Perasaan kecewa terhadap dirinya sendiri membuat Juyeon sontak jatuh terduduk dengan kepala yang ia tenggelamkan diantara tangannya yang terlipat di atas kakinya yang menekuk. Alasan yang seharusnya menjadi dasar dari akhir hubungan mereka bahkan belum jelas akan apa itu. Minho enggan bercerita, namun terus memaksanya agar memutuskan Younghoon hari ini juga.
Juyeon bingung. Dihadapkan oleh dua pilihan jelas bukanlah hal yang ia inginkan. Dalam kasus lain, Juyeon mungkin tidak akan memilih keduanya. Tapi, disini pilihannya adalah antara Minho atau Younghoon, jelas itu terasa sulit untuk diputuskan menurutnya.
Dan respon Younghoon tadi cukup membuatnya tertegun sehingga merasa tidak sanggup untuk kembali memberi penolakan sarkastik sesuai ajuan Minho. Tidak ada lagi Lee Juyeon yang egois, yang ada hanyalah sosok lemah yang berlindung dibalik citra angkuhnya.
Ponselnya terus berdering. Menampilkan nama yang sama secara terus-menerus setiap kali layar widget menyala. Mulai dari spam chat, voice call, maupun video call. Namun, satupun dari salah satunya tidak membuat Juyeon dengan serta-merta tertarik untuk menjawabnya.
Ketidakjelasan perasaannya jelas mengganggu. Padahal Juyeon sudah berusaha untuk mengalihkan perhatiannya sejak beberapa jam yang lalu dengan belajar, akan tetapi tidak ada materi sama sekali yang masuk ke dalam pikirannya. Bagaimana mungkin Juyeon bisa fokus sementara pusat pikirannya saat ini sedang bercabang?
Juyeon masih ragu untuk memutuskan hubungannya dengan Younghoon atau tidak. Padahal dulu ia bersikeras ingin mengakhiri hubungan tersebut, namun entah mengapa semua terasa sulit kali ini. Bahkan sangat tidak disangka Juyeon merasa menyesal sudah mengetik itu dan mengirimkannya kepada Younghoon.
"Juyeon!"
"Lee Juyeon!"
Kepalanya menengadah ke atas ketika ia merasa sangat familiar dengan suara yang berasal dari luar tersebut. Juyeon memilih untuk berdiri dari posisinya tadi dan berjalan ke arah jendela guna memastikan akan siapa sosok yang tadi memanggil namanya.
Mata sipitnya terbuka lebar sesaat sesudah ia membuka tirai dari jendela kamarnya. Orang yang saat ini sedang menghantui pikirannya tiba-tiba muncul dan berdiri di pekarangan rumah.
Seakan sadar sedang diperhatikan oleh orang yang ia cari, Younghoon langsung mengalihkan pandangannya ke salah satu jendela yang ada di lantai dua rumah bernuansa Eropa tersebut. Ia memberi gestur tubuh untuk menyuruh Juyeon agar membukakan pintu. Sayangnya, Juyeon seperti tidak ingin melakukan suruhannya dan hanya tetap berdiri membisu dari balik jendela meskipun tatapannya masih terarah kepada Younghoon seorang.
"We need to talk, Ju!" teriak Younghoon.
Pemuda itu dapat menarik nafas lega ketika Juyeon beralih menutup tirai jendelanya. Bayangan dari Juyeon yang sedang berjalan menjauh terlihat olehnya. Ia pikir Juyeon mungkin sedang berniat untuk membukakannya pintu.
.
[Regret]
."Mau kemana?" Celetuk Minho dengan suara dinginnya. Juyeon lantas mengurungkan niatnya untuk membuka pintu begitu Minho tiba-tiba langsung menarik tangannya dengan kuat agar menjauh dari depan pintu.
"Lo kenapa, sih?!" Gerutu Juyeon kesal akan Minho yang seperti sedang mengatur-atur hidupnya. "Gue butuh alesan buat mutusin Younghoon, sedangkan lo sama sekali nggak ngasih informasi apa-apa ke gue tentang dia!"
Suara gemuruh petir tiba-tiba terdengar, beriringan dengan hujan lebat yang turun secara mendadak. Juyeon yang dirundung rasa khawatir, tanpa berpikir panjang langsung berlari menuju pintu untuk menemui Younghoon yang pastinya akan kehujanan di luar sana. Terutama yang tadi ia lihat Younghoon hanya menggunakan piyama satin berbahan tipis yang mirip dengan piyama yang ia pakai sekarang.
Akan tetapi, lagi-lagi Minho menahan tangannya sehingga Juyeon harus kembali mengurungkan niatnya dan hampir menyuarakan aksi protesnya kepada Minho sebelum adik kembarnya mengatakan hal yang di luar perkiraannya.
"Selangkah aja lo keluar dari pintu, gue bakal keluar dari rumah ini!"
.
[Tbc]
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret +Bbangju
Fanfiction"He's a fucking liar, right?" [Kim Younghoon - Lee Juyeon]