**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ WELCOME TO MY STORY ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
☆♬○♩●♪✧♩ Semoga suka ya!
Ditunggu vote, komen, dan review dari kalian◝(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡➷➷➷
Menikmati pemandangan sekitar dengan bermain ayunan kursi, rasanya candu, terlebih ditemani langit yang mulai berubah menjadi jingga. Tak hanya itu, hidangan berjejer, dentuman musik yang mengalun juga menjadi teman sore ini.
Semua alumni kelas 11A IPS turut hadir di sini, bahkan alumni 12B IPS juga hadir di sini, kita merayakan hari kesuksesan Tante Raya yang berhasil membuat masakan apa pun, dan spesial makanannya juga adalah buatannya. Janji Tante Raya baru bisa terlaksanakan di tahun yang berbeda, memang kadang ekspektasi tak sesuai realita, niatnya bulan depan, pelaksanaannya tahun ini.
‘Yo wes lah, yang penting gratisan, Rek.’
Saat sedang seru-serunya acara, tiba-tiba saja Ghibran mendekatiku yang sedang bermain ayunan kursi. Dia mengambil bangku kosong di sampingku, lalu memulai pembicaraan. “Duduk kok sendirian, jomblo ya, Mbak?” tanyanya adalah pembuka paling mengesalkan.
“You nanyak i?” balasku pada Ghibran, tak lama dia pun tertawa terbahak-bahak.
“Lucu ‘kah?” Aku mengerutkan kening, heran, kok dia tertawa, memangnya ucapanku ngebadut, atau mukaku ngebadut gitu.
“Lumayan lucu, cuman nggak lucu banget, tapi bisa lah diadu sama badut yang suka nakutin anak-anak itu,” tutur Ghibran yang menjawab tanyaku.
“F*ck, Ghibran!” umpatku.
Sialan dia menyamakan diriku dengan badut yang suka menakuti anak-anak, padahal aku ini tergolong cakep, malah kecakepan, nggak ada tandingannya. ‘Sialan ini Ghibran!’
“Lah kok marah, nanti nanges ...,” katanya.
“Gue gak nangis ya anjir, malah marah ini. Ish—Rese banget sih,” desisku yang menyilangkan tangan di dada.
“Dih, HAHAHAHA—“ Tawa Ghibran dengan terbahak-bahak, bahkan sampai mengeluarkan auman babi, ralat harusnya suara babi, karena babi tidak mau disamakan dengan ras harimau.
Semua orang menoleh, bahkan Mentari turut memekik dari tempat duduk santai dekat kolam renang. “Bahagia bat dah itu si Ghibran, jadian ya, Ze?”“Eh iyakah?”
“Broadcast gais!"
“Langka sekali ini momen.”
“Tumben akur nih anak dua.”
“Wih Bapak Negara ketawa sama Ibu Negara nih? Bau-bau jadian!"
“PJ!”
“Duain.”
Suara-suara manusia aneh pun bermunculan, apalagi Langit, Maya, Valanio, dan biasalah si Caca Gareng, dkk, mereka suka sekali mem-broadcast diriku ke akun media sosial mereka, dikira lawakan kali ya, tapi iya juga sih.
“Berisik lu pada, kagak ada yang jadian anjim!” balasku dengan sarkas.
“Kali aja, Ze, kita bakal dapat makan-makan seminggu nih,” tutur Gunadi.
“Nah bener banget nih,” tambah si Jamet—Wulan S.
“Kagak ada, gosah ngimpi!” balasku lagi.
“Mimpi tuh boleh, Lir, apalagi mimpiin gue jadi idaman hati lu, cuaks~” Ghibran mulai bergombal-gembel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Versus Childish (Sedang Direvisi)
Teen Fiction[DILARANG PLAGIAT ‼️] [HUMOR, ROMANCE, TEENLIT] Dua sejoli yang awal mula bersahabatan, kini mereka saling beradu mulut, dan bertikai layaknya anak-anak. Mereka saling membenci, menjahili, bahkan saling bersaing satu sama lainnya. Tak ada yang mau k...