29

5.4K 450 30
                                    

Happy reading guys!!

Langit tak lagi menangis, walaupun begitu langit masih terlihat gelap sebab matahari telah turun dari singgah sana dan digantikan oleh sang rembulan. Walau sang rembulan tampaknya masih nyaman bersembunyi dibalik awan hitam.

Montor Andra melaju membelah keheningan malam. Mungkin karna habis turun hujan jalanan tak seramai biasanya. Banyak orang lebih memilih berada didalam rumah yang hangat ketimbang berada diluar dengan udara dingin yang siap untuk menyapa.

Gadis turun dari montor Andra ketika sampai didepan pagar rumahnya.
"Mau mampir dulu nggak ndra?"

"Gak,gue duluan."ucap Andra kemudian menjalankan montornya menjauh.

Gadis yang melihat kelakuan Andra hanya bisa menggerutu. Heran ternyata setalah hampir sebulan lebih menjadi teman sekelas nya masih aja kaku dan cuek.

"Tuk"

"Astagfirullah!!!mama!ih ngagetin aja.. Gadis kira tadi bencong yang ada di lampu merah yang sukanya colak colek."

Mendengar omongan anaknya,mama Gadis melotot."ngomong nya itu lho..masa mama nya sendiri dibilang bencong gimana sih kak!!mau uang jajan kamu mama potong?!!"

Mendengar kata uang jajan dipotong Gadis langsung kelabakan,nyengir sambil memeluk sang mama." Duh..enggak ma..mama salah denger tadi." Ucap Gadis, kemudian mencium pipi sang mama." Mama kan wanita yang cantikkk pake banget deh pokoknya the best."

"Halah kamu itu,tadi siapa?pacar kakak ya?" Tanya sang mama.

Gadis menggeleng dengan cepat, menyangkal ucapan sang mama."eh enggak ma,tadi temen kok temen."

Mendengar jawaban sang anak Mama gadis menyipitkan kedua matanya,memasang muka jail siap untuk menggoda anak perempuan nya.

Melihat sang mama yang siap untuk bertanya lagi Gadis segera merangkul sang mama. "Ayok ma..kita masuk udah malam nggak baik udara malam buat kesehatan,iya kan ma."

Gadis merangkul mamanya berjalan bersama memasuki rumah.

***

"Kak,bentar deh." Ucap Tara ketika ia dan Gadis sedang berjalan di koridor menuju kelas mereka.

Gadis pun berhenti mengikuti Tara yang tiba-tiba berhenti. "Kenapa?"

Tara membuka tasnya seperti sedang mencari sesuatu,tak lama kemudian Tara menutup kembali tasnya dan menatap Gadis dengan senyum yang lebar.

Melihat tingkah sang adik yang tidak beres, gadis sudah tahu pasti ada sesuatu yang di inginkan adik nya itu.

"Napa Lo senyam senyum,obat lho habis?ntar pulang sekolah beli dulu gih."

Tara mendengus bosan mendengar perkataan kakak satu satunya itu. " Pinjem bolpoin nya dong,gue lupa bawa." Ucap Tara seraya menyodorkan tangannya kedepan wajah Gadis.

Gadis berdecak dan menepis tangan Tara yang ada didepan wajahnya. "Lo ke sekolah bawa apa sih, bolpoin aja nggak punya. Uang jajan yang dikasih papa kurang banyak apa!." Omel Gadis seraya menyerahkan satu bolpoin kepada Tara.

Tara mengabaikan omelan Gadis dan segera mengambil bolpoin yang disodorkan kepadanya. Kemudian berlari dengan cepat meninggalkan Gadis yang melongo melihat kelakuan adik nya.

"Emang bener bener tuh bukan adek gue,sabar.."

Gadis meneruskan langkah nya menuju ke kelas. Karena masih fokus dengan resleting tasnya Gadis berjalan tanpa memperhatikan sekitar. Dan menabrak orang yang berjalan berlawanan arah dengan nya.

Gadis mendongak dan melihat kedepan bersiap untuk meminta maaf. Namun belum sempat kata maaf terucap. Orang yang ia tabrak berjalan melewatinya begitu saja.

Gadis masih terus memandang kearah orang yang ia tabrak tadi. Ah lebih tepatnya ia mengamati sesosok perempuan berbaju merah yang mengikuti orang yang baru saja ia tabrak.

"Ngapain tuh hantu ngintilin orang,hmm.."

"Woy!!!"

Gadis mengusap telinganya yang berdengung mendengar teriakan teman laknatnya. Siapa lagi kalau bukan Dina.
"Ck,gak sekalian teriaknya pake toa din?pinjem dulu sana toanya sama pak mamat."

"Yee..lebay banget sih dis,lagian ngapain lo berdiri disini. Sendirian lagi,kan makin kelihatan kalau situ jomblo hhhh."ucap Dina.

"Serah,din semerdeka Lo aja oke!" Gadis kembali berjalan mengabaikan ocehan sahabat nya yang kalau diladeni bisa sampai satu abad nggak selesai selesai.

Mengangkat kedua bahu nya acuh, Dina kemudian menyusul Gadis dan berjalan bersama menuju ke dalam kelas mereka.

Gadis dan Dina memasuki kelas mereka yang sudah ramai,karena memang sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai.

"Duh jodoh - jodohku tumben baru dateng sih?!"

Teriakan Varo menyambut kedatangan mereka berdua. Gadis yang mendengar itu hanya memberikan senyuman manisnya dan duduk dibangku nya,lebih tepatnya males pagi - pagi sudah harus meladeni makhluk sepsies seperti Varo.

Sedangkan berbeda dengan Dina,yang pasti akan meladeni kelakuan absurd Varo dengan semangat yang menggebu-gebu. Emang mereka berdua jodoh kali ya.

"Jodoh,jodoh...jodoh gue tuh Ari Ilham udah gue bilang kan dari dulu. Emang gue tuh cantiknya udah sebelas dua belas kayak Selena Gomez jadi maklum kalau Lo jadi tergila gila kayak gini sih."ucap Dina seraya mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah Varo.

"Anjir..tuh rambut Lo nyolok mata gue nih. Itu rambut atau sapu ijuk sih."gerutu Varo seraya mengucek matanya.

Kedua mata Dina melotot mendengarkan ucapan Varo. Menggeram marah dan bersiap untuk mencakar cakar wajah tengil yang ada dihadapannya.

"Ada Bu Lili."

Perkataan Andra yang baru saja duduk dibangkunya membuat Dina tidak bisa melaksanakan aksi mencakar cakar wajah Alvaro.

Melihat sahabatnya yang medengus kesal, Gadis menggelengkan kepalanya seraya tertawa.

"Sabar..nanti bisa dilanjut lagi urusan rumah tangganya ya bu."ledek Gadis.

Dina mendelik menatap kearah Gadis. Sedangkan Gadis malah tertawa puas berhasil membuat temannya itu bertambah kesal.

"Selamat pagi anak-anak!" Ucap Bu lili ketika memasuki kelas.

"Pagi bu!!"

Gadis mengerutkan keningnya menatap sesosok hantu yang ia lihat dikoridor tadi. Berada dibelakang siswi yang masuk bersama bu Lili.

"Anak anak hari ini kita kedatangan murid baru,silahkan nak perkenalkan dirimu."

"Perkenalkan nama Saya Liana Sabrina."

Gadis mengalihkan pandangannya,ketika Sabrina menatapnya. Tapi bukan karena itu Gadis mengalihkan pandangannya. Namum karena sesosk wanita berbaju merah yang ia amati sejak tadi berbalas menatap kearahnya.

Gadis dapat merasakan sosok itu masih menatapnya dengan tatapan yang tajam sampai Sabrina duduk dibangku yang masih kosong dikelasnya.

Entah kenapa perasaan Gadis menjadi tidak enak. Karena sejak ada sosok itu ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Semoga hanya perasaan gue saja."
















Hallo guys author comeback hehe..
Thanks ya udah mau membaca cerita ini dan setia dengan Cool boy vs Girl indigo 😊😁

See you,sampai ketemu dipart selanjutnya 👋👋

Cool Boy vs Girl Indigo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang