■ Pertandingan Basket

23 16 3
                                    

*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚  WELCOME TO MY STORY ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

☆♬○♩●♪✧♩  Semoga suka ya!
Ditunggu vote, komen, dan review dari kalian◝(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡

➷➷➷

Sorak-sorai mengisi seluruh sudut SMA Nusa Bangsa, mereka memberikan support penuh kepada Rizal dan tim basket sekolah sebelum mereka mulai bertanding. Salah satu riuh itu berasal dari aku juga.

“Semangat, Rizal!” teriakku antusias.
Rizal menoleh, lalu menyapaku dengan senyuman, dan lambaian tangannya dari kejauhan, sebelum dia mulai bersiap untuk menyiapkan barisannya. Senyuman yang Rizal berikan padaku tadi, masih terbayang olehku.

Manisnya,’ batinku yang tanpa sadar membuat senyuman tercetak di bibirku juga.

“Ekhem—“ Mentari berdehem seraya berbarengan dengan menenggor sikutku dengan sikutnya. Membuat aku tersadar dari lamunan sesaat tentang Rizal.

“Ape?” tanyaku sewot pada Mentari.

“Cie yang ngelamun, tumben banget ngelamun sampe senyum-senyum gitu,” tunjuk Mentari ke wajahku.

“Mana ada? Gosah ngaco deh, Mentari Putri Bintang,” elakku.

“Gue lihat dengan jelas ya Zelira Audriya,” jawab Mentari padaku dengan sedikit penekanan nada. Lalu dia melanjutkan ucapannya dengan tanya, “Jangan-jangan lu ngelamunin Rizal ya?” Aku menoleh, menatap wajah Mentari yang penuh dengan rasa penasaran, sedangkan Mentari malah menatapku dengan tatapan tengilnya yang super kepo itu.

Aku menghela napas kasar, lalu dengan gemasnya aku meremas gemas wajahnya dengan sekali raupan tangan yang segera aku buang. “Hih— Nih bocah kerasukan apa sampe begini,” gerundelku yang kegemasan dengan Mentari.

Tanpa menjawab, Mentari langsung membongkar tasnya, dan mengeluarkan kaca sebagai senjata ampuhnya. “Arghh ... Make up gue!” teriak Mentari ketika menatap wajahnya dibalik kaca, aku yang tak mau disalahkan pun memalingkan wajah.

Berpura-pura tidak tahu. Namun, Mentari membalikkan pandangan untuk menghadapnya kembali. “Make up gue rusak gara-gara lu, tanggung jawab! Gue buat ini sejam yang lalu, dan lu rusak dalam waktu 5 detik doang, Ze!” pekiknya.

“Ya gue gak sengaja, lagian lu kepo bener sama lamunan gue, gemes gue jadinya sama lu,” tampikku.

“Stttt—“ Mentari membungkam mulutku dengan satu jari telunjuknya, lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, memberi jarak 5 cm di antara kita. “Gue emang gemesin, tapi nggak gitu juga ngerusak make up gue, Ze,” lanjutnya.

Aku menyingkirkan tangannya dari mulut, lalu mendorong kedua bahu Mentari agar memberi jarak di antara kita. Kemudian aku menjawab ucapannya, “Terus gue harus gimana? Benerin make up lu? Gue sih gak apa-apa dan dengan ikhlasnya benerin make up lu, tapi lu mau emangnya gue dandanin, sedangkan gue gak bisa dandan dengan bener, gimana?”

Mentari membuang wajah dan mulai cemberut. “Capek gue dandan setengah mati, tapi dirusak!” geram Mentari padaku.

“Tapi nggak sampe mau mati juga kan?” Lontaran tanyaku berhasil mendapatkan sebuah jitakan dari Mentari.

Me Versus Childish (Sedang Direvisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang