■ With You Again

7 5 0
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚  WELCOME TO MY STORY ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

☆♬○♩●♪✧♩  Semoga suka ya!
Ditunggu vote, komen, dan review dari kalian◝(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡

➷➷➷

Sudah terciduk berapa kali diriku bersama dengan Ghibran Aldano, musuhku semenjak masa kecil yang tak mengenakkan. Namun, terkadang kehadirannya menyelamatkan, tidak, bukan berarti kita tidak musuhan lagi, tapi kadang aku merasa bahwa bersamanya tak selalu buruk. Meski ya, kadang menyebalkan sekali, cuman, aku akui ketika bersamanya agak nampak menyenangkan.

“Aish, gue ngapain mikirin dia sih, bego, bego, bego!” kataku yang memukul kepala sendiri, gila, ini pasti sudah gila.

Kenapa tiba-tiba aku jadi memikirkan Ghibran saat ini, diriku pasti sudah sawan atau mungkin gila, iya pasti itu, nggak mungkin salah lagi. “Gila gue!” rutukku pada diri sendiri.

Hingga berselang beberapa menit, suara ketukan pintu kamarku terdengar. “Lira, bukain pintunya, cepet!” bisik-bisik Ghibran yang sedikit mengencangkan ucapannya.

Aku membuka pintu dan menatap wajah yang penuh dengan peluh keringat mengucur dari dahinya. Tanpa aba-aba, Ghibran langsung menerobos masuk ke dalam kamarku, dan tanpa meminta ijin, dia juga langsung mengunci kamarku. Setelahnya dia meluruhkan tubuhnya di dekat pintu, membuat diriku yang terkejut dengan kedatangannya pun bertanya, “Lu kenapa?”
Ghibran mengatur napasnya yang tercekat, kemudian barulah dia menjawab tanyaku, “Gue diuber-uber sama bokap gue sendiri, capek banget, Lira.”

“Iya ngapain Om Anton uber-uber lu, oh atau jangan-jangan, lu ngelakuin sesuatu yang bikin Om Anton marah ya?” kataku menyelidik.

“Nggak, bukan gue nakal atau ngelakuin sesuatu. Ini tentang bokap gue yang pengen ngajarin gue buat ngadepin kliennya, gue tuh nggak mau, gak ada passion dibidang kayak gitu,” jelas Ghibran padaku.

“Oh ....” Bibirku membentuk huruf vokal ‘O’, ketika menanggapi penjelasan Ghibran.

“Ya tapi, kenapa larinya ke gue?” Tiba-tiba saja pertanyaan ini terbesit dalam otakku.

“Gak tahu, gue ingetnya ke elu, lagian bokap gue nggak akan curiga gue di sini,” tuturnya.

“Kalau curiga gimana?” tanyaku lagi padanya.

“Jawab aja nggak ada, mana saya tahu, atau apa kek Lira, lagian lu biasanya tukang ngeles, masa tiba-tiba nggak tahu mau ngeles apaan, gimana sih.” Ghibran menggaruk anak rambut dekat Pipi yang tak gatal.

“Mata lu noh yang tukang ngeles, seenaknya aja bilang gue tukang ngeles, lagian nih ya, gue nggak pernah ngeles, emangnya elu,” balasku yang tak terima.

“Shut!” Ghibran memberhentikan ucapanku, dia mendengarkan setiap suara yang terjadi, hingga Om Anton benar-benar mencarinya ke rumahku.

Assalamualaikum.” Suara Om Anton yang mengucapkan salam.

Waalaikumsalam,” jawaban dari Papaku yang menyahuti salam Om Anton.

“Eh Anton, kenapa nih?” tanya Papa pada Om Anton samar-samar dari kamarku yang berada di lantai dua.

“Kamu lihat Ghibran nggak? Aku lagi ada urusan sama dia, itu anak malah lari-lari, ampun deh,” ujar Om Anton pada Papa.

Me Versus Childish (Sedang Direvisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang