**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ WELCOME TO MY STORY ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
☆♬○♩●♪✧♩ Semoga suka ya!
Ditunggu vote, komen, dan review dari kalian◝(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡➷➷➷
Malam ini, aku sudah bersiap-siap dengan memakai pakaian yang rapi, wangi, dan sedikit polesan bedak serta liptint bewarna peach. Rizal dan aku akan keluar malam hari ini, anggap saja lah ini first dateku dengannya.
“Lira, ini teman kamu dari tadi sudah nunggu loh!” teriak Mama dari ruang tamu.
“Iya Ma, udah kok,” balasku yang merapikan tatanan rambut.
Setelahnya aku menyambar tas selempang sembari berjalan menemui Rizal. Di bawah, aku menatap Rizal yang berbeda, dia nampak manis dan ganteng sekali. Kaos putih dipadu dengan jaket serta celana jeans hitam membuatnya nampak berbeda saja.
Aku hampir saja dibuat melamun jika saja Mama tak kembali bersuara. “Kalian jangan pulang larut malam ya! Mama kasih batas waktu sampai jam 9 Malam, selebihnya nggak akan Mama bukain pintu buat kamu—Lira, dan buat kamu saya laporin ke orang tuanya,” tegas Mama pada aku dan Rizal.
“Siap Tante, aku ajaknya juga yang deketan di daerah sini-sini aja kok, jadi bisa pulang lebih cepat dari jam 9,” jelas Rizal pada Mama.
“Iya sudah kalau begitu, hati-hati di jalan ya!” Aku pun mengangguk dan bersalaman dengan Mama sebelum keluar, Rizal mengikuti gerakanku, lalu barulah kita keluar dari rumah.
Aku menaiki motor sport milik Rizal, di perjalanan selama dibonceng oleh Rizal, aku merasa gugup dan grogi, sedangkan Rizal dia seperti menikmati itu semua. Hingga sebuah tanya dari Rizal melayang, “Zelira, kamu kedinginan nggak?” tanya Rizal padaku dengan suara yang mengeras.
“Lumayan,” jawabku yang sedikit mengeras.
Tanpa perbincangan lagi, Rizal menepikan motornya di salah satu kedai bajigur. Dia turun lebih dulu, lalu membuka helm dan jaket yang dia kenakan, diikuti olehku yang tak lama juga turun dari motor. Helmnya dia letakkan di antara stang motor, sedangkan jaketnya dia pakaikan untukku.
“Biar kamu nggak kedinginan, angin malam, nggak baik buat kamu,” ujar Rizal, singkat, padat, dan perhatian.
“Makasih,” ucapku dengan mengulas senyum tipis-tipis karena malu.
Rizal menggandeng tanganku, membawa ke tempat duduk penjual bajigur, lalu bertanya kepadaku, “Kamu suka bajigur nggak?”
Aku pun mengangguk. Kemudian Rizal memesankan dua cangkir bajigur untukku dan dirinya. Kita menikmati malam berdua di tempat ini, obrolan yang kita bahas adalah banyak hal, terutama ketika membahas salah satu filosofi.
“Kamu pernah dengar nama Plato—Ahli filosofi pada 427 SM, nggak?” tanya Rizal padaku.
Aku menggelengkan kepala, keningku mengerut. “Aku nggak tahu, memangnya ada ya?” tanyaku pada Rizal.
“Ada, Zelira, dia ahli filosofi di jamannya. Kamu mau tahu nggak salah satu dari pendapat dia?” Rizal bertanya lagi padaku, aku mengangguk dan mengatakan ‘Iya’ padanya.
“Dia pernah berkata bahwa ‘Keindahan sesungguhnya terletak pada dunia ide, dia juga berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas keindahan, baik dari alam maupun bentuk karya seni.’ Tapi menurutku dia lupa satu hal.” Rizal menggantungkan ucapannya dengan meminum secangkir bajigur yang sudah lima menit lalu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Versus Childish (Sedang Direvisi)
Ficção Adolescente[DILARANG PLAGIAT ‼️] [HUMOR, ROMANCE, TEENLIT] Dua sejoli yang awal mula bersahabatan, kini mereka saling beradu mulut, dan bertikai layaknya anak-anak. Mereka saling membenci, menjahili, bahkan saling bersaing satu sama lainnya. Tak ada yang mau k...