**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ WELCOME TO MY STORY ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
☆♬○♩●♪✧♩ Semoga suka ya!
Ditunggu vote, komen, dan review dari kalian◝(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡➷➷➷
Waktu kelulusan pun tiba, tak terasa akhirnya sudah berada di penghujung akhir masa SMA. Semua murid sudah berkumpul di ruang aula, setiap nama yang dipanggil maka akan maju ke depan untuk mengambil amplop yang berisi pernyataan kelulusan, setelah semuanya sudah mendapatkan amplop, kami dimintai untuk membuka amplop itu secara serempak.
Dan dalam hitungan lima menit, suara teriakan bergemuruh di ruangan aula, mereka menyuarakan kegembiraannya ketika membaca amplop dengan pernyataan (LULUS). Aku adalah salah satu dari teriakan bergemuruh itu, saling memeluk sahabatku, siapa lagi kalau bukan Maya dan Mentari.
Ketika pelukan itu melonggar, barulah kita mulai mengobrol satu sama lainnya. “Nggak kerasa ya, kita lulus bareng, dan nggak kerasa juga, kalau kita sama-sama selama ini, banyak hal yang udah kita lewati,” tuturku.
“Iya nggak kerasa ya, kayak baru kemarin nggak sih?” sahut Maya.
“Bener banget, gue ngerasanya juga gitu,” timpal Mentari yang menyetujui ucapan Maya.
Aku mengangguk. “Entah bumi yang cepat atau orang di dekatnya membuat kita nggak ngerasain seberapa lama kita melewati waktunya.”
“Dapet nyolong quote dari mana lu?” tanya Mentari dengan tatapan menyelidik.
Aku menampakkan cengiran kuda. “Dapet dari G.Maister,” tuturku polos.
“Anjir lu ya, minimal kalau nyolong sertai dari mana lu dapatnya—Ish.” Mentari mendesis, lalu kembali berkata, “Gue juga suka sama itu penulis, kayak ngena gitu, mana kata-katanya banyak mencerminkan elu banget, Ze.”
“Hah! Atau jangan-jangan elu penulisnya?” Mentari menatapku dengan tatapan menyelidik lagi, bahkan dia menyipitkan matanya, dan mencondongkan tubuhnya hingga memberikan jarak 5 cm saja.
Aku mendorong wajah Mentari. “Kagak, ngaco aja lu! G.Maister itu cowok, gue pernah kok denger suaranya pas lagi nyapa pembacanya di salah satu podcast. Tapi, emang nggak nampak mukanya sih sejauh ini, mana private lagi,” cerocosku yang menjawab tanya Mentari.
Mentari menampakkan wajah kesalnya, karena lagi-lagi wajahnya selalu jadi korban raupan tanganku. “Gosah pake ngeraup muka gue juga, mana ngedorong lagi!” gerundel Mentari.
“Mangap.” Satu kata yang harus dipahami bahwa maknanya adalah maap, memang aneh, tapi anak alay pasti tahu maksudnya kok.
“Hm—“ Mentari hanya mengeluarkan suara (hm), mengingatkanku pada salah satu lagu religi yang booming waktu itu.
“Gue nggak nyangka—“ Tiba-tiba Maya mengucapkan sesuatu, tapi terjeda setelahnya, membuat aku dan Mentari saling menatap dengan tatapan tanya.
“Nggak nyangka gimana?” tanyaku pada Maya yang diangguki Mentari.
“Nggak nyangka aja, kalian baca buku juga, gue kira kalian orang yang anti buku,” jawab Maya, ucapannya membuatku langsung berubah ekspresi dengan tatapan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Versus Childish (Sedang Direvisi)
Novela Juvenil[DILARANG PLAGIAT ‼️] [HUMOR, ROMANCE, TEENLIT] Dua sejoli yang awal mula bersahabatan, kini mereka saling beradu mulut, dan bertikai layaknya anak-anak. Mereka saling membenci, menjahili, bahkan saling bersaing satu sama lainnya. Tak ada yang mau k...