Sebenarnya bukan gaya Minho sama sekali untuk mengkhawatirkan Juyeon seperti sekarang ini. Sudah hampir pukul tiga, namun sang kembaran belum juga pulang ke rumah dan ponselnya juga sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Nyusahin gue mulu dah kerjaan lo, Juy," ujarnya sembari berdecak sebal.
Padahal biasanya Juyeon pasti akan mengabarinya terlebih dahulu jikalau kembarannya itu punya kesibukan lain sehingga membuatnya pulang terlambat kepada Minho. Tapi, sekarang lelaki itu seakan hilang begitu saja.
Jujur saja, Minho sedikit dirundung perasaan khawatir. Ia memutuskan untuk menunggu kepulangan Juyeon dengan duduk di sofa yang ada di ruang tamu sambil memakan es krim milik Juyeon yang ia ambil dari kulkas. Berhubung besok adalah hari libur, jadi Minho akhirnya berniat untuk begadang demi Juyeon.
Jadi, sambil memainkan game di ponselnya dan dengan tv di depannya yang sedari tadi menyala tanpa ada siapapun yang menyaksikannya, Minho kemudian merubah posisi duduknya menjadi tiduran di atas sofa panjang.
Saking asiknya memainkan ponsel, Minho sampai tidak menyadari jikalau Juyeon sudah pulang. Ia masih tertawa sendiri sebelum akhirnya terpaksa merengek ketika Juyeon merampas ponsel tersebut darinya.
Juyeon memperhatikan chat yang masuk di ponsel Minho. Tidak ada yang penting sebenarnya, namun entah karena apa lelaki itu malah nampak sebahagia tadi saat memperhatikan ponselnya.
"Obat lo udah abis?" Tanya Juyeon yang kini diam saja begitu Minho merampas kembali ponsel miliknya. "Udah punya pacar masih aja gangguin urusan gue. Pacar lo suruh masuk ke dalam, noh. Masuk angin dia ntar lo juga yang repot."
Juyeon membalikkan badannya, kemudian berjalan acuh ke kamarnya tanpa mengatakan apa-apa. Minho perlahan mendengus melihat sikap buruk Kakaknya itu, lantas mempersilakan Younghoon untuk masuk ke dalam rumah.
"Makasih," ucap Younghoon sambil membungkuk hormat. Senyum tipis terpahat di wajah tampannya, sedikit merasa aneh melihat interaksi dua kucing bermarga Lee tersebut.
"Iya. By the way, lo duduk aja di sofa. Soal Juyeon biar gue yang seret dia buat nemenin lo disini." Minho menggulirkan bola matanya. Sebal lantaran mengapa ia justru terpaksa harus jadi pihak pengganggu dari Malam Mingguan sang Kakak disaat sang Ibu sedang tidak ada di rumah.
Younghoon menggeleng samar, "Nggak usah, lo aja yang nemenin gue."
Sebelah alis yang lebih muda terangkat ke atas, "Mau ngapain?" Tanyanya belum paham sepenuhnya akan maksud dari ucapan pacar Juyeon tersebut.
"Ngomongin Kakak lo," Jawab Younghoon dengan nada yakin. Membuat Minho perlahan mendengus remeh.
"Nekat juga, kenapa nggak tanya ke orangnya langsung?" Kemudian tersadar akan sesuatu. "Oke, gue paham."
Mana mungkin Juyeon mau berbicara banyak tentang kehidupannya sendiri kepada orang yang dirasa tidak dikenalnya. Younghoon adalah contoh pertama, meskipun status mereka sudah 'resmi' berpacaran, Juyeon tidak mungkin dengan serta-merta akan membuka diri pada Younghoon yang notabenenya sekarang adalah pacarnya. Akan sangat memerlukan waktu yang lama untuk membuat lelaki itu luluh.
Dalam hati Minho mengasihani sosok lelaki yang sekarang sedang duduk disampingnya ini. Bisa-bisanya ia jatuh hati kepada titisan es batu seperti oknum bernama Lee Juyeon itu.
"Kalau gue beberin semuanya tentang Juyeon ke lo, imbalan yang gue dapet apaan?" Tawar Minho, tidak mungkin ia akan memberikan semua informasi yang rata-rata berhubungan dengan aib Kakak kembarnya secara percuma.
"Gue bantuin lo buat deket sama guru lo?" Younghoon mengeluarkannya dengan nada ragu. Tidak yakin jikalau Minho benar-benar akan tergiur dengan penawarannya.
"SETUJU!"
.
[Tbc]
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret +Bbangju
Fanfiction"He's a fucking liar, right?" [Kim Younghoon - Lee Juyeon]