**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ WELCOME TO MY STORY ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
☆♬○♩●♪✧♩ Semoga suka ya!
Ditunggu vote, komen, dan review dari kalian◝(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡➷➷➷
Zelira Audriya, nama yang orang tuaku berikan. Di mana aku menyukai segala hal, terkecuali kesunyian, kegelapan, dan Ghibran Aldano. Dia adalah seseorang yang aku benci, musuh, serta sosok yang selalu aku doakan agar menjauh dari hidupku.
Namun, Tuhan selalu menghadirkannya dalam hidupku. Kapan doa-doaku menjauh darinya akan terwujud?
Aku benar-benar membenci Ghibran Aldano, dia adalah sosok yang membuatku mempunyai kebencian dan trauma pada kesunyian serta kegelapan hingga saat ini. Ketakutan itu sulit dihilangkan karenanya. Dia yang membuatku seperti ini.
Sejak saat itu, bukan hanya kesunyian dan kegelapan yang aku benci, melainkan dirinya juga. Tetapi, banyak hal yang menarikku untuk terus berada dalam satu lingkup dengannya. Baik di rumah, di sekolah, atau di mana pun bahkan saat aku berusaha mencari sebuah ketenangan, Ghibran akan hadir.
Bahkan saat ini, dia mulai berulah kembali dengan mengambil tasku saat hendak pulang ke rumah. “Ghibran, sini tas gue balikin!” amukku padanya yang malah semakin menjadi-jadi.
“Sini-sini, Lira.” Dia berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya, diriku berusaha menggapainya, tetapi langkah kecilku tidak bisa menggapainya dengan mudah.
“Lira, ayolah, masa ginian doang lu gak bisa ambil, ayo ambil, hahaha.” Ghibran tertawa dan terus menjahiliku dengan gerakan langkah besarnya yang cepat dan sigap.
Aku yang kalah dengannya hanya bisa mendengus kesal. Ghibran benar-benar membuatku naik pitam. “Kalau lu nggak niat buat baliki, ya, udah, ambil sana tas gue, dasar freak!” Aku berbalik badan, menjauh dari Ghibran dengan keluar dari kelas lebih dulu.
Diriku pulang tanpa membawa tas sama sekali, biarkan saja manusia aneh itu mengambil tasku agar puas dengan kelakuannya. Aku sudah muak, teramat muak dengannya.
“Gue benci banget sama Ghibran.” Aku mengepalkan tangan dengan kuat, berjalan menuju taman sekolah.
Hingga Maya dan Mentari menyusulku. “Zelira, Ze, tunggu ....” Mereka berdua menyejajarkan langkahnya denganku. Lalu, Maya kembali berkata, “Lu kenapa se-emosi itu sih sama Ghibran, kayak nggak biasa aja dia jailin lo tiap hari.”
“Oh ... jadi gue nggak boleh emosi sama makhluk aneh itu,” tunjukku pada kelas yang kita tinggali.
“Ya, maksud Maya tuh bukan gitu, Ze, maksudnya tuh, lu udah biasa hadapi Ghibran yang super aneh itu. But, lu paling ngedumel aja, kenapa sekarang se-emosi itu sih?” Mentari menatapku dengan penuh tanya kebingungan akan sikap dan perlakuanku.
“Gue capek, kalian nggak akan tahu dan nggak akan ngerasain gimana ngadepin Ghibran itu lebih capek dari pada keliling lapangan,” tuturku dengan lemah.
“Iya gue tahu, kita nggak akan bisa di posisi elu, Ze, secara Ghibran memang se-rese itu cuman sama lu. Tapi asal lu tahu, dia lagi uring-uringan di kelas, karena lu marah banget sama dia.” Maya menepuk bahuku.
“Yuk, May, kita cabut. Zelira perlu sendiri.” Dilanjut dengan Mentari yang mengajak Maya untuk pergi dari hadapanku, Maya yang mengerti maksud dari Mentari pun, segera mengikuti langkah Mentari, tetapi sebelum benar-benar pergi, Maya menepuk pundakku seraya berkata, “Pikirin baik-baik, Ze, tahan dan atur emosi lu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Versus Childish (Sedang Direvisi)
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT ‼️] [HUMOR, ROMANCE, TEENLIT] Dua sejoli yang awal mula bersahabatan, kini mereka saling beradu mulut, dan bertikai layaknya anak-anak. Mereka saling membenci, menjahili, bahkan saling bersaing satu sama lainnya. Tak ada yang mau k...