Tukang Ojek

824 198 56
                                    

Dalam kamus hidup seorang Langit tak ada namanya menyerah. Jika ia menginginkan sesuatu maka ia akan terus berjuang untuk mendapatkannya hingga tercapai. Dan salah satu usahanya adalah menunggu, menunggu hingga seseorang mengatakan, "Paket!"

Bukannya membukakan pintu, Mega yang berada lebih dekat dari pintu malah menyahut, "Siyap."

"JANGAN SIYAP-SIYAP LO! BUKAIN PINTU!" teriak Langit dari kamar yang sedang bersiap untuk turun.

"NGGAK MAU! ITU PASTI PAKET LO!" Mega memang pemilih dalam hal seperti itu, dan hal itu juga yang membuat para abang ingin mencoretnya dari kartu kelurahan.

"Dasar cebong!" Langit menyempatkan diri untuk menoyor kepala adiknya sebelum pergi membukakan pintu dan menyambut paket paling penting dalam sejarah.

"Jangan ditoyor, Langit! Nanti gue goblok kayak lo!" Mega mengajukan protes yang tentu saja tak akan didengarkan oleh Langit yang tengah melakukan prosedur penerimaan paket.

"Lo beli apa?" tanya abang tertua yang baru saja bergabung setelah menyelesaikan agenda nyetor ke belakang.

"Dragon ball," jawabnya ringan sambil mengamati paket yang masih tertutup itu.

"Buat konten? Konten lo makin aneh-aneh aja." Langit memandang sengit ke arah sang adik yang menyebalkan, setidaknya bagi Langit.

"Konten beli barang unfaedah gitu? Atau lo mau nyoba gunain kekuatan bola dragon ball yang dijual di shopee?" Awan ikut menebak.

"Ini dari Tokopedia! Bukan Shopee dan ini bukan buat konten, tapi buat sajen!"

Kata sajen yang selalu identik dengan hal-hal mistis membuat kedua saudara Langit itu berimajinasi liar.

"Ngaku lo! Lo pake penglaris kan biar channel lo banyak view-nya! Nggak mungkin kalo perkara ganteng doang terus banyak viewer-nya." Mega mulai mengutarakan apa yang ada di otak kurang warasnya itu.

"Bukan! Ini buat setan perawan yang nyebelin." Saat mengatakan itu, Langit mengingat bagaimana Asoka selalu dengan sangat hebat dalam membuatnya diam tak berkutik.

"Cantik?"

"Iya," jawab Langit spontan.

"Cantikan mana sama gue?" tanya Mega pada Langit sambil berpose manis yang sebenarnya di mata Langit Mega hanyalah anak laki-laki karena kelakuannya yang wow sekali.

"Emang sejak kapan lo pernah cantik?" Sepersekian detik kemudian hantaman cushion mengenai bahu Langit.

"Hajar terus Meg, jangan kasih kendor." Sebagai kakak yang baik  Awan harus memberi semangat kepada adik bungsunya menyalurkan bakat bar-barnya.

"Ampun Mega! Udah sakit woi! Bisa mati gue!"

"Siapa suruh lo bilang setannya lebih cantik ketimbang gue!" Mega masih menyalurkan amarahnya.

"Berhenti! Ntar gue beliin Kinderjoy!" Mega berhenti sejenak, memang Langit pikir dia anak SD yang bisa disogok dengan sebuah Kinderjoy.

"Emang lo pikir gue anak SD?!"

"Ya udah dua!"

"Lima atau nggak sama sekali."

"Katanya bukan anak SD?" cibir Langit setelah Mega menyetujui sogokannya.

"Apa lo bilang?"

"Iya gue beliin lima Kinderjoy!" Mega menghentikan pukulannya.

Namun, memang kita tak boleh percaya pada ucapan manusia apalagi jika itu keluar dari makhluk seperti Langit.

Girl Like HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang