■ Ghibran, Awas Lu!

19 8 0
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ WELCOME TO MY STORY ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

☆♬○♩●♪✧♩  Semoga suka ya!
Ditunggu vote, komen, dan review dari kalian◝(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡

➷➷➷

Bel pulang sekolah berbunyi, seluruh isi kelas berhamburan keluar dari kelas dengan perasaan lepas dan bahagia. Namun, ada salah satu manusia yang tidak jelas, tiba-tiba naik ke atas meja, lalu menari-nari tidak jelas, siapakah dia? Yups, Ghibran Aldano. Manusia yang terlahir dengan seribu keanehannya.

Aku yang melihat kelakuan Ghibran hanya memutar bola mata, lalu beranjak dari bangku, dan hendak keluar dari kelas. Namun, belum sampai keluar kelas, Ghibran langsung mencegatku di depan pintu, gerak tubuhnya memang secepat kilat. Kini dia menghadangku, aku yang dihadang olehnya hanya bisa menghela napas berat, pastinya akan ada perdebatan panjang di antara kita.

"Mau apa lu hadang gue?" tanyaku pada Ghibran yang menatap diriku sejak tadi tanpa merubah posisinya.

Ghibran yang mendapat tanya dariku pun menjawab dengan santai tanpa mengubah posisi tentunya, "Hm-Kenapa hadang lu ya? Karena gue mau aja, Lir."

"Gak jelas banget sih, minggir sana!" usirku pada Ghibran, tujuan dia menghadang memang tidak jelas.

"Kalau gue perjelas emangnya lu mau?" Ghibran mengangkat satu alisnya, dia memberi tanya padaku, membuatku menopang tangan di pinggang.

"Mau atau tidak mau itu nggak penting, lagian diperjelas juga, lu emang nggak jelas bagi gue," jawabku dengan kesal.

"Udah sana minggir!" usirku sekali lagi pada Ghibran dengan mengacaukan benteng menghadangnya di pintu.

"Gue nggak mau, gimana?" tanya Ghibran padaku, mulai kembali perdebatan di antara kita.

"Kalau gue nggak mau, gimana?" Aku membalik ucapan Ghibran, sedangkan Ghibran malah tertawa pelan, kemudian menjawab, "Guenya gak mau, jangan maksa dong."

"Sama dong kalau gitu, gue juga nggak mau dipaksa," balikku pada ucapannya Ghibran kembali, membuat raut wajah Ghibran berubah.

"Gue nggak maksa tuh, tapi kata Lira sih dia maunya dipaksa, gimana?" balas Ghibran yang membuatku tersenyum sinis menatapnya.

"Nah kebetulan banget kalau Ibran tuh sukanya dipaksa buat pergi jauh-jauh dari hidupnya Lira, jadi pergi deh daripada Lira nangis," kataku yang berhasil membuat Ghibran skakmat terdiam.

"Gimana Ibran?" ejekku yang membuat Ghibran mengendurkan tangannya, dia juga sedikit menyingkir dari pintu. Diriku akhirnya berhasil mengalahkannya, membuat perdebatan kami terhenti, karena jika tidak begini, bisa-bisa Ghibran akan terus mencerocos hingga subuh.

Tapi saat langkah kakiku ingin melangkah, Rizal datang ke kelasku, dia berdiri di hadapanku. Kemudian dia berkata, "Ze, aku mau bicara bentar sama kamu bisa?" tanya Rizal padaku.
"Nggak," jawabku ketus.

"Kenapa?" tanya Rizal kembali padaku. Aku mencari cara untuk lepas darinya, hingga terpikirlah ide dari mana sampai-sampai diriku menarik lengan Ghibran yang tak jauh dari keberadaanku juga.

"Aku mau pulang sama pacar baruku, jadi aku nggak bisa diajak bicara," jawabku yang membuat Rizal mengerutkan keningnya.

"Secepat itu, Ze?" Rizal seolah tak yakin, sedangkan Ghibran yang baru aku seret ke dalam permasalahan hanya bisa melotot dan kebingungan.

Me Versus Childish (Sedang Direvisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang