Juyeon menjauhi Younghoon.
Padahal mereka-sepertinya-sudah berbaikan kemarin. Younghoon bisa seyakin itu, toh Juyeon tidak ragu untuk memeluknya dan tidak bersikap sok jual mahal lagi kepadanya.
Semua yang Younghoon lakukan selama hampir seminggu berakhir sia-sia. Juyeon justru kembali ke sikapnya yang sedia kala. Bahkan terbilang lebih dingin dari yang sebelumnya. Terima kasih untuk saudara kembar kekasihnya itu.
Tapi, semenjak mengenal Juyeon, Younghoon jadi terbiasa untuk tidak menyerah begitu saja. Ia meyakinkan diri untuk kembali berjuang dalam meraih perhatian dari seorang anti-sosial akut yang sekarang telah merambat menjadi pacarnya itu. Lee Juyeon adalah tipe orang yang pasif, menghampiri alih-alih dihampiri adalah sebuah pantangan tersendiri baginya.
Kegiatan penilaian kelompok bertajuk karyawisata tahunan antar kelas dua dan kelas tiga menjadi sebuah kesempatan tersendiri untuk Younghoon kali ini. Selama di sekolah, Juyeon terus-menerus menghindarinya dan akan lari ketika tidak sengaja bertatapan dengannya. Seakan di mata Juyeon mungkin Younghoon terlihat seperti penagih hutang dibandingkan kekasih.
"Kim, lo jangan nekat, deh."
Younghoon tetap pada niat awalnya. Perlahan kakinya masuk ke dalam bus khusus kelas Juyeon disusul Hyunjae, sang sahabat, yang tadi sempat berdecak ketika tegurannya diabaikan oleh si jangkung.
Hyunjae menghela nafas berat. Seharusnya tadi ia menyuruh Sangyeon untuk ikut bersama mereka. Setidaknya ia bisa meminta bantuan Sangyeon agar menyeret Younghoon keluar dari bus. Ini sungguh memalukan bagi Hyunjae.
Mata sipitnya memicing, mencari-cari tempat duduk sang kekasih. Ketika merasa familiar dengan sosok bertopi hitam yang duduk di pojok kiri di kursi dua dari belakang, Younghoon langsung beranjak menghampirinya.
"Minggir," Suruhnya kepada sosok lelaki berambut kuning stabilo yang ia tau adalah teman baru Juyeon. Ia lumayan merasa kesal sebenarnya kepada si lelaki ini karena memang Juyeon kerap kali memakai dia sebagai alasan untuk menghindarinya di sekolah.
"Chanhee diem disini aja, nggak usah didengerin dia ngomong apa." Hyunjae muncul dari belakang Younghoon sambil memasang senyum tidak enaknya kepada Chanhee. "Gila lo. Lupa lo kalau dia pacarnya Sangyeon?"
"Nggak peduli. Lo duduk di kursi lain sana! Gue mau duduk disini."
Chanhee tidak mau berakhir berdebat dengan teman sang pacar. Terutama saat ini Younghoon nampak kacau dimatanya karena dari yang ia tau Juyeon sama sekali tidak mau bertemu dengannya, bahkan untuk sekedar membicarakannya dengan Chanhee sewaktu mereka bersama. Jadi, ia memutuskan untuk beranjak dan dengan terpaksa ia duduk di kursi dibelakang kursi Juyeon bersama dengan Hyunjae.
Akhirnya, setelah sekian lama dijauhi, Younghoon bisa kembali berada dalam jarak sedekat ini dengan Juyeon. Walaupun ia sedikit kecewa ketika Juyeon lebih tertarik untuk memandangi pemandangan dari luar jendela alih-alih peduli dengan apa yang baru saja terjadi.
Sehingga tiba-tiba Juyeon merasakan topinya seperti dilepas dari kepalanya. Juyeon sontak menolehkan kepalanya dan langsung dibuat terkejut ketika wajahnya berhadapan dengan wajah Younghoon yang sekarang sedang mengenakan topinya tadi.
"Lo nggak sadar gue ada disini?" Tanya Younghoon sambil menurunkan masker berwarna hitam yang dipakainya. "Ngehindar mulu. Nggak capek?"
Juyeon tertawa dengan nada remeh, "Nggak tuh, sehari nggak bareng lo rasanya kayak gue abis nyelametin satu negara dari para penjajah. Intinya, gue ngerasa merdeka. Tanpa lo."
"Nggak kangen?"
"Dih."
Jemarinya menunjuk tepat ke arah bibir Juyeon. Membuat empunya langsung memicingkan mata. Younghoon pastinya sedang merencanakan sesuatu untuk kembali mengusik kehidupan damainya.
"Gue kangen sama lo. Pas udah nyampe ntar, can i asked for more than a kiss?"
.
[Tbc]
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret +Bbangju
Hayran Kurgu"He's a fucking liar, right?" [Kim Younghoon - Lee Juyeon]