Sepasang mata memperhatikan Juyeon yang saat ini sedang memakan sarapan berupa sepotong roti beroleskan selai coklat dengan tatapan mengintimidasi. Juyeon sendiri tidak terlalu terganggu sebenarnya, toh bukan sekali dua kali ia sarapan ditemani tatapan tajam yang berasal dari adiknya.
"Bawah mata lo kenapa jadi item gitu? Kurang tidur gara-gara main game atau chat sampai lupa waktu sama guru di sekolah lo?"
Minho memicingkan matanya, "Perlu banget ya lo buat nanya? Emang lo pikir siapa yang tadi malem teriak udah kayak lagi di hutan?" sungutnya dengan wajah yang lagi-lagi terlihat sinis.
Walaupun demikian, Juyeon hanya menjawabnya dengan anggukan berulang kali. Setengah meledek akan ucapan Minho sembari mengambil cangkir berisi susu hangat dan perlahan mulai meminumnya.
"By the way, yang kemaren ciuman dalem mobil di pekarangan rumah itu siapa?" Goda Minho seraya menaik-turunkan alisnya ketika melihat saudaranya itu mulai tersedak minumannya sendiri. "Oh, jadi itu alesan lo teriak tadi malem? Lemah lo, digituin doang sampai nggak bisa tidur." Kemudian, berdecak berulang kali. Berusaha membalas ledekan yang tadi Juyeon lakukan kepadanya.
Juyeon langsung memuntahkan minumannya dengan sembrono sehingga hampir mengenai kemeja sekolah Minho yang tadi langsung beranjak dari kursi begitu sadar jikalau Juyeon ternyata mengincar dirinya sebagai target dari luapan air minumnya. "Juyeon setan!" Umpatnya sambil menyeka air susu yang sedikit mengenai wajahnya.
"Tau darimana lo?!" Semprot Juyeon dengan wajah sewot miliknya. Lelaki itu kembali mengingat-ingat kejadian kemarin. Ia sendiri baru menyadari jikalau alasan Minho menolak untuk menjemputnya adalah karena ada kesibukan dengan kegiatan klub yang diikutinya di sekolah. Juyeon seharusnya tidak heran mengapa mereka bisa sama-sama pulang terlambat. Akan tetapi, ia tidak menyangka kepulangan Minho justru bersamaan dengan kejadian memalukan itu.
Suara klakson mobil menghentikan aksi pertengkaran mereka. Juyeon dan Minho langsung bergerak untuk pergi mengintip keluar dengan niat ingin mencari tau akan siapa sosok orang gila yang membunyikan klakson seperti orang kesurupan di pagi hari seperti sekarang ini.
"Di jemput pacar sekarang?" Minho menaruh tas ke atas punggung. Kemudian, beranjak pergi ke garasi guna mengambil motor miliknya. "Gue duluan. Bilangin makasih ke cowok lo, berkat dia gue nggak perlu repot anter-jemput lo lagi."
Juyeon hampir kembali meneriaki Minho dengan kalimat sakralnya. Tetapi, melihat sosok Kim Younghoon dengan seragam berantakan miliknya terlihat semakin jelas dipandangannya membuat Juyeon hanya mendengus sarkas sambil memasang ekspresi datar miliknya.
"Bukannya gue udah pernah bilang ke lo supaya kita jangan pernah ketemu lagi?" Sindir Juyeon dengan nada ketusnya. Lelaki itu menutup pintu rumahnya dan berjalan mendahului Younghoon.
"Hm, gue pengen jemput lo aja. Salah?"
"Menurut lo?"
"Nggak ada yang salah dari jemput pacar sendiri."
Decihan kasar dari Juyeon terdengar jelas oleh telinga Younghoon. Lelaki berperawakan lebih tinggi tersebut hanya tersenyum dan perlahan meraih tangan Juyeon yang sepertinya ingin melarikan diri darinya dan secara tiba-tiba langsung memasukkan tubuh Juyeon secara paksa ke dalam mobil.
"Lo mau apain gue lagi sih, bangsat?!" Younghoon tidak mengindahkan perkataan cerewet Juyeon. Semua akses di mobil ia kunci secara otomatis sehingga membuat Juyeon langsung dibuat terjebak. Tidak peduli dengan semua teriakan Juyeon yang sebenarnya sangat berisik, Younghoon justru hanya meresponnya dengan tenang dan mulai menjalankan mobilnya pergi dari area perumahan elit Juyeon.
.
[Tbc]
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret +Bbangju
Fanfic"He's a fucking liar, right?" [Kim Younghoon - Lee Juyeon]