■ Never Get Along

29 13 1
                                    

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚  WELCOME TO MY STORY ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

☆♬○♩●♪✧♩  Semoga suka ya!
Ditunggu vote, komen, dan review dari kalian◝(⑅•ᴗ•⑅)◜..°♡

➷➷➷

Seluruh kelas hening ketika Pak Baskoro memasuki kelas, beliau adalah guru Olahraga yang juga merangkap menjadi guru BK. Dia juga terkenal dengan hukumannya yang cukup berat sama seperti Bu Diana.

Dia berdiri di tengah kelas, kemudian meminta kita untuk mendengarkan pengumumannya. “Halo anak-anak semuanya, Bapak di sini ingin memberikan pengumuman yang terkait dengan pertandingan basket final minggu depan, Bapak harap kalian mendengarkannya dengan baik.”

“Pengumuman pertama adalah besok acara bersih-bersih serempak dalam rangka menyambut meriahnya pertandingan basket antar sekolah yang akan menjadi penentu siapa juaranya. Kedua, besok kalian menggunakan seragam Olahraga (Wajib) Ingat! Bapak tidak akan memberi toleransi kepada kalian yang melanggar dengan menggunakan seragam lainnya. Ketiga, pembagian tim akan Bapak serahkan kepada Ketua kelas kalian masing-masing, dan untuk Nur Amalia selaku Ketua Kelas 11A IPS nanti akan saya hubungi via chat tentang informasi terkait penentuan spot mana saja yang harus kalian bersihkan. Harus loh! Awas ya kamu, Ghibran!” tunjuk Pak Baskoro pada Ghibran yang sering kali membolos dalam hal seperti ini.

Tidak heran diriku, sebab waktu kita dihukum bersama saja, manusia seperti Ghibran malah membolos ke kantin dengan dalih sarapan. Memang aneh manusia satu itu, ada saja alasannya.

“Kok saya, Pak, ini nih yang ngajak saya tuh Langit sama Valanio, saya mah anak diem,” jawab Ghibran.

“Loh kok gue?” protes Langit yang tak terima dengan tuduhan Ghibran.

“Duain,” timpal Valanio.

Pak Baskoro menggelengkan kepalanya, pusing menghadapi kelakuan Ghibran dan kawan-kawannya. “Sudah! Cukup berdebatnya! Atau nanti saya hukum kalian,” ancam Pak Baskoro yang membuat mereka kicep seketika.

Kondisi kelas kembali hening, Pak Baskoro pun melanjutkan ucapannya, “Jadi mungkin itu saja informasi yang bisa Bapak sampaikan, selebihnya nanti akan diatur oleh Nur Amalia.”

“Baik Pak,” jawab serentak satu kelas.

“Saya pamit dulu,” pamit Pak Baskoro, dia pun melenggang pergi dan saat kelas kembali ribut, Pak Baskoro kembali ke kelas, membuat anak-anak di kelasku kembali kicep seketika.

“Tolong jangan ribut dan tugas tambahan untuk kalian adalah jagain Ghibran untuk tidak membuat rusuh!” titip Pak Baskoro pada seluruh anak-anak di kelasku.

“Dikira saya anak ilang, Pak, sampe harus dititip-titipin,” protes Ghibran pada Pak Baskoro.

“Kamu melebihi anak ilang, Ghibran, jadi sudah jangan buat rusuh, diam saja kamu untuk kali ini saja,” kata Pak Baskoro pada Ghibran.

Sepertinya Pak Baskoro sudah pasrah dengan kelakuannya, sampai-sampai menitipkan Ghibran pada seisi kelas, hahaha—Memang dasarnya dia biang rusuh pasti akan selalu menjadi target dan sasaran empuk untuk dijadikan sasaran guru.

“Ck—Iya Pak, Ghibran mulu yang kena heran, padahal Lira lebih parah,” tuding Ghibran yang tiba-tiba menyeret namaku.

“Heh kok gue? Lu yang buat onar, malah nuduh orang, gila lu!” protesku yang tak terima pada tudingan Ghibran.

Me Versus Childish (Sedang Direvisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang