengan kondisinya saat ini. Hubungan mereka bahkan terasa sudah tidak jelas, entah masih berpacaran atau yang lebih buruk, mungkin Juyeon telah memutuskannya secara sepihak.

"Ngomong-ngomong, panas lo udah turun?" Tanya Hyunjae berbasa-basi. Patch penurun panas masih menempel di dahi pemuda itu. Sepertinya Younghoon lupa melepasnya karena dari yang Hyunjae lihat, perekat dari patch tersebut mulai lepas dibeberapa bagian.

"Dikit."

Hyunjae mendengus, "Patch-nya jangan lupa diganti. Gue mau istirahat di rumah. Kalau panasnya makin tinggi, lo panggil Kak Sangyeon aja, jangan gue. Gue capek."

"Hm."

.
[Regret]
.

"Kasih tau alesannya sekarang!"

Minho menutup kedua kupingnya menggunakan jari telunjuk. Teriakan Juyeon menggema di seluruh penjuru rumah. Kembarannya tersebut menuntut agar Minho segera memberi alasan mengenai alasan mengapa Juyeon harus menjauhi Younghoon, padahal Minho baru saja pulang dari sekolah dan sama sekali belum mengganti pakaiannya.

Pegangannya pada kerah seragam Minho mulai melemah. Juyeon berusaha mati-matian menahan dirinya untuk tidak kelepasan memarahi Minho dan tentu saja, tangisannya.

Juyeon tidak mau menjadi orang yang dipersalahkan lagi. Ia sendiri tidak mengerti akan apa yang sebenarnya terjadi dan mendengar ejekan Hyunjae beberapa siang tadi membuat Juyeon kesal. Bisa-bisanya Hyunjae menyimpulkan sesuatu dengan semudah itu tanpa melihat kebenarannya terlebih dahulu. Juyeon tidak terima dirinya dituduh yang bukan-bukan lagi.

"Dia nggak baik buat lo."

"Jelasin apa yang nggak baik menurut lo itu!" Sungut Juyeon seketika dengan suara yang mulai terdengar parau. Sisi lemahnya mengambil alih. Ia selalu kalah dalam hal memarahi orang yang disayanginya. Pada akhirnya, alih-alih marah, Juyeon justru menangis karena merasa sudah tidak sanggup lagi menahan rasa sakit hatinya.

Yang lebih muda terlihat membisu. Tawa sinisnya keluar begitu saja dari mulutnya. Tidak percaya jika Juyeon telah termakan rayuan Younghoon. Ia benar-benar sudah dibutakan oleh cintanya.

"Kalau lo nggak mau putus, kenapa harus nurutin kemauan gue? Lo tinggal terusin hubungan lo sama dia dan biarin gue pergi dari rumah ini sampai mommy pulang dan tau semua permasalahan kita! Sesederhana itu, tapi kenapa malah lo bikin ribet?!"

"Gue nggak mau lo pergi—"

"Dan lo juga nggak mau putus dari dia." Minho menjauhkan tangan sang kakak dari kemejanya. Pemuda itu merapihkan kembali seragam miliknya. "Egois," gumamnya menyindir.

Juyeon termangu, cukup terkejut mendengar sang adik mengatai hal yang seharusnya ditujukan kepada dirinya sendiri.

"Lo yang egois!" Ia menghapus kasar buliran air mata yang turun pada pipinya sambil memasang wajah penuh amarah. "Lo mau gue putus dari dia tanpa alesan sama sekali dan ngancem pakai mau kabur dari rumah! Lo bisa ngerti rasanya ada diposisi gue? Nggak, kan?!"

Rasa sakit menyerang hatinya. Juyeon yang terlampau emosi justru tanpa disadari malah memperkeruh suasana.

"Bukan lo, tapi biar gue yang pergi dari rumah ini."

.
[Tbc]
.

Regret +BbangjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang