NT

362 56 11
                                    

Langit sampai dirumah dalam keadaan wajah yang penuh dengan kekecewaan. Bisa dibilang lelaki itu masih belum menyingkirkan perkataan Soka dari otaknya.

"Langit duduk," suruh kakaknya dan dengan gampangnya Langit langsung duduk padahal jika harus diurutkan lelaki itu tak mau mendengarkan kata orang apalagi jika itu kakak dan adiknya.

"Ada apa?" tanya Awan yang sebenarnya menyuruh Langit duduk untuk mengajak bertengkar, tapi berhubung wajah Langit tidak dalam kondisi bisa diajak bertengkar dia mengalihkan niatnya.

"Yang harusnya ada apa itu gue nggak sih? Lo ngapain nyuruh gue duduk?" Dari nada bicaranya Langit benar-benar tak semangat bahkan untuk marah pun suaranya terlalu lesu.

"Iya, gue eyang nyuruh lo duduk, tapi itu karena muka lo yang kayak orang abis patah hati padahal pacar aja nggak pu—" Awan menutup mulutnya sebelum menyelesaikan hinaannya melihat bagaimana wajah Langit yang semakin mendung.

"Masalah Soka?" tanya Awan.

"Dari mana lo tau Soka? Jangan bilang dia inceran lo juga?"

"Nggak! Mega yang cerita." Langit berdecak sebal. Dia lupa bahwa Mega adalah jenis manusia bermulut besar.

"Terus ini bener Soka? Ada apa?" tanya Awan lagi, kali ini dia masih punya jiwa lembut.

"Dia sakit."

Dalam otak Awan dia sudah berpikir bahwa Soka memiliki penyakit yang mematikan dan memiliki sisa waktu yang sedikit. Pemikiran itu terdengar sangat masuk akal baginya apalagi Langit tampak begitu kehilangan. "Kanker apa? Masih bisa diselametin lewat operasi nggak? Atau kemoterapi gitu."

"Dia sakit demam ya! Mulut lo kayak nggak pernah ngomong bismillah."

"Ya abis muka lo begitu dan lo bilang dia sakit."

"Gue bilang gue suka sama dia pas dia sakit, tapi dia nggak percaya. Bilang kalo gue cuma jadiin dia konten doang. Lo bayangin Wan! Gue ngomong suka itu sama dia doang, tapi bisa-bisanya disebut demi konten."

"Kalo gue jadi Soka juga pasti mikir gitu sih. Coba inget lagi berapa banyak konten lo yang ngebaperin cewek-cewek." Langit terdiam, sekarang dia paham bahwa Soka tak asal bicara tentangnya.

"Terus gue harus ngapain?" tanya Langit, tapi kelas Awan tak punya penyelesaian untuk Langit.

"Mana gue tau."

"Lo emang nggak berguna," maki Langit sebelum beranjak dari sana menuju ke kamarnya.

"Dih kayak lo berguna aja." ujar Awan sebelum kembali melihat isi ponselnya.

Bermenit-menit surfing di media sosial Awan di kagetnya dengan sebuah postingan dari Langit.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Girl Like HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang